Setiap hari Yeseul masih penasaran setengah mati, sampai dia berani tanya kepada Jekyung perihal Jaemin.
"Jekyung-ah.." Yeseul sudah merasa bahwa ia sudah lumayan akrab dengan Jekyung selama beberapa hari di kelas yang sama dan duduk sebangku.
"Kenapa?"
"Kamu masa nggak baper gitu sama Jaemin?"
Jekyung tahu Yeseul pasti benar benar tertarik dengan Jaemin
"Maksudnya, kalian hanya benar benar teman?"
Jekyung merasa seperti dejá vu karena hal ini sering terjadi. Orang orang baru pasti selalu mengira bahwa hubungannya dengan Jaemin pasti ada apa apa.
"100% teman, Yeseul. Aku menjaminnya dengan gunung fuji yang tetap ada pada tempatnya"
"Yakin?"
"Wahh kau inii ya.. kamu beneran suka Jaemin ya?"
"Hehe. Kalau boleh tahu pacarnya sekarang siapa?"
"Aku nggak hapal semua pacarnya sih. Tapi kayaknya salah satu anak ipa. Soalnya dari kemarin aku setiap lewat koridor kelas ipa mereka sok ramah"
Yeseul tidak paham akan pernyataan Jekyung tentang pacar pacar Jaemin.
"Maksudnya?"
"Ngg. Gini, biasanya orang orang yang dideketin Jaemin otomatis deketin aku juga karena tahu aku temen deketnya Jaemin"
"Terus kamu bantuin mereka jadi pacar Jaemin atau kamu bantuin Jaemin buat bisa jadi pacar mereka"
"Accidentally aku tidak membantu apapun. Tapi mereka biasanya tetap seperti itu. Bahkan yang sudah jadi pacarnya Jaemin sok sok an masukkin aku ke squad mereka"
Berakhirnya penjelasan Jekyung bersamaan dengan munculnya Jaemin yang langsung merangkul bahu Jekyung.
"Fff.."
Jekyung sudah hampir kelepasan untuk memaki Jaemin karena kaget tapi keduluan Jaemin yang membungkan mulutnya dengan telapak tangan.
"Yeseul kamu mau jadi pacarku?" Ungkap Jaemin tiba tiba sambil cengingisan, sedangkan Yeseul memasang muka cengoh yang tidak nyaman.
Jekyung, yang sudah hapal apa yang harus ia lakukan saat Jaemin banyak polah segera menggigit jari Jaemin yang terdekat dengan giginya.
"Awww.." Jaemin mengibas-ibaskan tangannya.
"Bangsat lo Jae, tangan penuh keringat jugaa.." akhirnya Jekyung telah melampiaskan hasratnya meneriaki Jaemin sambil meludah serampangan.
"Sakitt tauu, dekk. Aku kan maunya yang digigit bibir bukan jari"
"Heihh najiss astagaa nii manusaa. Ayokk Yeseul. Yakin kan kamu sekarang alasan aku nggak bolehin kamu suka sama orang macem dia"
Jekyung menarik lengan Yeseul untuk masuk ke dalam kelas dengan cepat saat Jaemin mendengar suatu hal yang membuatnya mendapatkan ide."Yeseul, suka gue?" Tanya Jaemin kepada dirinya sendiri sambi menunjuk mukanya sendiri. Kemudian tersenyum lebar.
Jekyung pulang belakangan karena dapat jadwal piket bersama Renjun dan satu orang lagi yang belakangan ia tahu namanya Kim Saeji. Perempuan, kelihatannya kutu buku karena minatnya pada novel, dan menurut Yeseul sifatnya sedikit tertutup. Karena ia hanya menjawab apa yang Jekyung tanyakan dan tidak mengobrolkan apapun.
Renjun dengan tenangnya menata kursi sejajar dengan bangkunya saat tidak sengaja bertatapan dengan Jekyung ia memalingkan muka. Yeseul menduga Jekyung juga sama seperti dirinya yang suka mengamati aktivitas orang lain. Yeseul ikut pulang belakangan karena ia tidak mau melewati lorong yang ramai sendirian dan ia sudah membicarakan itu dengan Jekyung bahwa mereka akan pulang bersamaan karena bus yang biasa ditumpangi Jekyung sama tujuannya dengan Yeseul.
Tanpa mereka tahu Jaemin ternyata menunggu di luar kelas.
"Katanya mau pacaran..." Jekyung entah bagaimana tetap konsisten memperlakukan Jaemin seperti itu.
"Udah putus tuh. Aku kosong"
"Masa?"
"Iya. Makanya tadi aku tanya Yeseul mau jadi pacar aku nggak" perhatian Jaemin langsung beralih ke Yeseul sambil mengangkat alisnya.
"Dont bother my friend!"
"Kan kamu udah biasa berteman sama pacar pacar aku, sayang"
"Ya merekaa kan fakee mau temenan sama aku. Cuma biar dapet perhatian kamu"
Renjun melewati mereka dengan tatapan sedingin es yang membuat A
Jaemin bereaksi bergidik kedinginan."Ihh dingin yaa hari ini, sayangg"
"Stop to call me dengan kata itu" kata Jekyung yang matanya tidak lepas dari Renjun.
Setelah Renjun cukup jauh Jaemin cukup provokatif berbicara dengan nada sangat rendah sampai Yeseul mengira bahwa Jaemin mencoba akan mengaum.
"Kenapa cuma di depan Renjun aku nggak boleh panggil kamu dengan sebutan 'sayang'.."
Jaekyung melirik ke arah Yeseul yang ditanggapi Yeseul dengan seolah olah ia tidak begitu peduli.
"Stopp itt"
"Kenapa?"
"Diem, Jae. Ato aku dorong kamu ke kolam"
"Dorong ajaa... ehh. Dengar, Jisung beneran terpukul karen kejadian kamu nolak dia"
"Ya kan itu karena kamuu"
Yeseul merasa tidak enak dengan kedua orang itu, meskipun ia penasaran dengan ceritanya ia memutuskan untuk pulang lebih dulu dengan ojek seperti yang biasa ia lakukan.
"Teman teman, aku duluan yaa"
"Eh lah, Yeseul. Nggak jadi bareng naik bus?"
Yeseul menggeleng.
"Besok aja mungkin" jawab Yeseul yang kemudian sudah naik ke jok motor dan motor abang ojeknya menghilang diantara pengguna jalan yang lain.
"Kann.. kamu kan. Ihh"
"Haha. Emang kamu ngga pernah punya temen selain aku kok" Jaemin percaya diri bahwa benar Jekyung tidak pernah mendapatkan teman yang nyata.
"Nanaa kurang ajar"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Goodbye Pain
FanfictionSome pray for the rain, others pray for peace. I pray for your happiness, with or without me. - Anonym Ada suatu ketentuan dimana pada semester dua akhir di kelas dua, para siswa disatukan di dalam satu kelas penjurusan dengan keahlian yang sama. Da...