23. Kejutan Di Tengah Hutan

945 183 59
                                    

Kalau bukan karena merpati putih yang bertengger santai di puncak kepalanya, ekspresi serius Menno selagi membaca pesan dari kawannya di Estahr sebenarnya cukup mengkhawatirkan. Dahinya yang biasanya mulus berkerut dan rahangnya menegang, matanya jelas menunjukkan bahwa pria itu sedang berpikir keras — setidaknya sampai tukang pos-nya mematuk-matuk kepalanya bosan. 

"Oi!" Menno menghalau burung itu dengan kedua tangannya. Tanpa rasa takut sang unggas membalas dengan bunyi 'kurr-kurr' yang di telinga Menno terdengar setengah mengejek, walau dia akhirnya meninggalkan Menno, memilih mendarat di tanah dengan harapan ada makanan di sana. Menno, masih kesal,  berjongkok di dekatnya sambil mengacungkan pesan Eurig di depan burung itu. "Kamu dan Eurig sama saja," gerutunya seolah sang burung mengerti. "Tidak bisa hidup tanpa mengganggu-ku." 

Tapi terlepas dari keisengan Eurig (yang sekilas bertanya soal kabar kekasih rahasianya), tidak adanya berita soal keberadaan Hallstein membuat dirinya gelisah. Manusia tidak mungkin raib begitu saja, tapi berhubung Hallstein lebih mirip ular daripada manusia... Apa mungkin dia lolos dari perburuan Kyros? 

Kali ini Eurig bilang bahwa dirinya meminta bantuan Bala untuk menemukan sang mantan panglima, dan karena itu Bala harus meninggalkan misi apapun yang sedang Menno berikan padanya. Meski Eurig hanya memberi tahu (bukan minta izin), Menno tidak keberatan. Toh menemukan Hallstein lebih penting daripada tugas yang ia berikan pada Bala, dan saat ini bisa dibilang Bala sudah menyelesaikan misi-nya. Tinggal menunggu kabar Eurig berikutnya.

"Paman Menno!" Arasher berjalan cepat ke arahnya. Menno berdiri menyambut sang pangeran. Kedekatannya dengan Artunis bukan alasan untuk mengabaikan tata krama dengan anggota keluarganya yang lain, terutama karena Ram meliriknya tajam dari kejauhan. 

"Putra Agung, apa semua sudah siap untuk keberangkatan kalian?"

Wajah Arasher mengeras mendengar pertanyaan Menno, entah untuk menyembunyikan kesedihan atau kekesalan.

Setelah memanggil para panglima bawahannya beberapa hari lalu, Artunis segera memberikan perintah untuk memboyong Askar dan Arasher keluar dari perkemahan dan kembali ke Estahr. Bukan itu saja, Artunis juga menginstruksikan agar sesampainya Arasher di Estahr, kepulangannya kembali ke Nisaya harus segera disiapkan. Dengan atau tanpa dirinya, Arasher harus sudah ada di Nisaya sebelum musim dingin mengganas. 

Anak itu, tentu saja, memprotes keras, bersikukuh bahwa dia bisa membantu abangnya hingga sang panglima pulih total, dan bahwa dia akan bertanggung jawab atas penjelasan apa pun yang ayahandanya minta. Sayangnya bagi Arasher, keputusan Panglima sudah bulat, dan ketika sang Abang menggunakan kedudukannya sebagai Putra Agung Pertama untuk memberikan perintah, Arasher tidak bisa berbuat apa-apa. 

"Aku tidak akan pernah siap meninggalkan Abangku yang sedang terluka," ujarnya menjawab pertanyaan Menno. "Tapi aku bukan mau bicara soal itu Paman."

Sebelum Menno bertanya lebih lanjut, seekor burung besar menukik tajam dari langit, lalu dengan manuver yang tidak akan pernah Menno pahami, mendarat tepat di pundak Menno, (membuat sang tabib meringis) lalu seenaknya bertengger di situ. Melihat kelakuan para unggas di dekatnya, Menno jadi membandingkan dalam hati anatomi tubuhnya dengan pohon-pohon di hutan. 

Kontras dengannya, mata Arasher berkilat melihat Aetos. Saat itu juga Menno tahu apa yang ingin sang pangeran bicarakan. 

"Paman, apa aku boleh membawa Aetos ke Nisaya?"

Menno menaikkan sebelah alisnya, lalu menoleh pada burung besar di bahunya. "Hmmm.. Bagaimana ya?" 

"Kalau Paman mau, aku bahkan bersedia membelinya." 

"Tidak usah, tidak usah, Putra Agung," pria itu cepat-cepat menimpali. Menno rasanya tidak tega menerima uang dari seorang anak kecil, sekalipun anak itu seorang Putra Agung. "Bagaimana kalau kita tanya Aetos saja?" Sang elang kaisar tanpa menunda mengepakkan sayapnya dan berputar-putar di atas kepala Arasher, sebelum terbang melesat ke udara.

Agung (Artunis #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang