15. Berburu dan Diburu

1K 175 14
                                    

Bidik...

Jemari-jemari di tangan kanan Arasher membentuk cakar elang, tali busurnya menegang. Mata Arasher menajam terpaku pada rusa muda yang sedang asyik mengunyah dedaunan muda, sama sekali buta akan bahaya yang mengancamnya. 

Putra agung muda itu menahan nafas, seakan takut tarikan nafasnya akan terdengar oleh buruannya. 

Tembak.

Dengan satu gerakan dia melepaskan anak panahnya, yang berdesing melesat kencang sebelum terhunjam di pangkal kaki belakang binatang malang itu. Arasher tersenyum lebar, siap memacu kudanya untuk mengejar rusa yang seketika menghilang di balik dedaunan sekalipun terluka. Suara tepuk tangan abangnya membuatnya berhenti.

"Kerja bagus, Arasher," puji Artunis, menghentikan kudanya di sisi kuda adiknya itu. "Adikku satu ini memang berbakat," lanjutnya, mengelus puncak kepala Arasher. "Mungkin sebentar lagi kamu sudah bisa maju ke medan perang."

Senyum Arasher makin lebar, meski pipinya memerah malu. "Jangan begitu Abang," jawabnya merendah. "Aku hanya belajar baik-baik dari Abang."

Artunis memperhatikan mata adiknya yang bolak-balik melirik ke arah menghilangnya rusa tadi. Panglima tersenyum tipis dan menepuk pundak Arasher. "Siap mengejar buruanmu?"

"Panglima!" 

Seruan seorang prajurit membuat Panglima menoleh, nyaris tidak sempat melihat mata adiknya yang berbinar dan penuh antisipasi. "Ada apa?" tanya Panglima dingin, tidak meninggalkan keraguan bahwa kedatangan prajurit itu membuatnya kesal. 

Sang serdadu, tidak ingin merusak mood panglimanya lebih jauh, segera menjawab, "Lapor Panglima. Ada masalah dengan pasokan makanan. Kehadiran Panglima diperlukan di perkemahan."

Artunis mendengus, memijat pangkal hidungnya. Sepertinya dia harus segera memeriksa perkemahan Pasukan Fajar. Lalu Arasher... 

"Tidak apa-apa Abang," Arasher mengangguk ke arahnya. "Ada Ram dan Askar. Abang tidak perlu khawatir."

Artunis mengangguk. Adiknya benar. Meskipun sikap Ram tidak bersahabat, tapi setidaknya orang itu dipekerjakan Sang Agung untuk menjaga putranya. Selain itu, Askar perkemahan mereka selama berburu. Dirinya bisa segera mengurus masalah ransum dan kembali bertemu adiknya hanya dalam beberapa hari. 

"Baiklah," Panglima memutuskan. "Kalau begitu kita kembali ke perkemahan sekarang. Setelah itu aku akan ke Perkemahan Pasukan Fajar."

Arasher mengerutkan alis, menengok ke hutan di belakangnya. "Tapi Abang, buruanku..," protesnya. 

"Kita selesaikan lain kali Arasher," potong Panglima. 

"Dia sudah terluka, Abang," bujuk Arasher. "Biarkan aku mengejar dan menangkapnya. Aku akan langsung pulang ke perkemahan setelah itu."

Panglima masih belum yakin, tapi Ram segera berdiri di hadapannya. "Saya akan membawa Putra Agung kembali ke perkemahan," ujar pria itu dengan nada yang terdengar ketus di telinga Panglima. Panglima menaikkan alis tanpa memberi tanggapan lisan. 

"Jangan khawatir Abang," suara kanak-kanak Arasher kembali menarik perhatiannya. "Lagipula selain Ram, ada Aetos yang menjagaku."

Arasher mendongak, menunjuk ke langit, dan Artunis tersenyum tipis. Seekor burung elang keemasan terlihat terbang membubung dari sela-sela pepohonan. 

"Baiklah," katanya mengalah. "Tapi ingat! Segera pulang setelah mendapatkan rusa itu." Panglima menoleh pada salah satu prajurit yang menyertainya. "Sampaikan pada Askar bahwa Arasher dan Ram akan datang sebelum matahari terbenam, dan aku akan datang paling lambat besok lusa."

Agung (Artunis #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang