13.

28 1 1
                                    

Setelah selesai ujian tertulis untuk mata pelajaran umum maka yang selanjutnya adalah praktek dari mata pelajaran penjurusan.

Jekyung sudah panik dari seminggu terakhir. Ia bahkan setiap istirahat melewatkan makan siangnya dengan dalih melakukan rapat dengan Saeji untuk membuat naskah yang akan dijadikan lagu untuk pertunjukan mereka di festival.

Dan Yeseul selalu mengingat bahwa Jekyung menghindari Mark guna agar tidak ditanyai, "Sudah selesai atau belum?"

Tapi kali ini Yeseul melihat ketika Jekyung membaca dan membaca kembali naskahnya tidak bisa kabur lagi. Karena yang bertanya adalah.. Renjun.

"Bentarr, Jun. Bentarr. Kurang bridge inii"

"Agak cepet ya. Soalnya kita bikin nada juga nggak sebentar"

"Iya iya, siap. Satu minggu lagi deh"

Jekyung mengharap dukungan dari Saeji.

"Kelamaan, aduhh. Tiga hari ya"

"Hah. Andwae... Renjun-ahh.. yaaa"

Tapi Renjun sudah pergi keluar kelas ketika Jekyung merengek agar waktu ditambahi.

"Wae?"

Jaemin datang sambil mengembalikan pensil Yeseul.

"Lagunya belum jadi"

"Butuh bantuan?"

"Aihh, molla.." sekarang Jekyung yang pergi.

Jaemin tahu Jekyung tidak bisa diganggu gugat kalau moodnya lagi hancur. Maka ia tidak akan repot repot mengejarnya.

"Yeseul-ah. Mau makan siang bersama"

"Makan siang kan di kantin"

"Iya samaan"

"Apaan sih"

Tapi Jaemin tetap mengikuti Yeseul.

"Aku boleh bergabung?"

Mina dan Yeji juga mengikuti mereka sambil cengingisan.

"Boleh. Siapa saja boleh ke kantin kan.." ucap Yeseul dengan membiarkan mereka jalan terlebih dahulu.

Jaemin tahu Yeseul agak tidak nyaman, meskipun ia tidak tahu alasannya.

"Kita bisa balik arah kalau kau tidak ingin"

"Tidak. Tidak. Aku lapar. Sebaliknya, aku khawatir dengan Jekyung. Kau tidak menenangkannya"

"Oh, Jekyung. Tidak, nanti dia bisa balik menjadi jinak sendiri. Yang ada malah dicakar kalau ada yang dekat dekat dia saat ini. Biar jadi tanggung jawab Renjun"

"Mereka pacaran?"

Jaemin malah terkejut dengan pertanyaan Yeseul.

"Mereka dekat?" tanya Jaemin.

Yeseul mengangguk. Bagaimana bisa Jaemin tidak tahu kalau Jekyung menyukai Renjun.

"Habisnya Jekyung seperti begitu menyukai Renjun"

"Oh itu. Iya, bertepuk sebelah tangan"

"Renjun atau Jekyung"

Jaemin tidak ingin mendengar Jekyung begitu kasihan apalagi di mata teman barunya.

"Entahlah"

"Lalu bagaimana dengan Jisung?"

"Kau kenal Jisung?"

Jaemin benar benar takjub dengan pertemanan antar wanita. Seperti mereka saling tahu segalanya dalam waktu singkat.

"Tidak. Hanya pernah dengar kalian membahasnya"

The Goodbye PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang