27.

25 1 0
                                    

"Jekyung-ahh... untunglah kau cepat pulang, aku lapar" Jaemin mengerang begitu pintu rumah dibuka.

Jekyung segera menuju kamarnya. Meletakkan tasnya dan menuju dapur untuk mengambil semangkuk sup yang tadi diberikan ibu Jaemin. Ya, ibunya berkunjung tapi hanya tahu kalau Jaemin belum bangun tidur dan tidak pernah tahu kalau bahunya membusuk.

"Yaa, yang sakit tanganmu laa.. bukan kaki. Manja bener, Na kau ini"

"Tetap saja tanganku tidak bisa untuk menyendok"

Jekyung menyendokkan satu sendok penuh ke mulut Jaemin kemudian meninggalkannya untuk mengambil baju di lemari. Satu suapan cukup untuk memberi jeda.

"Kau tidak mau menciumku dulu, sayangkuu. Bogoshipoo..."

"Yaa, kau bisa diam! Kau bisa membuat orang salah paham"

"Ani, kau memang sayangkuuu... Aku akan terus meneriakkannya, apalagi di depan Renjun"

Jekyung sudah akan melemparkan bajunya ke wajah Jaemin ketika Mark dan Yeseul menyembul di pintu.

"Yoo, brooo...." Jaemin membuat gestur untuk menyambut Mark tapi hanya kesakitan yang ia rasakan kemudian.

"Yooo..." Mark membalas sambil meringis.

"Apaa.. apaa.."

"Ngga usah banyak gayaa makanya. Mark tolong suapin dia dulu aku mau ganti baju"

Mark membuat tanda oke dengan tangannya.

"Yeseul-ah, masuk saja.." Jekyung menyadari Yeseul masih mematung di depan pintu.

"Ah, ye.. aku menunggumu saja"

"Yeseul, ke sini lah.. kau bisa menyuapiku"

"Yaa.. kau angggap aku ini apa" Mark protes.

"Mark awas tu buaya kalo sampai nyamber Yeseul pukul aja" pesan Jekyung kemudian menghilang ke kamar mandi.

Yeseul tidak memberitahu Jekyung perihal ia ikut naik bus dan Mark mengikutinya dari belakang. Jekyung hanya tahu Yeseul ingin naik bus daripada dijemput dan Mark semata mata ingin mengetahui keadaan Jaemin.

Mereka berdua keluar dari rumah Jekyung sekitar pukul delapan malam setelah Renjun memutuskan untuk mengganti tempat latihan sementara untuk hari ini di ruang penjurusan musik. Mereka sebenarnya bisa saja memakai ruangan itu kapanpun karena pelajaran musik pun biasanya diajarkan di kelas bukan di ruang penjurusan. Bisa dibilang ruang penjurusan memang diperuntukkan bagi mereka seperti halnya lab kimia dan fisika untuk para siswa penjurusan ipa.

"Kamu hutang penjelasan padaku, Yeseul.. kalau kau masih ingat" bisik Mark ketika mereka mulai melaju.

Yeseul tidak mempercayai Mark tapi ia tidak punya pilihan lain.

"Bisakah kita membuat perjanjian di awal? Aku akan menceritakan yang aku tahu dan kau juga"

"Bukankah aku sudah memberitahumu?"

"Belum semuanya" Yeseul menggeleng meskipun Mark tidak tahu gerakan menggelengnya ia tahu Mark akan paham.

"Kau kebagian berapa lagu?"

"Satu"

Mark mengangguk kemudian memacu kendarannya dengan tidak waras, ia berjalan zig zag di sepanjang jalan yang begitu padat.

"Aku baru tau ternyata kau selain berjiwa pemimpin juga merangkap sebagai tikus got yang larinya cepat menyusuri berbagai parit, Mark"

"Terima kasih atas pujiannya" balas Mark pada Yeseul sambil meletakkan helmnya.

The Goodbye PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang