[23] Trouble

168 18 0
                                    


....
"Kau tidak suka sayuran?"

Jimin menggeleng pelan.

"Tapi sayuran sehat"

"Tidak mau, Byul" tak kehabisan akal, Moonbyul memotong brokoli menjadi kecil-kecil dengan sendok lalu mencampurnya dengan daging dan nasi.

"Buka mulutmu. Percayalah ini akan enak"

"Tidak mau itu pahit"

Moonbyul seperti tengah menghadapi anak kecil yang tidak mau makan. Astaga ini lebih melelahkan dibanding harus menghentikan tangisan Jungkook.

"Baiklah biarkan Taehyung yang menyuapimu", baru saja Moonbyul mau meletakkan sendok di atas piring, namja itu menahannya.

"Oke aku akan makan" Jimin membuka mulutnya lebar-lebar. Menutup matanya saat ia berhasil mengunyah makanan itu. Meneliti yang mana tekstur brokoli dan bersiap menahan pahit. Ternyata enak. Ia menunjukkan raut senang saat berhasil menelan makanannya.

"Enakkan?"

"Iya"

"Tentu itu masakan Seokjin dan Eunhae"

Memang setelah sampai dorm, Eunhae menawarkan diri untuk membantu Seokjin. Biasanya Seokjin sendiri  akan menarik Hoseok untuk membantunya memasak di dapur.

"Tentu aku akan merasa terbantu, Hae"

Astaga mendapatkan senyuman dari member tertampan Bangtan memang beda ya. Imajinasi Eunhae berkembang biak disini. Bagaimana dimasa depan ia dan Seokjin berjodoh dan mereka akan memasak bersama.  Memikirkannya saja sudah membuat wajah Eunhae memerah.

"Hey kau sakit?" Yoongi melihat Eunhae yang terdiam dengan wajah memerah itu berjalan kearah dapur. Ia sedikit khawatir melihatnya. Takutnya orang sakit bertambah lagi disini.

"Suga oppa. Kau biasku di Bangtan." Pengakuan Eunhae membuat Yoongi tersenyum kecil.

"Terimakasih sudah menyukaiku" jawan Yoongi sebelum akhirnya ia kembali ke ruang tengah. Bergabung dengan yang lain.

"Kita tidak bisa memesan pizza?" Tanya Taehyung pada Namjoon.

"Tidak, jin hyung masak banyak. Kita harus menghargainya"

Hoseok terus memperhatikan gerak-gerik Jieul. Awalnya yeoja itu menawarkan diri untuk menemani Jimin, namun Jimin sendiri langsung menarik Moonbyul ke kamar.

"Jieul-ssi. Kau setuju tidak kita pesan pizza?" Tanya Jungkook.

Jieul hanya bisa mengangguk. Tanpa niatan bersuara. Ia masih sedih saat Jimin lebih memilih dengan yeoja tidak tahu malu itu.

.
Pulangnya Yoongi menawarkan diri untuk mengantar. Sebenarnya kni tidak diketahui member Bangtan karena yoongi tiba-tiba sudah ada di depan dengan mobil.

"Kuantar" ujar Yoongi singkat padat dan jelas.

"Kami akan naik bus"

"Kuantar, Byul"

Tak ada yang berani membantah Yoongi itupun berlaku pada member Bangtan. Karena aura Yoongi susah untuk di tolak. Hingga akhirnya Moonbyul dan Eunhae memutuskan untuk masuk ke dalam mobil.

"Kau bekerja lagi, Byul?" Tanya Yoongi.

"Sedang mencari. Kenapa?"

"Tidak"

Eunhae merasa jika Moonbyul dan Yoongi satu DNA, mereka tampak mirip dari segi sifat. Bahkan mereka sadari pergerakan mereka tampak sama. Yoongi yang membenarkan rambutnya dan Moonbyul yang merapikan kunciran. Apa Eunhae satu-satunya orang yang merasa canggung dengan kebisuan ini?

Ia berharap segera turun dari sini. Lebih baik bersama Seokjin dibanding disini. Sangat dingin.

"Kalian saling kenal sebelumnya?" Akhirnya ia memutuskan untuk membuka topik baru.

"Mungkin"

Jawaban itu mendapatkan sorotan tajam dari Yoongi. Ia merasa tidak terima dengan jawaban Moonbyul.

"Apa maksudmu dengan mungkin?" Kali ini bukan Eunhae yang bertanya, namun Yoongi.

"Kau marah?"

"Tentu"

"Kenapa kau jadi marah, Yoon?"

"Jawaban mu yang mungkin, byul"

Astaga sekarang mereka berdebat. Eunhae menutup rapat mulutnya. Ia merasa salah telah bertanya.

"Kami pernah bertemu dan berpisah sebelumnya" Moonbyul mencari beberapa kata yang cocok dengan ceritanya. Ia tidak tau jika Yoongi ternyata sesensitif ini perihal pertemuan.

"Itu lebih dari sekedar bertemu dan berpisah. Tak ingat berapa kali kau datang padaku?" Tanya Yoongi sengit.

"Tapi nyatanya kita tidak begitu dekat karena kau, Yoon"

"Aku tidak suka orang asing"

"Lalu sekarang? Masih asing bukan?" Sungut Moonbyul

"Tidak" jawab Yoongi dengan senyuman. Dia mengusap pelan rambut Moonbyul.

.
Yoongi memicingkan Indra penglihatan. Ponsel Eunhae  tertinggal di mobilnya. Ia ingin memberikannya pada Moonbyul agar dia bisa mengembalikannya pada Eunhae.

Tadi Eunhae meminta untuk di turunkan disebuah pusat perbelanjaan karena ingin membeli sesuatu. Jadi tidak mungkin bagi Yoongi mendatangi Eunhae.

Balik ke topik. Dari kejauhan ia bisa melihat orang serba hitam meletakan sebuah barang di depan pintu rumah Moonbyul. Orang itu pergi dengan sedikit berlari. Bukankah itu aneh?
Tidak mungkinkan tukang pos berpakaian setertutup itu.

Karena rasa penasaran, Yoongi keluar dari mobilnya dengan membawa ponsel. Ia mengambil kotak hitam yang tergeletak itu dan membukanya. Ia merasa tidak beres dengan kotak tersebut.

Astaga Yoongi terlonjak kaget saat melihat ini kotak itu. Bukankah ini sudah masuk menteror seseorang. Didalamnya terdapat foto Jimin yang di corat-coret. Begitu juga dengan foto Moonbyul.

-JAUHI JIMIN ATAU KAU AKAN MELIHATNYA HANCUR!-

"Byul. Aku minta nomor Eunhae"

"Untuk apa?"

"Tidak untuk apa-apa" jawab Yoongi sambil memberikan ponsel miliknya.

Kenyataan bahwa Yoongi menyembunyikan kotak itu dan berbohong pada Moonbyul adalah untuk mencari tau lebih dalam perihal masalah ini. Kemungkinan ini bukan kotak pertama atau kotak terakhir yang datang.

Ia akan meminta bantuan seseorang.

Sepertinya ia akan menemui yeoja itu langsung.

Sepertinya ia akan menemui yeoja itu langsung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
WHAT ARE WE? [JIMIN STORY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang