22.

26 1 1
                                    

Rumah Jaemin tidak begitu besar, tapi tetap lebih besar daripada rumah Jekyung dan rumah Yeseul sendiri. Mereka latihan di lantai atas yang berbatasan langsung dengan balkon, atau bisa disebut sebagai rooftop mungkin. Yeseul bingung menyebutnya sebagai apa.

Seperti biasa, Yeji dan Mina tentu saja cari perhatian ibunya Jaemin ketika beliau tiba tiba muncul. Para siswa laki laki sudah menganggap bahwa itu adalah rumahnya sendiri dan pemandangan yang paling epik adalah Jekyung yang tidur di sofa ketika kita memainkan musik cukup keras.

"Yaa, anak bayikk kalo ngantuk tidur di kamar sana. Ada eomma nohh.." Jaemin menyenggol nyenggol kaki Jekyung agar ia bangun tapi berujung nihil. Bahkan Jekyung tidak bergeming dari posisi meringkuknya.

"Yaa! Jekyung-ah"

Jaemin tidak punya cara lain selain meniup telinga Jekyung yang sepertinya cara yang paling ampuh. Tapi berujung ia dilempar bantal kursi.

"Apaan sih"

"Pindah kamar sana ihh.."

"Iya.. iya... eomoni, Nanaaa nakalll"

"Ngaduu dah tuu ngaduu.."

Kekesalan Jaemin berimbas tertawaan Mark yang menjadi satu satunya audience yang menonton kejadian itu selain Yeseul.

"Untung Renjun ngga dateng. Pacaran dah tu adekmu, Jaem.. bukan tidur"

"Ku patahin lehernya lah kalo Renjun deketin Jekyung di depan mata ni. Bawa rokok ngga?"

"Ya ngga lah. Kamu kira kita di warnet"

Jaemin menghembuskan napas berat.

"Mau sampai jam berapa?"

"Udahan ya ayok. Aku bawa Yeseul juga ini"

Yeseul yang tak jauh dari mereka berdua tidak bermaksud menguping tapi karena memang obrolan mereka sangat bisa didengar di samping permainan drum Lucas yang menggila seenak jidatnya.

"Yeseul, aku yang anter aja. Jekyung biar tidur sini. Kalian pastiin tu cewek berdua sampai rumah. Aku ngga mau berurusan sama Yongwoo kalau mereka ada apa apa"

"Oke.." Mark menyanggupi lalu dengan sigap menepukkan tangannya.

"Latihan hari ini selesai. Terima kasih atas kerja kerasnya. Besok kita latihan lagi di ruang penjurusan musik mulai jam 10 pagi. Itu aja. Oke, mari kita pulang"

Mereka semua melakukan high five ke Jaemin dan menuruni tangga dengan hati hati.

"Yeseul-ah. Tunggu aku ambil jaket dulu. Kamu pulang bareng aku. Biar Mark ikut nganter Mina sama Yeji"

Yeseul tidak begitu kaget karena ia sudah menduga ini.

Sampai di lantai bawah ia menemui Jekyung bergelung dengan selimut di depan televisi.

"Yeseul-ah, kau juga pulang?"

Yeseul mengangguk kaku. Bagaimanapun, ia masih merasa tidak bisa bersikap biasa ketika mengetahui fakta Jekyung adalah cinta pertama Jaemin. Ia tahu pasti salah satu dari mereka akan mempunyai perasaan lebih, tapi cinta pertama benar benar tidak bisa diperlakukan biasa saja. Terlebih mereka benar benar seperti tidak terlepaskan seolah Jekyung bisa hancur kapan saja tanpa Jaemin.

"Annyeong. Hati hatii..." Jekyung melambaikan tangan lemas.

Jaemin keluar dari sebuah ruangan yang Yeseul yakin itu adalah kamarnya.

"Udah sana tidurr..." Jaemin mengacak rambut Jekyung yang refleks membuat Jekyung merengut.

"Aku juga mau pulang" Jekyung bangkit dari kursi.

The Goodbye PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang