Sepertinya menikmati apel sembari menonton mini konser seperti ini akan Moonbyul masukan list ke hobinya. Siapa tau ia mendapat kesempatan untuk benar hadir di konser mereka. Entah konser dimana atau kapannya, Jimin akan menjadi pemandangan favoritnya. Namja penebar senyum itu sangat terlihat tulus jika sudah mengeluarkan tawa.
"Mereka siapa?" Seorang anak kecil berumur 7 tahun ikut duduk disamping Moonbyul sambil menyaksikan apa yang ada dihadapan mereka.
Moonbyul tersenyum.
"Mereka sekelompok orang yang berbakat."
"Kau mengenal mereka Noona?" Tanya si kecil manis.
"Mungkin"
"Kau menyukai mereka?"
Moonbyul terdiam. Kini pandangannya teralih kearah panggung. Jimin memandangnya tanpa berhenti bernyanyi. Perlahan senyum Moonbyul terbit lalu kembali melihat teman kecilnya ini.
"Kau juga pasti akan menyukai mereka",
Moonbyul menyodorkan apel dan mereka makan bersama.
"Aku tidak suka namja, Noona."
Oke sekarang Moonbyul tersedak mendengar nya
.
"Sudah mau pulang?" Moonbyul yang tengah bersandar di dinding pembatas itu masih menikmati angin. Membiarkan rambutnya dipermainkan oleh angin.
"Kau mau menahanku?" Gurau Jimin yang berada di belakang Moonbyul. Ia tidak suka dengan angin kali ini. Itu akan merusakkan tatanan rambut yang sudah ia buat.
"Kau sibuk?"
Sebenarnya Jimin ingin lebih banyak menghabiskan banyak waktu bersama Moonbyul. Namun pesan peringatan itu menekannya dari berbagai sisi. Jimin bangkit dan meraih tangan Moonbyul. Menggenggamnya membuat perasaan Jimin tenang. Seperti ada sengatan listrik rasanya.
"Aku antar kedalam."
Moonbyul hanya menurut. Membiarkan Jimin membawanya. Sebenarnya ada yang aneh dari orang sedang menuntunnya ini. Terlihat lebih pendiam dari biasanya.
.
Katakan jika ini perasaan sesak sesaat. Pasalnya sejak kepergian Jimin, Moonbyul merasa tidak tenang. Entah apa yang sebenarnya ia rasakan, namun kali ini rasanya ia benar-benar tidak ingin Jimin pergi. Berulang kali ia menghela napas. Sungguh apa ia harus menghubungi dan menanyakan apa ia sudah sampai atau belum?
Form: Jeon Jungkook
Byul, kuharap kau tenang menerima apa yang akan ku sampaikan ini. Jimin kecelakaan. Sedang dilarikan ke rumah sakit tempatmu di rawat. Aku akan menyusul saat acaraku selesai.-Kumohon.
Ini mimpi kan?
.
Jimin memasuki mobilnya dengan membanting pintu. Entah mengapa managernya menjadi orang yang sangat menyebalkan sekarang. Sebelum menjalankan mobilnya, ia merenung di dalam mobil. Bohong jika akhir-akhir ini ia tidak merasa tertekan.Jimin adalah tipe yang mudah stress. Selama ini ia bisa menghadapi banyak masalah dengan baik. Namun kali ini ia benar bingung mencari jalan keluarnya.
Sial.
Baiklah sekarang Jimin harus pulang dulu, membersihkan diri dan beristirahat. Setidaknya itu bisa menyegarkan pikiran. Kini ia mulai melajukan mobilnya. Membelah kota Seoul yang jalannya tak pernah absen sepi. Bagaimana mungkin Seoul bisa sepi sedangkan ia adalah jantung Korea Selatan?
Jimin mulai berpikir apa yang akan ia lakukan saat ia bukan seorang idol?
Apa pekerjaan nya?
Apa ia akan berkuliah seperti Moonbyul?
Rasanya ia ingin menjadi mahasiswa yang dibebani tugas namun bebas berkeliaran kemanapun mereka inginkan. Kadang pikiran itu selalu terlintas.Tapi saat ia tidak menjadi idol kemungkinan ia juga tidak bisa bertemu dengan Moonbyul.
Orang bilang setiap benah merah yang terhubung akan terkait dengan sendirinya. Entah bagaimana caranya.
Benar.
Jimin harus mempercayai itu.
CKITTT---!
Jimin oleng saat melihat kucing berada didepan jalan. Alih-alih menabrak kucing, Jimin banting stir dan menghantam trotoar.
BRAKKK
"Moonbyul, maafkan aku, sungguh"
.
Tak ada berita tentang kecelakaan Jimin. Semua dirahasiakan oleh agensi demi kebaikan bersama. Namun semua jadwal Bangtan terpaksa dibatalkan. Member yang ingin berkunjung namun tertahan karena jam besuk sudah habis.
Disini Taehyung yang paling panik disini. Ia masih mengigiti kuku dengan raut cemas.
"Jangan lakukan itu. Besok pagi kita akan menemui Jimin" ujar seokjin dengan menahan tangan Taehyung.
"Jimin benar-benar baik-baik saja kan?", Tanya Taehyung. Suaranya sudah setengah menangis. Biasanya disini Jungkook yang akan menangis paling kencang jika salah satu member terkena masalah, namun Jungkook tidak ada disini. Ia sedang mengisi sebuah acara musik.
Hoseok bertugas untuk menjemput Jungkook. Sebenarnya Jungkook bisa pulang sendiri, namun yang mereka takutkan adalah maknae yang kalut tanpa ada orang yang bisa menenangkan. Karenanya Hoseok ditugaskan kesana oleh para member.
"Tentu, Tae. Karenanya kau harus tenang." Jawab Namjoon dengan wajah serius. Dikeadaan seperti ini ialah yang harus paling tenang.
Jimin mengalami kecelakaan saat hendak pulang ke dorm mereka. Hanya sebatas itu yang mereka tau. Bagaimana dan kenapa adalah pertanyaan tabu yang tidak bisa dijawab.
.
Lorong yang sepi tak membuat nyali Moonbyul ciut. Ia setia menunggu didepan sebuah ruang operasi. Tangannya tak berhenti gemetar. Kali ini dalam hidupnya ia merasakan ketakutan yang amat nyata. Rasa bersalah kian menyeruak jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Tak hentinya Moonbyul memanjatkan doa. Berharap semua baik-baik saja.
"Jimin, ku mohon"
.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT ARE WE? [JIMIN STORY]
Fanfiction[Completed] . ia kuliah di universitas ternama diseoul. harusnya Moonbyul bangga dengan itu, namun ia juga harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya. bekerja sebagai office girl di salah satu agensi yang menaungi banyak idol mungkin akan menja...