Cie cie pasti gak sabaran nunggu Caroline Daeyong nikah, tenang-tenang pak penghulu datang tepat waktu kok, asal vitaminnya untuk penghulu Jan lupa yaa. Nanti jangan lupa teriak sah yaaa biar berasa pernikahannya wkwkwkkwkw.

.
.
.Daeyong berdiri di depan cermin sambil memasang dasi, dia memakai kemeja putih yang akan dipadukan dengan jas putih juga. Daeyong merapikan rambutnya yang berwarna kecoklatan. Pria itu menatap pantulan dirinya di cermin. memandang tubuh yang berdiri tegap .
Hari yang bersejarah ini akan menentukan, apakah dirinya dan Caroline akan terus bersama selamanya atau tidak.
"Hope this first and last," ucapnya sambil tersenyum.
🍁🍁🍁
Caroline berada di ruangan yang berbeda dengan Daeyong. Gadis itu terlihat cantik dengan balutan gaun berlian yang dibeli calon suaminya.
"Kau sepertinya sangat siap dengan pernikahan ini," ujar Mark.
"Eh, apa?"
"Aish, kau ini, terlalu bahagia sampai melamun seperti ini," kesal Mark yang baru saja masuk ke ruangan pengantin wanita bersama Presdir James.
"Caroline-ah! Kau sudah dewasa, Appa tidak pernah memikirkan hal ini akan terjadi begitu cepat. Sampai kapanpun kau tetap putri kecilnya Appa," ucap James sambil menatap gadisnya. James menghela nafas dalam, Sekarang putri satu-satunya sudah menjadi milik pria lain. Sungguh tidak menyangka gadis yang ceria dan selalu membuatnya tertawa dengan kelakuan menarik yang ia miliki harus meninggalkan dirinya dengan sangat cepat.
"Dan akan selalu menjadi princess di keluarga James," sambung Mark.
"Appa... Oppa..." Caroline memeluk James dan Mark bersamaan. Gadis itu sangat tidak ingin meninggalkan keluarga kecilnya.
"Kau harus menjadi istri yang patuh! Jangan nakal," ingat Mark. Perpisahan singkat itu berlangsung dengan keharuan di antara mereka.
🍁🍁🍁
Daeyong sudah menunggu di atas altar, menanti Caroline yang sednag berjalan di atas red carpet diiringi James. Kecantikan Caroline membuat Daeyong semakin gugup. Pesona gadis itu terus terpancar bersamaan dengan kilauan berlian pada gaunnya, pilihan Daeyong tidak pernah gagal.
Daeyong memberikan senyuman terbaiknya untuk Caroline. Menyerahkan tangannya untuk digenggam gadis itu . James dengan berat hati mengikhlaskan putri kecilnya untuk pria lain.
"Jaga putriku, Daeyong," ucap James sebelum melepaskan genggamannya pada tangan Caroline.
"Aku akan menjaganya." Daeyong meyakinkan James dengan ucapannya.
Tepuk tangan undangan menggema di seluruh gedung yang besar mampu membuat kedua pengantin gugup.
"Baiklah sebaiknya kita mulai perjanjian sucinya," perkataan pendeta menyadarkan dua pengantin itu, bahwa sebentar lagi status mereka akan berubah.
Daeyong dan Caroline saling berhadapan satu sama lain, pendeta mulai mengucapkan perjanjiannya.
"Saudara Daeyong bersediakah engkau untuk selalu berada di sisi istrimu, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kalian, sesuai dengan Allah yang Kudus dan inilah janji setiamu yang tulus."
"Ya, saya bersedia," ucap Daeyong mantap.
"Saudari Caroline bersediakah engkau untuk selalu berada di sisi suamimu, untuk saling memiliki dan menjaga dari sekarang sampai selama-lamanya, pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kalian, sesuai dengan Allah yang Kudus dan inilah janji setiamu yang tulus."
"Ya, saya bersedia." Caroline mengucapkan sumpahnya tanpa keraguan.
Gedung utama riuh dalam seketika semua undangan merasa bahagia atas pernikahan mereka termasuk orang tua Caroline dan Daeyong.
"Sekarang mempelai laki-laki dipersilahkan untuk mencium mempelai wanita."
Tidak tahu kenapa Daeyong tidak bisa mencium Caroline, padahal ini bukan ciuman pertama mereka. Apa karena orang di sekitar mereka yang menantikan moment ini?
Apa aku harus mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya kepada Caroline?
Apa aku harus menyatakan perasaanku kepada Daeyong? Tapi aku takut Daeyong tidak memiliki perasaan yang sama denganku.
Mereka saling bertatapan sangat lama, Daeyong ragu untuk mencium Caroline. Para undangan menanti bagian penting dalam acara ini. Hampir satu menit berdiam diri Daeyong mulai mendekatkan wajahnya ke arah Caroline. Ia menatap wajah Caroline yang teduh, entah mengapa sekarang Daeyong takut kehilangan gadis di depannya ini.
Jantung Caroline sudah berdetak kencang, tapi ia berusaha agar tetap tenang. Wajah Daeyong semakin dekat bahkan dia sudah bisa merasakan hembusan nafas hangat Daeyong.
Daeyong semakin mendekatkan wajahnya.
Saranghae Caroline, jebal gajimaseyo.
Pria itu pun mulai mencium gadis di depannya, tepukan tangan memeriahkan acara malam ini.
Gimana greget gak?
Gak ya?!
I know🤧
Oke deh jangan lupa ya vitaminnya :)
___________________________________
Saranghae= aku cinta kamu
Jebal gajimaseyo=tolong jangan pergi
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day With You | Complete |
Fiksi RemajaA story by Risa Martha Korean story ❤️ Romance Caroline~ "Haruskah aku menjadi salah satu pemeran di dalam drama mu yang tidak akan pernah berakhir?!" Daeyong~ " Ku mohon tetaplah disisiku, aku membutuhkanmu." Benci dan Cinta tidak jauh beda, bahka...