Tentu saja Jaemin tidak mengerjakan review yang ditugaskan Mr. Eun Jae. Yang ada dia malah tidur di kursi paling pojok. Alhasil Jekyung mengerjakan dua kali tugas dengan berpikir dua kali. Tepat pada saat pelajaran Mr. Eun Jae berakhir Jekyung sudah selesai.
"Hyaa.. Nana! Bangunn!"
Jekyung harus menendang kursi Jaemin agar orang itu bangun karena ia tidak bisa membuat suaranya lebih keras lagi. Perpustakaan melarang semua suara yang bisa mengganggu orang lain.
"Na Jaemin!"
Jekyung menekan suaranya tapi menendang kursi lebih kencang. Yang ditendang kursinya hanya sedikit bergerak.
"Nanaa.. bangun begoo!" Jekyung tidak ada pilihan lain selain mencubit pipi Jaemin.
"Aaaa.. aa.. whatt thee.." setelah sadar bahwa Jekyung yang membangunkannya Jaemin segera berdiri, tanpa niat sedikitpun untuk berjalan.
Di depan perpustakaan, adik kelas yang Jekyung ketahui biasa main futsal sama Jaemin sudah menunggu. Membawa setangkai bunga mawar.
Jekyung berpikir bahwa Jaemin akan mempunyai pacar lagi hari ini dan ia tidak akan repot repot menghitungnya. Ia hanya harus mengingat untuk menceritakan ini pada Yeseul nanti.
"Nanaa.. dicari adekmu nohh" Jekyung berteriak sepuasnya setelah keluar dari perpustakaan.
"Bentar ya dia masih mengumpulkan nyawa. Siapa namamu? Aku lupa" Jekyung berusaha untuk berbaik hati bahkan pada kawanan Jaemin sekalipun.
"Ng.. Park Jisung, Nuna"
"Ahyee.. Jisung-ah. Tunggu saja di sini. Bentar lagi keluar dia. Nanti kalo Jaemin nyari, aku ke ruang guru gitu ya"
Tanpa Jekyung duga tangannya ditahan sebelum ia melangkahkan kaki lebih jauh.
"Eh, kenapa?"
"Anu, Nunaa.." Jisung dengan hati hati mengarahkan bunga yang dipegangnya kepada Jekyung seakan bunga itu bisa meledak kapan saja.
"Ini buat, Nuna.." Jekyung menerima bunga itu dengan tak kalah hati hatinya.
"Lah, ini buat Jaemin kan. Yang biasanya dia nembak cewek pakai bunga. Norak banget emang"
Jisung melebarkan matanya yang bagaimanapun tetap seperti satu garis lurus.
"Itu buat kamu" kata Jaemin, keluar dari perpustakaan sambil mengucek mata.
"Hah? Maksudnya?"
Jisung menunduk, tiba tiba tali sepatunya terlihat menarik. Jaemin merangkul bahu Jisung.
"Jisung suka sama kamu, katanya"
Jekyung mendelikkan matanya kepada Jaemin, berpikir bahwa ini adalah lelucon yang biasa dibuat Jaemin.
"Nggak mungkin" Jekyung melihat Jisung da Jaemin bergantian.
"Yee nggak percaya"
"Jisung-ah, benar apa yang dikatakan Jaemin?"
"I.. iya, Nuna.." Jisung menjawab dengan terbata bata seakan ia takut petir akan menyambar.
Jekyung menghela napas.
"Jaemin, kau berani beraninya mengajak Jisung dalam permainanmu ya. Ini tidak lucu. Jisung-ah, kembali ke kelasmu nak. Jangan sering main sama buaya macam Jaemin" Jikyung tetap membawa bunganya dan berjalan menuju ruang guru sebelum Jaemin mengatakan kata pembelaan apapun itu yang bergenti di tenggorokannya.
"Eh lahh.. eeyy" Jaemin meninju udara kosong dan Jisung berjalan kembali ke kelasnya dengan lunglai.
Jaemin menyusul Jisung menepuk nepuk pundanya, "Ehh, yo bro. Tidak apa. Setidaknya kamu tidak disambar petir atau disengat listrik olehnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Goodbye Pain
FanfictionSome pray for the rain, others pray for peace. I pray for your happiness, with or without me. - Anonym Ada suatu ketentuan dimana pada semester dua akhir di kelas dua, para siswa disatukan di dalam satu kelas penjurusan dengan keahlian yang sama. Da...