20.

24 1 0
                                    

Pertemuan berlangsung cepat. Renjun hanya menjelaskan bahwa lagu mereka sudah jadi dan membawakan beberapa notnya dengan singkat. Mereka bisa mulai latihan hari minggu tepat sebelum ujian di mulai.

"Kita perlu belajar ya asal kau tahu" Yeji mulai menyulut.

"Hanya sebentar saja. Untuk cek sound ibaratnya" Mark membela.

Jaemin menyilangkan tangannya di depan dada, bersiap untuk melihat pertempuran yang hendak terjadi. Ia tahu pada akhirnya bahwa Mina menyebarkan nomer ponselnya berdasarkan apa yang disuruh oleh Yeji. Dan kini ia merasa Jekyung sedikit benar tentang memilah teman.

"Buang buang waktu, Jun" Mina menyahut.

"Terus bagaimana?" Keputusasaan Renjun membuat semua orang hening. Bahkan mereka bisa mendengar suara napas satu sama lain.

Terlebih mereka hanya bersebelas karena empat siswa lainnya mengikuti Hesoo keluar sekolah terlebih dahulu.

"Kita coba cek sound saja hari ini. Sekarang!" Haechan terlihat serius raut mukanya sampai Yeseul takut jangan jangan dia akan meletus.

"Okee.." Mark menyanggupi dan mulai mengambil gitar.

Renjun membacakan lagu tentang apa itu dan siapa saja yang bermain dimana orang yang disebutkannya mulai mengambil posisi masing masing.

Lagu pertama adalah Morning Breeze yang akan dinyanyikan oleh Mina. Mina mendapatkan tiga lagu sedangkan Yeji dan Yeseul masing masing satu lagu.

Mereka sampai lupa waktu dan keluar dari ruang penjurusan tepat pukul 10 malam.

"Besok hari tenang untuk ujian. Tidak ada latihan sampai hari sabtu pekan depan. Dan Yeseul perhatikan vibrasi mu ya. Sudah. Selamat malam. Hati hati kalian semua" Mark menutup pertemuan persis seperti ketua rt di rapat rutin bulanan.

"Yeseul-ah. Kau ikut naik bus?" Jekyung sedang berusaha menalikan sepatunya ketika bertanya pada Yeseul.

Yeseul menggeleng.

"Aku dijemput hari ini. Kau hati hati yaa" kemudian berlari ke gerbang depan sekolah.

"Makanya kalo pake sepatuu yang nggaj usah ribett" Jaemin tiba tiba jongkok untuk menalikan sepatu Jekyung.

"Ini juga ngga ribet, tau. Cuma aku ngga konsen aja"

"Ngga konsen kenapa? Seharian udah ketemu kan"

Jaemin lebih seperti seorang ayah yang menyindir anaknya jadi demam karena main hujan hujanan.

Jekyung mengisyaratkan Jaemin untuk diam dengan menempatkan jari telunjuknya di bibir.

"Aku tetep nggak suka kamu deket sama Renjun" kata Jaemin waktu berdiri.

"Ya, yakk emang yang suka dia kan aku bukan kamu"

"Oiya bener"

Jaemin hanya menendangi kerikil sampai mereka di depan halte.

"Jadi pacarnya anggota geng Yongwoo yang digodain Hesoo adalah babi noona?"

Jaemin mengangguk.

"Jangan bilang Hesoo masuk ke dalam permainan kaliann.. ngakuu!!"

Jaemin menggeleng.

"Dia pemain tunggal. Aku nggak akan merekrut anggota sebodoh Hesoo"

Jekyung menggeleng keheranan.

"Aku ngga paham sama permainan kalian"

"Jangan sampai kamu paham" Jaemin hanya menggumamkannya, tanpa ekspresi. Saat Jekyung sudah masuk duluan ke dalam bus

Jauh di depan mereka Yeseul yang sedang duduk di jok belakang sebuah mobil mulai menyadari. Bukan Jekyung yang jatuh cinta. Kalaupun iya, Jekyung tidak akan bisa menyembunyikannya. Jaemin. Entah kenapa Yeseul merasa perilaku Jaemin ke Jekyung sebegitunya. Yeseul paham tentang konsep hubungan kakak dan adik. Tapi, Jaemin tidak. Ia seperti punya perasaan lebih dari seorang kakak yang melindungi seseorang yang ia anggap adiknya.

The Goodbye PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang