8.

33 1 0
                                    

Yeseul tertarik dengan ajakan Jekyung yang mengusulkan untuk ia mampir ke rumah Jekyung terlebih dulu.

Yeseul mengiyakan karena memang tidak ada hagwon di hari sabtu dan cuaca sangat dingin. Ini bulan november pasti salju turun sebentar lagi.

Mereka berbelanja berbagai makanan di minimarket depan gang rumah Jekyung untuk jaga jaga jika nanti memang salju turun jadi mereka aman karena ada makanan.

"Eomma sama Appa kamu di rumah kan Jekyung?"

Jekyung diam sebentar. Yeseul bingung karena ia merasa pertanyaannya sangat mudah untuk dijawab sebenarnya. Seperti ibunya yang selalu di rumah dan ayahnya pulang kerja pukul 9 malam.

"Nanti saja ku ceritakan, hehe. Sekarang kayaknya kita harus lari"

Benar saja keluar dari minimarket hawa dingin langsung menyergap mereka.

"Yeseul-ah, rumahku lumayan agak jauh. Apakah kita harus di sini dulu atau kamu mau kalau langsung?"

"Langsung saja tidak apa. Daripada nanti kita kehujanan di sini"

"Baiklah ayo kita harus bergegas kalau begitu"

Rumah Jekyung benar benar lumayan jauh jaraknya dari jalan depan di daerah minimarket sampai Yeseul menyadari ia seperti mengenal sosok yang berdiri di tepi jalan.

"Nanaa.. kamu kenapa di sinii? Kurang kerjaan astagaa"

Jekyung sudah berlari kecil dan benar saja dugaan Yeseul. Itu Na Jaemin. Ia baru mengingat fakta bahwa rumah Jaemin dan rumah Jekyung berdekatan.

"Tumben nggak babak belur"

"Ngga dong. Siapa dulu.. aku kan berantem pake otak. Tapi bukannya babak belur paling aku juga flu ini"

"Eh iyaa.."

Jekyung lari menuju pintu gerbang kecil di bagian sisi untuk membuka saat Yeseul sudah mencapai mereka.

"Eh, hai.." Jaemin menyapa Yeseul dengan senyum paling lebarnya sampai gusinya juga keliahatan sedangkan Yeseul lebih berekspresi ke arah terkejut, kaku, dan merasa aneh jadi satu.

"Ngga usah godain, deh. Temen baruku loh ini. Nanti kalo Yeseul nggak mau lagi temenan sama aku, kamu mati pokoknya"

"Iya iyaa ihh bawel, dikit dikit bawa kata mati" Jaemin langsung menerobos masuk ketika Jekyung sudah berhasil membuka gembok gerbangnya dengan susah payah.

"Ayo, Yeseul"

"Sayangg, penghangat ruanganmu nyala kan?"

Jaemin sudah mencapai teras rumah Jekyung dengan loncat loncat untuk menjaga suhu tubuhnya.

Jekyung membuka pintu rumahnya sambil mengamati Jaemin.

"Im here" kata Jaemin pelan.

Jekyung mengangguk baru kemudian membuka pintunya.

"Oiya, Yeseul welcomee.." Jekyung menarik Yeseul yang seperti sudah membeku di depan pintu.

Sedangkan Jaemin kelabakan mencari selimut dan menyalakan penghangat ruangan.

"Sayangg, cariin baju ganti dong"

Sedangkan, Jekyung dan Yeseul sedang sibuk mengeluarkan semua barang yang tadi mereka beli.

"Jekyung-ah, ihh... punya temen terus aku dicuekin"

"Apaan si. Ambil sendiri napa. Biasanya juga gimana lho"

Jaemin benar benar kesal akan perubahan mood Jekyung yang seperti ini.

Yeseul ingin bertanya banyak hal tapi ia memutuskan untuk menyimpannya dulu dan mungkin akan menanyakannya di waktu yang tepat. Mengingat tadi saja Jekyung kesulitan menjawab pertanyaan sederhananya.

The Goodbye PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang