.
.Masih memakai seragam sekolahnya, Moonbyul berjalan melewati beberapa pasien yang sedang berkeliaran di koridor rumah sakit. Tangannya nampak menenteng dua keranjang buah. Ingatkan ia sudah berkunjung lebih dari seminggu namun tujuannya tak tercapai juga.
Moonbyul membuka salah satu ruang rawat dan melihat seorang namja tengah tertidur. Selalu seperti itu. Disetiap Moonbyul mengunjungi namja itu selalu saja sedang tertidur. Padahal suster mengatakan jika namja itu sudah siuman pada hari ketiga saat dirawat.
Moonbyul meletakkan keranjang buah itu dan duduk memperhatikan wajah namja itu. Nampak begitu tenang. Kulitnya sangat putih dan bersih, namun ternodai dengan beberapa luka lecet di wajah. Moonbyul yakin jika namja itu memiliki kulit yang lebih bagus dibanding ia sebagai yeoja.
"Min Yoongi-ssi. Ada yang ingin aku katakan padamu."
" Bisakah kau mendengarkanku sekali ini saja" pinta Moonbyul. Ia benar-benar dibuat frustasi dengan Yoongi yang sama sekali tidak mau bercakap atau bahkan bertemu dengannya.
Tak ada balasan.
Hingga membuat Moonbyul menyerah. Yoongi memang tampak tak ingin mengobrol dengannya. Baiklah, yeoja itu mengedikkan bahu dan beralih mengupas buah apel. Kegiatan yang selalu ia lakukan disini untuk mengisi kebosanan.
Hari selanjutnya Moonbyul berkunjung dan mendapatkan ranjang ruang rawat itu kosong. Mungkin Yoongi sedang berkeliling. Maka ia memutuskan untuk ikut berkeliling hingga mungkin ia bisa bertemu dengan Yoongi.
Moonbyul berjalan ke arah taman rumah sakit. Taman itu cukup ramai dengan para lansia dan anak kecil yang mungkin ikut membesuk bersama orang tua mereka. Hingga netra yeoja itu berhasil menangkap apa yang ia cari. Cukup mudah mencari Yoongi karena kulit putih Yoongi benar-benar bersinar terkena cahaya matahari. Terlihat begitu indah seperti malaikat yang sedang turun di bumi.
"Min Yoongi-ssi", panggil Moonbyul saat ia sudah berada disamping namja berkursi roda itu.
"Tidak mencoba menghindari ku lagikan?"
Seperti tidak mendengar sesuatu, Yoongi sama sekali tidak menoleh. Tidak merasa terganggu apalagi terusik.
"Kau benar tidak ingin bicara denganku rupanya. Nenek yang kau selamatkan kemarin meninggal."
"Mwo?" Itu kata pertama yang Moonbyul dengar dari mulut Yoongi.
"Kanker stadium 4 diperparah dengan kecelakaan waktu itu. Bisa kau tebak akhirnya?"
"Sial."
Memang terdengar pelan namun Moonbyul bisa mendengar umpatan Yoongi. Bukankah namja itu tidak sopan?
Setelah mengumpat, Yoongi pergi begitu saja. Meninggalkan Moonbyul dengan wajah konyol. Seseorang baru saja meninggal dan ia mengumpatYang benar saja!
Namun setelah itu Yoongi dapat menerima kedatangan Moonbyul meski tidak banyak bicara ya setidaknya namja itu tidak lagi menghindar seperti yang lalu.
Mereka tak dekat. Hanya dia di satu ruangan yang sama dan melakukan kegiatan masing-masing.
_
Moonbyul membuka beberapa halaman majalah bosan. Sementara Yoongi sangat fokus mengupas apel yang ia bawa tadi malam. Sesekali Yoongi menggeram kesal melihat potongan kulitnya memiliki daging buah yang ikut terkupas. Sementara Jungkook sudah pergi pagi-pagi sekali karena harus menemui managernim.
"Sudah kupotong"
Moonbyul hanya mengangguk.
"Perlu aku ulangi apa kataku tadi?" Nada Yoongi terdengar kesal.
"Aku memiliki telinga yang sehat untuk mendengar"
"Kalau begitu makan"
"Nanti"
"Buka mulutmu"
Baru suapan pertama pintu ruang rawat Moonbyul terbuka. Menampilkan beberapa namja menatap ia dan Yoongi bergantian. Yoongi kembali menyuapi potongan apel pada Moonbyul tanpa merasa terganggu dengan tatapan mereka. Beda dengan Moonbyul yang kini beradu tatap dengan Jimin yang berada disamping Jungkook.
"Apa kau merasa lebih baik?" Tanya Namjoon dengan senyumannya.
"Begitulah"
Lagi-lagi Yoongi yang hendak ingin menyuapi Moonbyul ditahan yeoja itu. Sial Yoongi membuatnya merasa canggung disini. Belum lagi Jimin menatapnya terus. Entah apa yang dipikirkan
"Kami ingin mengucapkan maaf karena membuatmu seperti ini, Moonbyul-ssi"
"Jungkook benar-benar merasa bersalah dengan yang terjadi"
"Kami selalu mendoakan kesehatan mu"
"Mohon maafkan maknae kami"
Seokjin, Hoseok dan Taehyung membungkuk hormat. Eeey apa mereka memang seperti ini?
Membuat semua canggung saja.
.Salah perkiraan, ternyata mereka semua berisik. Moonbyul merasa bersalah tidak mengusir mereka dari sini. Terutama namja bernama Hoseok dan seokjin ini.
"Bagaimana kita sering-sering berkunjung kesini?" Usul Hoseok yang membuat Moonbyul menahan ekspresi.
"Bukankah kita bosan terus berkumpul di dorm?"Jimin?
Namja itu tengah duduk disamping Moonbyul. Namja itu tengah menatap tangan Moonbyul yang diinfus. Sedari tadi memang namja ini diam saja. Tak banyak berkomentar padahal beberapa kali Taehyung mengajaknya berbicara.
"Byul, kau tak apa?" Jimin bertanya untuk pertama kalinya.
"Aku sehat, Jim"
"Kata Jungkook kau koma 3 minggu "
"Tapi sekarang kau lihat. Aku tak apa kan?"
"Aku menunggumu. Sampai aku berpikir bagaimana jika Moonbyul pergi tanpa pamit padaku"
"Apa aku salah satu orang yang penting untukmu eoh?" Canda Moonbyul sembari terkekeh kecil.
"Sakit saja masih menyebalkan"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT ARE WE? [JIMIN STORY]
Fanfiction[Completed] . ia kuliah di universitas ternama diseoul. harusnya Moonbyul bangga dengan itu, namun ia juga harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya. bekerja sebagai office girl di salah satu agensi yang menaungi banyak idol mungkin akan menja...