[21] Girlfriend?

199 20 0
                                    

.
.

"Bisa aku meminta tolong padamu, Byul?"

"Apa itu?"

"Jimin tidak bisa tidur sendiri."

.

Ini sudah malam. Perkataan Taehyung membuat Moonbyul bimbang. Jam segini harusnya Jimin sudah tidur bukan?

Merasa tidak menemukan kata penenang untuk kembali terlelap, akhirnya ia memutuskan untuk berjalan keluar kamar. Sebenarnya jarak kamar Jimin dengan Moonbyul hanya tiga sampai empat pintu.

"Hey, Jim"
Ia menemukan sosok Jimin yang meringkuk. Tak ada respon dari Jimin saat Moonbyul panggil.

Ia putuskan untuk masuk dan memeriksa keadaan namja itu. Saat melihat darah di selang infus Jimin itu membuat Moonbyul panik. Belum lagi keringat dingin yang mengucur di dahi Jimin, itu mengkhawatirkan.

"Jim kumohon bangunlah sebentar." Panggil Moonbyul dengan mengusap pipi Jimin. Ketika Jimin membuka matanya, Moonbyul langsung menekan bel untuk memanggil dokter. Pertama-tama ia harus mengurus infus Jimin.

"Tanganmu. Sakit kah?" Tanya Moonbyul khawatir. Sementara Jimin hanya menggeleng dengan memberi senyum lemahnya.

Ya Tuhan kenapa namja ini gemar sekali tersenyum di setiap keadaan. Jelas apa yang dirasakan Jimin bukan implementasi dari senyuman.

"Jangan terlalu banyak menggerakkan tanganmu yang di infus. Lihat sekarang tanganmu bengkak" dokter yang menanganinya berdecak melihat konsisi punggung tangan Jimin yang bengkak itu. Terpaksa ia harus mengganti ke tangan sebelahnya.

"Terimakasih dokter. Mohon maaf mengganggu waktumu"

"Tenanglah ini kan memang tugasku. Kalau begitu aku pamit"
Dokter itu pergi
Meninggalkan Moonbyul yang entah kenapa canggung dengan kondisi ini. Entah kenapa Jimin jadi pendiam seperti ini.

"Masih sakit kah?"

Jimin menggeleng.

"Tidurlah. Aku akan menjagamu"

Seperti mendapat penenangnya, Jimin baru membaringkan tubuhnya. Menggenggam tangan Moonbyul. Itu obat ampuh untuk terlelap dibanding pelukan Taehyung ternyata.

"Terimakasih Byul. Terimakasih untuk semuanya." Gumam Jimin pelan. Berharap Moonbyul tidak mendengarnya. Yang Jimin harapan itu mungkin memang tidak ditakdirkan. Moonbyul mendengar nya. Suasana sini cukup sunyi bahkan untuk mendengar helaan napas dan terlebih lagi Moonbyul juga merasakan jika genggaman itu kian erat.

"Selamat malam, Jim. Mimpi  indah"
Saat Jimin terlelap, Moonbyul memberanikan diri mengecup dahi Jimin. Ia akui jika Jimin berhasil membuatnya panik dengan melihat keadaan namja ini tadi.

Tuhan, aku mohon padamu untuk selalu menjaga Jimin sebaik mungkin. Ada atau tidak kebersamaan ini, Moonbyul akan selalu berdoa kebaikan untuk Jimin. Akan dan selalu.

.

Hoseok mengintip ruang tengah yang sepi dari cela kamar rekaman miliknya. Merasa situasi aman, ia menutup dan menguncinya dari dalam.

"Mari kita berdiskusi, Hyung"

Hoseok duduk dilantai sedangkan Taehyung yang menghadapnya duduk di kursi nyaman itu.

"Ini ruanganku, Tae. Bisakah kau juga duduk dibawah sebelum kita berdiskusi?"

"Apa gunanya kursi kalau begitu?"

"Itu kursiku"

"Aku tamu setidaknya di ruanganmu ini, Hyung"

Hoseok menggaruk kasar rambutnya. Berdebat seperti ini akan memakan banyak waktu. Apalagi yang ia hadapi adalah Kim Taehyung. Namja yang memiliki tingkat keras kepala tinggi dibawah Min Yoongi.

WHAT ARE WE? [JIMIN STORY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang