12.

35 1 2
                                    

Beberapa waktu yang lalu.

"Kau putus dari Haera?"

"Kenapa? Kau mau mengambilnya alih? Silakan"

Jeno tersenyum menyamping.

"Buat apa? Toh dulu kamu yang menang dan kamu mendapatkannya"

Jaemin mengedarkan rokok pada Jeno.

"Bagaimana kalau aku mendapatkan Jekyung saja"

Jaemin yang tadinya menawarkan rokok berubah mengajukan kepalan tangan siap menonjok wajah Jeno.

"Kita main adil, men. Aku menyukai Haera dan kau mendapatkannya.. dan kau menyukai Jekyung kemudian aku juga bisa mendapatkannya kan"

"Micheoseoo?"

Jeno meringis mendapatkan satu buah tinju di rahangnya.

"Bukankah kita seharusnya bertengkar sekarang. Ayo lakukan. Tadi Haera sudah datang ke kelasmu kan. Kau tidak takut apa yang akan dilakukannya pada Jekyung?"

"Dia tidak akan berani menyentuh Jekyung"

"Benar jugaa. Anak itu bisa meledak kapan saja.."

Jeno mengambil bungkus rokok Jaemin dan membuangnya ke tempat sampah.

"Ngga ada yang pernah aman dari tempat yang dekat dengan sekolahan" Jaemin mengikuti arah pandang Jeno ke satu cctv kecil di pojok minimarket.

"Yongwoo dan gerombolannya kemarin sudah ketahuan, kita jangan nambah pekerjaan sekolah untuk menyiksa murid lagi"

Jaemin agak tidak terima tapi tidak ada yang bisa diperbuatnya.

"Apakah mereka masih sering berbuat onar?"

"Tentu saja. Otak mereka dan egonya sama. Sama sama ingin diberi pengakuan paling jago"

"Kau masih ikut di dalamnya?"

"Kadang ya kadang tidak" Jeno mengedikkan bahunya.

Jaemin memandangnya tidak percaya.

"Haera masih tidak terima kenyataan kalau kalian putus. Dia memberikan ku ide untuk membuat siapapun yang kau sukai terluka"

"Kau di pihakku atau Haera?"

"Haera, dia sudah memberiku uang pelicin" kata Jeno yang membuat tahi lalat di dekat matanya tenggelam ketika tersenyum.

"Terus kenapa kau bilang padaku, bodoh. Haha"

"Kau temankuu, apa lagi. Mari kita buat mudah. Berhenti memperlakukan Jekyung seperti adik kecilmu yang berharga dan hadapi perasaanmu dengan jantan"

"Apapun.. tapi jangan Jekyung" Jaemin mendelik ke arah Jeno.

"Apa bedanya, Jaemm.. dia kan sama saja seperti perempuan lain yang kau mainkan. Dan kita sudah biasa mempertaruhkan perempuan perempuan itu untuk didapatkan"

"Kau mau wajahmu bengkak hari ini?"

"Silakaann.." Jeno melebarkan kedua tangannya.

"Aku mempunyai target lain. Kau mau? Kau tetap bisa mendapatkan uang dari Haera dan tetap berlomba denganku"

"Siapa?"

"Kau ingat cewek yang kau ceritakan padaku waktu SMP, yang satu sekolah denganmu?"

"Siapa?" Jeno mengingat wajah wajah teman SMP nya

"Han Ye Seul"

Jeno masih berpikir ini tentang cewek yang mana.

"Anak 10-5?"

"Ya, sekarang di kelas seni bahasa"

"Call. Dia mantanku pasti masih mencintaiku"

"Tidakk.. dia tidak lepas memandangku waktu di kelas. Sekarang dia menyukaiku"

"Baiklah. Kita lihat siapa yang dapat" Jeno percaya diri

"Kau mau kembali ke sekolah?" Jaemin sudah berpikiran ia tidak ingin melihat Park Haera di sekolah.

"Kau?"

"Pissibang"

"Warnet belum buka, bodohh"

"Sudah. Kalau kita berangkat naik bus. Bukan naik jet" Jaemin mengompori.

"Okee.. kaja"

The Goodbye PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang