[14] Suggestion

203 21 0
                                    

.

Moonbyul menghirup banyak oksigen bersih disini. Sepulu menit yang lalu Jimin dan ia terlibat cekcok sedikit. Tentang Moonbyul yang tetap ingin disini dan Jimin yang tidak mau Moonbyul sendiri selagi ia pergi bersama Eunhae. Tapi tetap saja Moonbyul bisa memenangkan perdebatan tersebut.

"Byul"

Dari arah barat Jungkook berjalan kearahnya dengan memamerkan senyuman kelinci miliknya. Jungkook tidak sendiri, dibelakangnya ada Taehyung yang mengekor. Taehyung terlihat sibuk memperhatikan sekitarnya. Mungkin ia merasa nyaman karena tidak perlu memakai penyamaran disini.


"Kau kemari, Jeon?"

"Aku ingin memberikan ini"

Jungkook menyodorkan sebuah tas kecil berisi sebuah kotak. Moonbyul melihat isinya dan menatap Jungkook penuh tanya. Namja ini memang suka memberikan banyak hal jika merasa bersalah.

"Suster Jang mengatakan padaku jika ponselmu sudah rusak. Jadi aku mampir ke toko ponsel tadi."

"Kau tidak perlu membelinya untukku, Jeon"

"Tapi ponselmu rusak karena aku, Byul"

"Cukup kau bertanggung jawab membiayai perawatanku"

"Tidak, Byul. Kumohon jangan menolak. Tae hyung yang memilihkan itu"

Merasa dirinya terpanggil, Taehyung mencoba sedikit tersenyum pada Moonbyul sebelum akhirnya kembali sibuk memperhatikan sekitar.

"Aku tidak bisa menerimanya,"

"Ayolah kali ini saja", tak terbayangkan kini Jungkook berjongkok dan memegang tangan Moonbyul. Sungguh namja ini apa tidak bisa biasa saja. Perilaku seperti ini akan membuat orang yang melihat menjadi salah paham.

"Sekarang ini kamu adalah tanggung jawab ku, Byul"

"Aku terima ini tapi kumohon lepaskan tanganmu. Aku bersumpah aku tidak siap di maki-maki fansmu"

Seakan sadar Jungkook bangkit dan mengusap rambut belakangnya.

"Terimakasih, Byul.  Apa kau sudah makan?"

Moonbyul mengangguk. Ia baru saja makan bersama Eunhae dan Jimin di kantin.

"Aku membawakan bubur abalon untukmu" lihatlah sekarang Jungkook seperti tengah merajuk.

"Buatmu saja, Jeon"

"Tapi aku membelinya untukmu"

Moonbyul beralih menatap Taehyung.

"Taehyung-ssi" panggil Moonbyul.

"Ye?" Melihat Taehyung yang sedikit panik saat diajak bicara membuat Moonbyul tersenyum dalam hatinya.

"Aku memberikanmu bubur."

"Hah?"

"Ambillah"
Taehyung menatap Jungkook dan Moonbyul bergantian. Ekspresi Jungkook yang melotot seolah mengatakan pada hyungnya ini untuk menolak dan Moonbyul yang memamerkan senyumannya.


Rejeki tidak boleh ditolak.

"Baiklah aku terima. Terimakasih, eum- Byul"

.

Jimin memasuki rumah bernuansa putih itu. Mengekor eunhae kedalam suatu ruangan.  Kamar yang tidak banyak perabot. Hanya kasur dengan lemari disampingnya dan meja belajar berisi buku. Tidak ada hiasan ataupun pernak-pernik. Eunhae yang sedang mengambil keperluan sementara Jimin berjalan kearah meja belajar Moonbyul.

Anggap saja ini hanya sebuah keisengan karena Jimin membuka sebuah buku bersampul hitam dengan pernik kilau seperti bintang di malam hari. Indah

-hari ini aku bertemu Jimin-

.

-aku makan bersama Jimin-

.

-heyy apa ini berlebihan?-

.

-dia Park Jimin. Sedangkan aku siapa?-

.




Jimin mengerutkan dahi. Kenapa dengan Jimin memang?

Saat Eunhae memanggil Jimin, barulah namja itu tersadar dari lamunan. Jimin menutup buku itu dan menyusul Eunhae keluar kamar.

"Moonbyul tinggal sendiri, hae-ssi?"

"Keluarga nya pindah ke Jeju"

Jimin mengangguk paham.

"Jimin-ssi" panggil Eunhae. Yeoja itu berhenti dari langkahnya dan berbalik menghadap Jimin.

"Kenapa?"

"Kau menyukai Moonbyul?"

Jimin hanya memamerkan senyumannya. Lekungan bibir yang sangat indah. Harusnya eunhae sudah tau dari sorot mata milik Jimin. Senyum itu kini menular pada Eunhae. Semoga   hubungan  mereka  baik.

"Sudah menyatakan perasaan?"

Mendengar pertanyaan itu membuat Jimin salah tingkah. Wajahnya yang merah berusaha ia tutupi.

"Bagaimana menurutmu,?"

"Nyatakan saja"

"Tidak semudah itu"

"Lebih sulit lagi jika kau melakukan nya terlambat"

"Terlambat?"

"Kau yang pergi atau dia bisa saja kan?"

"Aku belum memikirkan itu"

"Kau ini seorang idol, Jim. Percayalah untuk mengikat seseorang sebelum dia pergi atau bahkan kau yang pergi."

"Kau menakutiku"

Sementara Eunhae tertawa lepas melihat ekspresi yang dikeluarkan Jimin. Namja itu benar-benar terlihat takut kehilangan.

"Aku hampir gila menunggunya kemarin. Membayangkan terulang lagi saja tak sanggup"

"Kau sangat tulus."

"Aigoo kurasa kita akan berteman baik, Hae" ungkap Jimin dengan penuh senyuman.

"Kau hanya memperalat ku, Jim"

Jimin langsung tertawa keras dan berjalan mengadului Eunhae. Sambil menyelam minum air. Bukankah itu pribahasa bagus?

.
Bisakah Eunhae berpikir jika Moonbyul sedang mengalami keberuntungan beruntun?

Eunhae sungguh takjub melihat apa yang ada didepannya ini. Tanpa sadar ia masih diam di depan pintu.

"Kau menghalangiku" kesal Jimin karena tiba-tiba saja Eunhae berhenti saat mau memasuki ruang rawat Moonbyul.

Jimin yang tidak mendapat jawaban langsung mendorong pelan Eunhae agar masuk dan menyingkan Eunhae yang mengganggu jalannya.




"Eoh Jimin Hyung"

WHAT ARE WE? [JIMIN STORY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang