31.

34 1 1
                                    

Yeseul dan Mark sampai ketika ruangan Jaemin sudah ramai. Yeseul mengira mungkin saja Jaemin sudah diperbolehkan pulang jadi keadaan sedikit rusuh.

"Yaa, Chenle... kau curang"

Ternyata dugaan Yeseul salah. Ada dua bayik sedang bermain catur dimana sang empunya tidak tahu kemana. Yeseul yakin itu adalah catur Haechan karena papan caturnya terlihat sama seperti yang biasa dibawa ke kelas.

Mark membuka tirai, terlihat Jaemin duduk dimana lengan kanannya tertutup perban memutar dari bahu.

"Sudah baikan?" Mark lebih bertanya ke Jekyung yang sepertinya telah selesai menyuapkan jatah makan siang Jaemin.

Jekyung mengangguk, "Lumayan. Tadi perbannya diganti dan lebamnya sudah agak memudar. Demamnya juga sudah turun. Tekanan darah normal"

"Baguslah"

Mark kemudian memainkan pengatur infus Jaemin.

"Bisakah kalian meninggalkan kita sebentar?"

"Ada apa?"

"Aku akan membicarakan sesuatu dengan Jaemin"

"Aku perlu tahu apa yang berhubungan dengan Jaemin"

Jekyung bersikukuh.

"Sebagai orang dewasa"

"Aku juga dewasa"

"Tidak. Kau masih anak anak. Please, Jekyung-ah. Nanti aku akan berbicara denganmu juga. Bermainlah dulu dengan Yeseul, dia mencarimu sejak pagi tadi"

Jekyung menatap Yeseul.

"Baiklah. Ayo Yeseul-ah. Biarkan orang sok dewasa ini berbicara" Jekyung menutup tirainya dengan kesal.

Mark tidak main main ketika hanya ingin bicara pada satu orang. Terbukti meskipun mereka berada dalam ruangan yang sama, suara mereka sama sekali tidak terdengar.

"Mark darimana?" Jekyung langsung mengunterogasi Yeseul.

"Aku tidak tahu. Tidak ada pelajaran di sekolah. Jadi kita semua tidak berada di kelas"

Yeseul mengalihkan pandangan pada dua orang yang sedang serius di sofa.

"Mereka berdua membolos?"

"Eoh. Karena Jaemin. Ia membawa pengaruh buruk pada anak anak polos ini lebih cepat dari kecepatan cahaya"

Jekyung mengajak Yeseul ke arah jendela.

"Ah, ye. Jekyung-ah, tadi aku bertemu Miss Suzy dan selama liburan nanti kita harus sudah memikirkan tentang surat masa depan"

"Tentang?"

"Tentang rencana kita ke depannya setelah lulus. Tentang universitas, pekerjaan yang diinginkan, hal hal baru yang mau dipelajari seperti kursus bahasa inggris atau mandarin atau skill komputer..."

"Wajib?"

Yeseul mengangguk. Setidaknya seperti itulah tadi yang ia tangkap ketika ia dan Renjun mengumpulkan tugas ke kantor Miss Suzy.

Jekyung menghela napas.

"Pasti semua orang merancang masa depannya dengan baik, jadi orang orang dewasa ini ingin kita semua mencapainya"

Yeseul tercekat, mengingat Jekyung bisa saja menjadi orang menyerah yang akan melakukan apa saja untuk bertahan hidup. Tentu saja orang seperti Jekyung akan berusaha pergi dari Jaemin seerat apapun ia melingkarinya.

"Kau punya impian?" tanya Jekyung tiba tiba.

"Ye.. bukankah semua orang punya"

"Kau pasti ingin menjadi pelukis yang terkenal dan karyamu akan disukai siapa saja"

The Goodbye PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang