Prolog

2.5K 286 20
                                    


Tes. Tes. Tes.

Suara tetesan air tidak henti-hentinya mengganggu, seolah menghitung detik demi detik yang berlalu di dalam sel yang gelap dan dingin itu.

Setidaknya, musim dingin sudah lewat. Setidaknya, hari ini tidak sedingin bulan-bulan lalu, saat suara yang terdengar adalah suara desau angin yang membekukan tubuh.

Sudah empat tahun berlalu.

Siapa sangka, empat tahun berlalu begitu saja. Hari-hari berjalan lambat, namun tahun-tahun berlalu begitu cepat.

Sudah empat tahun dirinya mendekam di tempat ini.

Semua ini gara-gara Meinrad.

Bagaimana cara Meinrad mendapatkan semua informasi yang bisa menjebloskannya ke tahanan - dia masih belum tahu. Trik apa yang Pangeran itu gunakan sehingga dia masih bisa memantau pemerintahan tanpa berada di ibukota - dia juga tidak tahu.

Tapi Pangeran muda itu bodoh kalau berpikir bahwa sebuah penjara dengan penjagaan ketat di antah berantah dapat mengurungnya selamanya. Meski kehilangan kedudukan, dia masih memiliki banyak sekutu yang bersedia membantunya - setidaknya dengan tawaran yang menggiurkan.

Dan sekeluarnya dia dari tempat sial ini, dia akan membuat Meinrad menderita - apapun caranya. 

****

Author's note: 

I'm back! 

Makasih banyak buat yang udah baca Artunis dan lanjut ke buku ini. Buat yang terdampar di sini dan belum baca Artunis, silakan baca dulu buku pertamanya ya...

Tadinya author mau tunggu sampai beres chapter 1 baru posting prolog lho. Tapi nggak sabar pingin denger pendapat kalian soal cover buku kedua ini. 

Thanks semua ya, chapter 1 akan menyusul secepatnya. <3

Agung (Artunis #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang