Benar saja seperti perkiraan Yeseul, bahwa sebagian bangku di kelas mereka sudah dikeluarkan dan hanya tinggal 16 biji kursi dan 8 meja yang tersisa.
"Kenapa mereka tidak memberi kita kursi tunggal saja sekalian" Yeseul tidak menyadari Jekyung sudah berada di belakangnya.
"Kau tahu.. ng kursi dan meja yang satuan" Jekyung mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya tidak perlu.
"Mungkin sekolah sedang mempertimbangkannya. Lagian kakak kelas kita malah lebih sedikit jumlahnya"
"Oiya mereka cuma bersepuluh kan"
Yeseul tidak begitu tertarik berkenalan dengan teman sekelasnya yang lain, tapi Jekyung yang sepertinya punya kepribadian ambivert memaksanya untuk mengenal semua orang karena itu dirasa perlu jika suatu saat mereka harus melakukan demo atau semacamnya.
"Kang Minaa.. kau jago bernyanyi?"
Jekyung mulai sksd dengan penghuni bangku sebelah mereka.
"Yaa.. hehe lumayan"
Jekyung membuat bibirnya membuat huruf o tanda mengerti.
"Dan siapa.. teman sebangkumuu"
Berbeda dengan Mina yang murah senyum teman sebangkunya agak dingin.
"Jung Sohee" katanya tidak peduli. Yeseul harus memberi penghargaan kepada Jekyung nanti karena Jekyung tidak merasa nggak enak sedikitpun setelah mendapat perlakuan seperti itu.
"Ah, ye. Sohee. Bukankah kau sama dengan Yeseul. Ke bagian menggambar"
Sohee hanya mengangguk tanpa repot repot melihat Jekyung.
"Yorobunn, ayo mainn caturr"
Suara anak yang diingat Yeseul sebagai gembul karena pipinya sangat tembam berteriak menggelegar bahkan sebelum ia memasuki kelas.
"Anak laki laki pada ke lapangan basket"
"Yah.. oke"
"Kau kenal?" Yeseul penasaran apakah Jekyung sudah tahu nama semua orang di kelas ini.
"Dia Haechan. Anak 10-3 dulu. Anak paduan suara"
"Oh.."
Sedangkan Haechan menaruh papan catur dan tasnya sembarangan dan segera menyusul yang lainnya ke lapangan, Jekyung mengecek ponselnya yang berdering karena pesan masuk.
"Yeseul-ah, aku mau ke lapangan basket disuruh Jaemin nganter minum. Apakah kau mau ikut?"
Yeseul sedikit menimbang apakah ia akan ikut Jekyung untuk memutari lapangan pagi pagi atau berdiam di kelas saja.
"Ikut deh"
"Oke"
Jekyung mengantongi sejumlah uang dan bergegas ke kantin dengan Yeseul di belakangnya.
"Kau dekat dengan Jaemin?" Yeseul penasaran sepertinya Jekyung mempunyai hubungan teman dekat dengan Jaemin.
"Apa? Oh, tidak. Rumah kita cuma satu wilayah dan celakanya aku sekelas dengannya waktu kelas satu. Dia jadi agak merasa punya kuasa terhadapku karena dia lebih tua maka beginilahh aku" Jekyung merentangkan tangannya seolah olah dia adalah malaikat yang mengepakkan sayap.
"Ohh"
Yeseul sebenarnya agak tertarik dengan Jaemin dari kemarin saat pertama kali bertemu tapi ia sedikit berpikir ulang.
"Apakah dia punya pacar?"
"Punya. Tapi kadang kau tidak akan tahu siapa yang jadi pacarnya hari ini. Kemarin. Atau besok. Ngga paham aku juga sama tu orang. Kenapa emangnya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Goodbye Pain
FanfictionSome pray for the rain, others pray for peace. I pray for your happiness, with or without me. - Anonym Ada suatu ketentuan dimana pada semester dua akhir di kelas dua, para siswa disatukan di dalam satu kelas penjurusan dengan keahlian yang sama. Da...