13. Kaisar

1.1K 177 13
                                    

Menno bernafas lega. Akhirnya. Bukannya berbahagia atas kemalangan orang lain, tapi bersyukur atas keberuntungan orang banyak. Di tangannya, dia memegang secarik kertas berisi pesan dari Eurig. 

Hallstein meninggal. Kabarnya dirahasiakan.

Oh, Menno tidak kaget sedikitpun bahwa kabar meninggalnya Hallstein dirahasiakan. Raja Wilmar pasti tidak ingin membuat istrinya khawatir. Walau Menno punya perasaan tidak enak mengenai penyebab kematian Hallstein. Pesan terakhir sebelum ini yang dia terima dari kawan lamanya berisi laporan Bala bahwa Josse mengunjungi penjara tempat Hallstein ditahan. 

Menno tidak bodoh (walau kadang kelihatannya begitu). Josse mencuri buku dari Estahr, pergi ke kediaman keluarga Hart, lalu ke penjara, dan kurang lebih seminggu setelah kunjungannya, Hallstein tiada. Tentu saja ini semua bukan kebetulan. Pertanyaannya adalah, kenapa. Apa alasan di balik semua kejadian ini?

Suara langkah kaki memaksa Menno menyingkirkan pikiran-pikiran itu. Menno menoleh ke arah sumber suara dan melihat Putra Agung Arasher dan Ram berjalan ke arahnya. Seperti biasa, Ram berwajah serius dan waspada, seolah dia sedang dikelilingi binatang buas. Menno sampai sudah bosan mendengar Artunis meracau gusar soal Ram. Panglima sudah muak melihat Ram bertingkah seolah dirinya akan diam-diam mencelakai adiknya. Bagi Menno sendiri, sikap Ram sebenarnya menggelikan. Wajar kalau pada awalnya dia waspada, khawatir Panglima menganggap Arasher sebagai Putra Agung saingan dan berniat menyingkirkan pangeran muda itu. Tapi setelah tinggal di sini hampir sebulan, apa Ram tidak punya mata? Jangankan mencelakai Arasher, Artunis bahkan kesulitan menolak apa pun keinginan anak itu. 

Mulai dari membawa Arasher berkeliling Estahr dan membelikannya berbagai jenis jajanan dengan alasan memperkenalkan anak itu pada "budaya dan adat kota ini", membawanya berkuda ke perkemahan Pasukan Fajar karena "suatu hari nanti dia akan punya pasukan sendiri" (dan bukan karena Arasher penasaran seperti apa Pasukan Fajar yang legendaris itu), hingga menghabiskan waktu yang biasanya dia pakai untuk berlatih tarung dengan Askar atau panglima lain untuk melatih Arasher bela diri dan panahan. Singkatnya, Artunis memanjakan Arasher habis-habisan. Tidak heran putra agung muda itu memuja kakaknya. 

"Selamat pagi, Putra Agung," sapa Menno saat anak muda itu berdiri di hadapannya. 

Arasher menoleh pada Ram yang berdiri tegak di sisinya, dan, dengan usaha terbaiknya meniru Artunis berkata, "Tinggalkan kami berdua."

Menno menahan diri agar tidak mengangkat alis atau tertawa geli. Walau baru berusia delapan tahun, yang ada di hadapannya tetap seorang Putra Agung. Perintah yang kalau terlontar dari mulut Panglima membuat sekujur tubuh merinding, di lidah Arasher malah terdengar sangat, sangat menggemaskan. 

Sepertinya Ram juga tidak terintimidasi, karena sang prajurit menolak mentah-mentah perintah Putra Agung. "Putra Agung, saya tidak diizinkan meninggalkan Anda sendirian," bantahnya.

"Aku tidak sendirian," balas Arasher, menunjuk pada 'teman' Abangnya di hadapannya. 

"Tapi-"

"Sudahlah," Menno bangkit menengahi. "Putra Agung hanya mau bermain denganku. Aku akan mengembalikannya tanpa kekurangan apapun." Kalimat terakhirnya diucapkan sambil tersenyum lebar, seolah mencemooh Ram yang paranoid. Prajurit itu mendengus, lalu dengan berat hati mengucapkan salam dan meninggalkan mereka berdua.

"Akhirnya..," gumam Arasher begitu Ram tidak terlihat. Anak itu menghela nafas panjang, dan duduk lemas di bangku taman tempat Menno sebelumnya duduk. Tanpa Ram, Arasher yang lebih santai tampak tidak jauh berbeda dengan anak-anak lain seusianya. Atau mungkin karena Panglima juga lebih santai saat berada di sekeliling orang-orang dekatnya, Arasher juga merasakan hal yang sama. Apa boleh buat, anak seumur begini memang mudah sekali meniru panutannya. Semakin lama dia tinggal di Estahr, akan semakin mirip  dia dengan Panglima. Menno mengambil tempat di sebelah Putra Agung, lalu menyandarkan punggungnya.

Agung (Artunis #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang