"How can?"

60 28 6
                                    

Lanjottt lagi siss....

Eits! Bintangnya ditekan duluuuu dong.

Daeyong merasa hampa, biasanya ada Caroline yang menghiasi harinya.

Setelah berita tentangnya tersebar ia merasa sangat kacau. Bagaimana mungkin ia selingkuh, dirinya hanya ingin menangkap Kang Mari. Dia akan segera mengklarifikasi berita bodoh itu.

Sekarang hidupnya kembali seperti dulu, kembali pada warna hitam dan putih tidak ada lagi yang mencerahkannya. Setelah Caroline datang hidupnya kembali bewarna, tapi itu hanya sesaat. Bahkan ketika warna terakhir ingin muncul, warna yang lain memilih untuk hilang.

Daeyong berjalan ke ruangan yang sekarang tidak ada penghuninya lagi. Pria itu menatap ke segala arah ruangan tersebut. Barang-barang di sana masih tersusun rapi. Daeyong selalu memerintahkan maid-nya untuk membersihkan ruangan itu. Kamar Caroline. Kamar yang menjadi saksi bisu ketika mereka saling bercekcok dan bercanda.

Mata Daeyong tertuju ke arah meja belajar yang masih dipenuhi buku-buku anak SMA. Ia duduk di kursi milik Caroline, menghirup aroma ruangan yang mengingatkannya kepada gadis itu. Tangan Daeyong terulur untuk meraih sebuah buku yang sedari tadi menarik perhatiannya. Diary bewarna biru muda. Daeyong membuka setiap lembaran, ternyata tidak ada isi sedikitpun hanya lembaran kosong.

"Untuk apa membeli jika tidak dipakai?" Daeyong menutup buku itu, tapi tanpa sengaja dia menjatuhkan sesuatu dari buku tersebut. Pria itu melihat ke arah lembaran yang jatuh dan mengambilnya.

"Apa ini?" Mata Daeyong membulat saat melihat gambar pada lembaran yang jatuh itu. Tanpa berpikir panjang Pria itu berlari ke luar dan mengemudi mobilnya kencang, seakan-akan dia akan kehilangan sesuatu jika tidak meraihnya cepat.

***

"Jadi apa yang harus kita lakukan?" tanya Elise.

"Sekarang kondisi masih sedikit aman karena Caroline belum menandatangani surat ini." Mark menatap surat itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kita akan membatalkan persidangan itu. Aku kenal pengacara Daeyong." Mark menatap Elise, lalu mengangguk setuju.

Suara bel berbunyi membuat keduanya menoleh. Mark meminta izin kepada Elise untuk membuka pintu.Karena hari ini semua maid diliburkan jadi tidak ada yang membukakan pintu untuk tamu.

Mark berjalan cepat, karena bel terus berbunyi.

"Seben.. Daeyong?"

"Caroline dimana?"

"Siapa?" Elise muncul di balik Mark.

"Daeyong?"

"nuna, apa kau melihat Caroline?"

"Kau berlari ke sini?" tanya Elise melihat penampilan Daeyong yang acak-acakan.

"Caroline dimana?" Daeyong sudah tidak sabar ingin berjumpa dengan gadis itu.

"Dia pergi."

"Pergi? Kemana?"

"Sebaiknya kau mencari gadis itu!" perintah Mark. Daeyong sedikit terkejut mendengar perkataan Mark, bukankah beberapa hari yang lalu Mark sangat marah kepadanya?

"K-kau?" Daeyong masih tidak percaya melihat Mark mengizinkannya untuk mencari adik perempuannya itu.

"Cepatlah! Caroline pasti belum jauh dari sini," tegas Mark sekali lagi.

"Thanks!" Daeyong langsung berlari menuju mobilnya yang terparkir di luar perkarangan istana kecil milik gadisnya.

***

 Spring Day With You | Complete |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang