23.

26 1 1
                                    

Han Yeseul memandang langit yang menyambutnya ketika ia keluar dari rumah. Ini pertengahan Januari dan badai bisa datang setiap saat. Langit berwarna abu abu gelap membuatnya semakin merapatkan coat.

Ia keluar dari halamannya dan menemukan seseorang sedang menunggunya.

"Haii.."

Na Jaemin, sedang tersenyum bodoh yang begitu lebar.

"Ada apa?"

"Menunggumu. Ayo berangkat bareng"

"Hah? Trus Jekyung?"

"Udah sampai sekolah kau tahu sendiri dia anak rajin kalo perkara sekolah, kecuali tentang pelajaran yang membutuhkan berpikir"

"Kau menyuruhnya naik bus sendirian?"

Yeseul tidak mengira Jaemin akan setega itu tapi apa lagi yang bisa dipikirkannya.

"Tidak. Dia aku antar duluan, ibuku menyuruh kami bersiap sekolah sangat pagi hingga aku bosan menunggu bel masuk dan di sinilah aku"

"Baik. Masuk akal"

"Benarkah?"

Yeseul mengerutkan alis, "Lalu apakah tidak?"

"Ne, masuk akal. Sekarang naiklah"

Yeseul menerima helm yang diberikan Jaemin. Ia tahu Jaemin tidak bohong karena helmnya beraroma sampo stroberi, tidak seperti kemarin yang tidak berbau apapun.

"Sampo yang kau gunakan beraroma stroberi?" Yeseul mencoba menguji Jaemin.

"Tidak. Aku tidak suka stroberi, Jekyung yang suka. Ia sengaja memilih aroma stroberi karena aku membenci aromanya, jadi aku tidak akan mengacak rambutnya menjadi lebih berantakan lagi"

Yeseul mengangguk. Perkiraannya benar.

"Kau begitu menyayanginya?"

"Pastinya. Kau juga pasti begitu kan. Aku lihat kau punya adik juga. Kau pasti akan mengalah untuk semua urusannya"

Yeseul memegang bahu Jaemin sebagai pegangan untuk membonceng.

"Kau selalu menganggapnya Jekyung sebagai adikmu, kenapa?"

Jaemin terlihat berpikir di samping ia men-starter motor.

"Karena memang ia adikku, kalau kau mau tahu" kata Jaemin sebelum ia melaju bergabung dengan pengguna jalan lainnya.

"Kau duluan saja. Aku ada urusan sebentar" mata Jaemin mengarah ke segala penjuru seperti mencari sesuatu.

"Baiklah. Annyeong dan terima kasih"

"Santai saja.." Jaemin kemudian hanya mengedipkan mata sebelah kirinya dan segera berlari tanpa repot melepas jaket berwarna hitamnya.

Yeseul tidak sulit untuk segera menemukan Jekyung. Terlihat ia sedang bersama dua orang yang tidak lagi asing.

"Noona, kau boleh mengambil sisanya.."

Chenle terlihat memegang satu kardus kecil kemasan coklat stick.

"Yaa, Chenle yaa.. kasihkan semuanya ke Noona" suara Jisung semakin dalam dan berat sejak terakhir kali mereka bertemu.

"Tidak.. tidak. Aku cukup satu saja. Aku tidak mau sakit gigi. Bagikan itu ke teman sekelas kalian. Haii, Yeseul-ah" Jekyung segera melihat keberadaan Yeseul.

"Apa yang kalian lakukan?"

"Ah, ini Chenle berulang tahun dan ia membagikan coklat. Kau mau? Aku mendapatkan tiga"

The Goodbye PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang