6.

34 1 0
                                    

Yeseul heran pagi pagi ia datang ke kelas dan sudah ada bunga di mejanya.

Kelas dalam keadaan masih sepi jadi ia was was kalo ada orang yang mengerjainya. Di tangkainya ada secarik kertas yang bertulis,

Di perpus waktu istirahat.
- J

"J?"

Tak lama kemudian Jekyung datang dengan dasi yang ia sampirkan ke bahu.

"Anyeong.."

"Eh Jekyung"

Yeseul segera melempar bunga tersebut ke lacinya. Takut Jekyung akan mengoloknya karena hal seperti itu.

"Belum ada yang datang?" Jaekyung melirik jam dinding yang menampilkan jarumnya berjalan di tempat.

"Lah, mati itu jam"

Jam pertama hari ini adalah sastra korea yang bikin semua orang rohnya keluar dari tubuh. Kecuali Jekyung tentunya, ia malah nggak kedip sama sekali ketika Madam Zu menjelaskan tentang puisi akrostik. Sedangkan, Yeseul sudah menguap beberapa kali bahkan sudah tidak bisa dihitung dengan jari.

"Jekyung-ah, kau suka sastra?"

Kang Mina membuka pembicaraan dengan Jekyung saat Yeseul berusaha untuk mengembalikan ruh ke badannya. Madam Zu sudah lama keluar dan ini sebenarnya jam pelajaran untuk sastra jepang, tapi Miss Sunghe tidak ada kabar.

"Sukaaa. Tapi nggak semuanya sih. Nggak tau kenapa aku tidak suka karya sastra yang.. yang.. apa ya istilahnya.. sok pinter" jawab Jekyung dengan ragu ragu.

"Kau mau membantuku mencari novel bagus di perpustakaan kalau begitu"

"Oh, suree"

"Jinjja?"

"Tentu saja"

"Baiklah nanti istirahat yaa.."

Jekyung menyetujuinya. Yeseul tidak terlalu tertarik untuk bergabung dalam obrolan jadi ia memutuskan untuk melanjutkan gambarnya di sketchbook saja.

"Woaa.. kereenn" Jekyung tanpa sengaja melihat dua orang figur di samping sungai yang digambar oleh Yeseul.

"Ehh, hehe. Bukan apa apa ini, Jekyung" Yeseul mencoba menutupi sketchbooknya dengan buku pokok sastra jepang yang segede pipi Haechan.

"Bukan apa apa apanya. Jelas jelas ini bagus banget. Bahkan lebih baik dari gambar Renjun" terang Jekyung.

"Apanya Renjun?"

Mereka berdua berbalik dan melihat Renjun sudah berdiri di belakang mereka.

"Lahh" Jekyung heran bisa bisa nya Renjun berjalan tanpa suara.

"Yeseul, ini daftar yang diberi Miss Suzy. Besok harus sudah kembali ke Miss Suzy. Kamu ngurus siswa perempuan, aku yang laki laki"

Yeseul menerima beberapa kertas.

"Hah? Apaan sih ini?" Jekyung penasaran dengan kertas penuh pertanyaan yang diberikan Renjun.

"Ini yang kemarin itu, Jekyung"

Jekyung yang terlanjur otaknya kaku karena melihat Renjun dalam jarak dekat hanya mengatakan 'oh' tanpa suara.

Di sela Jekyung terpana atas ketajaman tulang tulang di wajah Renjun. Terdengar pekikan tak nyaman.

"Woooo. Menang menangg"

Hechan ternyata melakukan tarian kemenangan atas kekalahan Mark dalam bermain catur. Oke Jekyung sekarang tahu bukan Renjun yang berjalan tanpa suara, tapi memang kelas mereka yang dalam keadaan mode pasar.

Jaemin yang main game di ponselnya dengan volume penuh.

Dan Yeseul tidak terlalu mengerti nama semua temannya tapi mereka sok sok an main bulu tangkis menggunakan buku tulis dan bolanya terbuat dari kertas yang diremas sampai menyerupai bol.

Mark dan Hechan bermain catur dan dilihat oleh tiga orang lainnya yang berperan menjadi wasit bulu tangkis dan catur secara bersamaan.

Bel istirahat berbunyi kemudian berbunyi membuat semua orang refleks beranjak dari tempat mereka.

Jekyung mengajak Yeseul untuk bersamanya ke perpustakaan untuk menemani Mina, tapi Yeseul memilih untuk tinggal saja. Ia tidak suka menjadi orang yang ikut ikutan padahal tidak masuk urusannya. Toh ia tidak suka membaca buku.

"Yasudah byee, Yeseul. Apakah kau akan titip sesuatu dari kantin?"

"Ani, Jekyung-ah. Pergi saja kalian. Makasih"

Jadilah Jekyung dan Mina berjalan berdua saja ke perpustakaan. Yeseul melihat sekeliling. Semua anak laki laki keluar dari kelas. Dua siswa perempuan yang duduk sebangku juga. Di jelas hanya tinggal dirinya dan teman sebangku Mina.

Mengingat dulu Jekyung yang mendapatkan perlakuan kurang baik dari siswa perempuan tersebut saat mengajak berkenalan, Yeseul memilih untuk melanjutkan gambarnya saja.

Ketika ia merogoh ke dalam laci untuk mengeluarkan sketchbook, tangannya terkena sesuatu yang ia ingat adalah bunga yang tadi pagi ada di bangkunya.

Ia membaca lagi pesannya.

Di perpus. Waktu istirahat.

"Aihh, kuno banget pake bunga segala. Berasa novel novel fiksi. Mana ngrepotin harus ke perpus. Tau gini tadi bareng Jekyung"

Tapi Yeseul tetap beranjak. Membawa pesannya, tapi memasukkan bunganya ke dalam tas.

Sampai di perpustakaan ia tidak mempunyai ide apapun. Mana cuma ada inisial nama di pesannya.

Yeseul melihat Jekyung dan Mina di salah satu lorong, maka ia mencoba untuk mendekati mereka daripada mencari orang tidak jelas.

Belum sampai ia ke tempat di mana Jekyung dan Mina berjalan mereka sudah pindah rak. Yeseul sudah dekat tapi masih harus belok ke rak berikutnya untuk sampai ke mereka.

"Jaemin nomernya banyak sih. Nanti coba aku tanyain dia pake yang mana ya" terdengar suara Jekyung.

"Yang biasa kamu hubungin aja kalo gitu"

"Oh gitu. Yaudah deh. Nanti ya di kelas. Handphone aku tadi kutinggal di laci"

"Oke. Sipp. Makasihh banyak, Jekyung-ah"

Yeseul ingat perkataan Jekyung tempo hari bahwa banyak anak perempuan yang mendekatinya guna mendapatkan perhatian Jaemin. Dan Mina ternyata salah satunya. Yeseul tahu sendiri akhirnya dan ia tidak bisa tiba tiba nimbrung ke obrolan mereka. Sementara mereka belum sadar bahwa dirinya ada di perpustakaan, Yeseul memutuskan untuk kembali ke kelas dengan cepat.

The Goodbye PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang