Jekyung sudah berada di kursinya saat Yeseul datang. Pemandangan yang tidak biasa. Yang lebih tidak biasa lagi adalah ia menulis dengan cepat di bukunya. Itu buku catatannya yang biasa.
"Kau pulang jam berapa kemarin?" Yeseul bertanya sambil meletakkan tasnya.
"Sekitar pukul 7"
"Wae? Bukankah Jaemin sudah sadar sebelumnya dan pukul 7 salju turun kan"
Yeseul berada di rumah kemarin saat bersyukur ia telah sampai ketika salju turun. Dan ia bersyukur karena tidak latihan pada hari itu, karena pasti mereka semua bisa mati membeku di rooftop rumah Jaemin.
"Jaemin tidak cukup kuat untuk berjalan.." terdengar keputusasaan dalam suaranya.
"Terus sekarang bagaimana keadaannya"
"Membaik. Itu hanya luka lebam dan akan sembuh dengan sendirinya sebenarnya. Tapi mungkin karena kemarin ia memaksakan jadilah begitu.." Jekyung tidak meneruskan kata katanya.
"Arra.."
"Bagaimana kemarin.. apakah orangtua mu puas?"
"Mereka tidak membahasnya. Mungkin besok pada sesi konsul dengan Miss Suzy, mereka sepertinya agak kecewa. Mereka menyuruhku masuk ke jurusan ekonomi bisnis di universitas"
Jekyung merasakan kepahitan Yeseul.
"Kau masih bisa melukis saat kuliah. Itu tidak masalah bukan" katanya kemudian untuk membesarkan hati Yeseul.
"Tapi, kau tahu kan perasaan ketika kau berada di tempat yang tidak begitu kau sukai.."
Jekyung mengangguk angguk.
"Kalau begitu sebaiknya kau berusaha keras untuk meyakinkan mereka.." Jekyung kemudian mengatakan hal yang ia pikir tidak akan menyakiti Yeseul.
"Ah, ye.. Jekyung-ah. Oiya, kemarin aku membawa bukumu"
Yeseul mengeluarkan buku note biru kecil yang segera ia amankan setelah membantu Renjun membereskan masalah cat air.
"Yaa, ternyata kau bawa. Aku hampir menangis saat tidak menemukannya di tas kemarin"
"Jongmalyo.."
"Yee, Jaemin bahkan akan menenggelamkan aku ke salju kalau aku tidak berhenti merengek"
"Untung tangannya sedang tidak sehat kemarin, jadi kau masih hidup saat ini"
"Hahaa. Gomawoo, Yeseul-ah"
"Ne, memang apa hal penting di dalamnya"
Yeseul meskipun ingin tahu apa isinya ia tidak akan membuka barang orang lain dengan sembarangan.
"Obseo, hanya hal hal yang tidak penting sebenarnya. Tapi aku sangat rugi kalau sampai ia jatuh dan hilang"
"Apakah isinya puisi untuk Renjun"
"Yaa, aniyaa!" Jekyung begitu terkejut sampai memukul bahu Yeseul.
"Apaa yoo.. haha, lalu apa isinya?"
"Kode rahasia menaklukkan dunia" jawab Jekyung sekenanya.
"Dunia atau Renjun. Atau memang Renjun adalah duniamu.." Yeseul berlari menghindar dari pukulan Jekyung.
"Ya, Yeseul-ah.. tarawaa, jangan lariii.."
Yeseul baru akan mencapai pintu ketika seseorang juga terkejut di hadapannya.
"Jeno-ya.."
"Oh, hai. Ngomong ngomong kau mengabaikanku lagi ya.."
Yeseul sedang berpikir ketika Jekyung berhasil menyusulnya, "Ah, itu.."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Goodbye Pain
FanfictionSome pray for the rain, others pray for peace. I pray for your happiness, with or without me. - Anonym Ada suatu ketentuan dimana pada semester dua akhir di kelas dua, para siswa disatukan di dalam satu kelas penjurusan dengan keahlian yang sama. Da...