14.

29 1 1
                                    

Jaemin menunggu waktu yang tepat untuk menemui Jeno. Ini sudah ketiga kalinya ia tetap mendekati Jekyung, padahal Jaemin tidak pernah membahas Jekyung di hadapannya.

Jaemin menggunakan hoodie hitam yang cocok untuk menyembunyikannya di atas jembatan penyebrangan orang saat malam hari.

Setelah mengantarkan Jekyung sampai ke rumahnya, Jeno melihat ke arah ponselnya.

Kita perlu bertemu.

Tulis Jaemin yang mendapatkan reaksi senyum miring ala Jeno.

"Kau mengajakku ke warnet malam begini. Yang benar saja. Kita punya orangtua, men" sahut Jeno sambil melepas helmnya.

"Peduli apa kamu sama orangtua?" Jaemin tanpa aba aba menendang perut Jeno.

"Jadi ini bukan tentang orang tua, lalu apa?"

Jeno berusaha keras untuk berdiri.

"Sudah ku bilang jangan libatkan Jekyung"

"Kenapaa.. kenapaa, Jaemin. Kau mau melindunginya karena kau sangat menyukainya? Klasikk!!"

Jaemin akan mendorong Jeno lagi ke tanah, tapi pukulan Jeno ke wajah Jaemin tepat mengenai sasaran sebelum ia jatuh lagi.

Jaemin meludahkan darah di mulutnya.

"Kau lupa perjanjian kita?"

Jaemin bersiap untuk memukul lagi tapi rahangnya benar benar tidak baik baik saja.

"Ya yaa.. yaa. Kita memperebutkan Yeseul. Tapi apa salahnya. Aku juga ingin mempunyai adik manis seperti kau.." Jeno mengibas ibaskan tangannya.

"Kalau kau bisa mencium adik manismu, aku jugaa pasti bisa untuk itu kan yaa" Jeno melanjutkan.

Diluar kesadarannya Jaemin membabi buta memukul Jeno. Jeno tidak siap karena tangannya masih ia kibaskan setelah memukul Jaemin. Tapi ia tetap bertahan.

"Weee... weee... hyungg... aihh. Jisungg bukankah itu Jaemin hyung? Cepatlahh" Chenle yang baru saja keluar dari warnet teriak teriak memanggil Jisung yang masih membayar di kasir.

"Wae?" Jisung berlari keluar

"Bukankah itu Jaemin hyung?"  Chenle menunjukk ke arah Jeno dan Jaemin yang tidak ada kata mengalah dalam memukul.

"Pisahhinn, Le.. pisahinn"

Mereka berdua mendekat dan saling menarik satu sama lain. Chenle kesusahan menarik Jeno, tapi ia beruntung daripada Jisung yang juga kena imbas pukulan Jaemin.

"Aww.. lahh hyung. Ini aku. Sudahh sudahh"

"Tolongg ada orang bertengkar" Chenle tidak tahu lagi apa yang harus ia lakukan selain menjerit.

Tak lama kemudian beberapa orang berkumpul.

"Adaa aapaa ada apa" Mark yang kebetulan memang berada di dalam warnet bertanya cengoh.

"Ngga tau. Rebutan kelerengg kayaknyaaa. Telepon ambulan.."

"Hehh kamu kira kecelakaan, Le" Jisung masih berusaha menahan Jaemin agar tidak menyeruduk Jeno.

"Jeno?" Mark segera mengenali wajah para pembuat onarnya. "Jaemin?"

"Ngga ada habisnya kalian yaa.. udah udahh pulang"

"Jisung, Chenle kamu bawa Jaemin pulang. Aku mau anterin Jeno"

"Ngga dibawa ke rumah sakit ini?"

"Ngga. Biarin mereka rasainn sakitnya akibat beranteemm sendiri" kata Mark yang menarik Jeno.

Kerumunan orang sebagian kembali, sebagian membantu Jeno naik ke motor. Sebagian membantu Jisung dan Chenle membawa Jaemin ke halte bus.

The Goodbye PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang