Moonbyul memandang ladang bunga di hadapannya. Memang musim semi adalah musim yang indah di Jeju. Dua tahun menempuh pendidikan di luar membuat Moonbyul tak kuasa merindukan kampung halamannya. Susah payah menahan diri untuk pulang saat liburan.
Ladang bunga ini indah sama seperti namja itu. Apa kabarnya sekarang ini?
Bukankah harusnya ia sedang dalam keadaan baik-baik saja?Moonbyul tak pernah mengenal apa itu cinta. Tak tau bagaimana rasanya patah hati. Ia hanya hidup di zona aman dan menjauhi hal-hal yang membuat luka dan lupa tujuan hidup. Banyak yang mengira Moonbyul begitu karena merasakan sakit hati sebelumnya. Menjalin asmara saja belum pernah, bagaimana ia bisa sakit hati?
Aaah dua tahun lalu,
Saat ia berhasil menangis karena sebuah takdir memisahkannya dengan park Jimin.Apa itu layak disebut patah hati?
Sebenarnya ia tidak tau hubungannya dengan Park Jimin itu apa sampai sekarang. Dari dulu mereka dekat hingga kini benar-benar menghilang. Moonbyul tidak menemukan jawaban yang tepat. Ia hanya merindukan namja itu.
Bagaimana seorang Park Jimin tertawa dan tersenyum. Rengekan tidak terima jika Moonbyul lebih memilih pergi dengan Yoongi atau sekedar makan bersama dengan Jungkook.
Moonbyul menghela napasnya lagi. Jika diingat moment dua tahun lalu memiliki kesan indah bagi Moonbyul. Hidupnya seakan tidak pernah mengenal kata monoton. Terlalu banyak warna hingga Moonbyul yang dulu selalu pusing karena kerumitannya.
"Kau akan kembali kesana?" Tanya keponakan Moonbyul yang sekarang sudah beranjak dewasa. Yeoja itu tumbuh cantik dan sehat.
"Ada berkas yang perlu aku urus. Kenapa kau bertanya seperti itu?" Moonbyul masih menikmati pemandangan nya ini dan tidak melihat keponakannya itu sedang cemberut kesal. Pasalnya Moonbyul baru kembali satu bulan yang lalu dan ia akan ditinggal lagi?
"Tidakkah terlalu cepat?"
"Aku hanya sebentar disana"
"Sebentar untuk mempertimbangkan tinggal dan hidup disana?" Itu adalah kalimat sarkas menyindir Moonbyul.
"Aku ingin kaya"
"Kau menghindari masa lalumu, eonni"
Moonbyul mengedikkan bahunya. Pertanda ia tidak mau ada pembahasan seperti itu lagi.
"Karena Jimin oppa bukan?"
Moonbyul bangkit dan berjalan meninggalkan Sulkyung. Keponakannya adalah orang yang sangat mendukung hubungan ia dengan Jimin. Sebenarnya hubungan seperti apa yang Sulkyung dukung?
"Yak eonni aku belum selesai bicara"
"Bicarakan dirumah. Aku ingin tidur"
"Kau benar-benar pengangguran yang hobi tidur" setelah berhasil memaki bibinya itu Sulkyung sedikit tersenyum. Memang bibinya adalah orang yang sangat beruntung karena kenal baik dengan idolnya. Sulkyung iri namun prihatin juga.
.
Yoongi terus saja memperhatikan ponselnya sampai tidak tau jika Taehyung mengintip dari belakang."Apa itu pacarmu, Hyung?"
Aiiish Yoongi hampir saya melempar ponsel Karena terkejut. Kelakuan Taehyung memang kadang tak tertebak.
"Mana mungkin" elak Yoongi sambil mengambil aba-aba menjitak kepala Taehyung.
"Jangan asal melihat ponsel orang"
"Aku hanya penasaran bagaimana bisa seorang Min Yoongi melamun saat dipanggil. Ternyata sedang menunggu pesan dari pacar"
"Kenapa kau memanggilku?"
"Manager hyung memintamu untuk menemui nya diluar"
Yoongi melihat kearah jendela. Salju sedang turun dan sudah dipastikan diluar itu suhu minus.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT ARE WE? [JIMIN STORY]
Fanfiction[Completed] . ia kuliah di universitas ternama diseoul. harusnya Moonbyul bangga dengan itu, namun ia juga harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya. bekerja sebagai office girl di salah satu agensi yang menaungi banyak idol mungkin akan menja...