Yeseul berhasil menyusul Renjun untuk menuju kantornya Miss Suzy. Karena Renjun tidak mengajaknya bicara, Yeseul juga diam saja. Benar benar hening sampai mereka masuk kantor dan keluar lagi.
Ternyata Miss Suzy cuma nyuruh data anak anak berdasarkan minat dan bakatnya. Yeseul agak heran kenapa tadi nggak langsung sms aja kaya tadi sms Renjun buat datang ke kantor bareng dia.
"Njun, duluan aja. Aku mau ke kantin"
Renjun cuma mengangguk dan berlalu saja. Sampai Yeseul merasa apa Renjun baru sakit gigi. Tapi ia segera ingat tadi keknya waktu sama Jekyung Renjun sempat ngobrol. Jadi cuma emang enggan ngomong aja kayaknya.
Waktu jalan ke kantin Yeseul menemukan sosok yang ia akan terus ingat bahwa itu Jekyung. Terlihat dari seragamnya yang ditekuk pada bagian lengan. Lagi duduk sendirian di samping lapangan basket.
Yeseul ingat tadi Jaemin juga katanya ke lapangan basket. Sebenarnya dari awal Yeseul merasa bahwa pasti ada apa apa sama mereka berdua. Nggak mungkin cewek cowok bisa bener bener temenan tanpa ada baper kan.
Tapi, Yeseul tetap menghampiri Jekyung. Seumpamanya nanti Jaemin dan Jekyung beneran ada apa apa dia akan tahu dengan sendirinya bukan dari orang lain.
"Heii.. Yeseul"
Jekyung segera menyadari keberadaannya. Yeseul mendekat dan melihat ada beberapa snack dan botol minum air mineral.
"Gimana tadi Miss Suzy?"
"Cuma disuruh membuat data bakat dan minatnya orang satu kelas"
Jekyung membentuk bibirnya bulat dengan mengeluarkan kata 'oh' panjang.
"Buat Jaemin ya?" Yeseul benar penasaran.
"Yes. Kamu tahu sendirikan. Udah aku ceritain kan tadi dia gimana. Heihh. Nyebelin bener emang"
Sementara Yeseul mendengar keluh kesah Jekyung tentang Jaemin. Jisung mendekati Jaemin dengan maksud mengambil bola, tapi ia sempat bertanya.
"Hyung, kenapa suruh nuna ke sini?"
Jaemin melewati Jisung tanpa kehilangan bolanya dan langsung shoot ke ring.
"Bro, dia datang sendiri kok"
Jisung terlihat menghalau sinar matahari yang membuat mata sipitnya menjadi semakin sipit. Bahkan orang bakal melihat dia main bola sambil merem.
"Kok bisa?"
Jaemin hanya mengangkat bahu
"Udahhan yokk" Chenle, teman sekelas Jisung sudah ngos ngosan dan kaosnya sudah penuh dengan peluh.
"Mau gunain kesempatan nggak?" Jaemin terlihat asal asalan mengancingkan kemeja seragamnya yang tadi waktu main ia biarkan berkibar kibar serasa ia captain tsubasa dan meninggalkan kaos polos hitam di dalamnya.
"Nggak, ah. Nggak enak lihat Nuna canggung nanti"
"Coba aja dulu napa"
Tapi sebelum mereka menghampiri Jekyung dan Yeseul. Jekyung sudah teriak, "Hyaa, Jaemin-ah. Aku duluan"
Jaemin hanya menunjukkan jempolnya ke udara yang sudah dipahami Jekyung bahwa ia boeh pergi.
"Yahh hilang deh" Jaemin sarkas menyindir Jisung. Jisung fokus ke kaos kakinya.
"Adekk.. Jisung-ah kamu main bagos. Semuanya semangat. Kalian hebat" tambah Jekyung sebelum keluar dari lapangan.
Jisung hanya memberikan tatapan, "Wait. What?" ke Jaemin yang kemudian ditanggapi. "Dia pasti mau sama kamu. Cuma emang perlu waktu aja. Satu, dia nggak pernah pacaran. Dua, dia nganggap kamu kaya adiknya apalagi kamu sering sama aku. Tiga, kamu tahu Hwang Renjun?"
Jisung mengangguk.
"Saingan kamu cuma dia sebenarnya" Jisung cuma mengangguk lagi sebelum ditinggal Jaemin untuk mengambil air dan makanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Goodbye Pain
FanfictionSome pray for the rain, others pray for peace. I pray for your happiness, with or without me. - Anonym Ada suatu ketentuan dimana pada semester dua akhir di kelas dua, para siswa disatukan di dalam satu kelas penjurusan dengan keahlian yang sama. Da...