7.

32 1 0
                                    

Jekyung merasa aneh karena tidak biasanya Yeseul datang terlalu siang hingga mepet bel masuk kelas akhir akhir ini.

"Kau tidak apa apa kan?"

"Tidak. Kenapa?" Yeseul malah balik nanya ke Jekyung karena memang dia merasa dia tidak kenapa napa.

"Nggak. Aneh aja"

"Sayang, pinjem pensil dong" Jaemin serta merta datang ke bangku mereka.

"Nggak punya. Punyanya spidol"

"Bukan kamu. Aku bicara sama Yeseul. Aku tahu kamu nggak pernah punya pensil, sayang"

Jekyung memutar bola matanya.

"Makanya kalau manggil yang enak dikit"

Jaemin melihat Renjun datang dan mengeraskan suaranya.

"Emang kenapa kok protes, kan emang bener kamu sayangnyaa aku"

Jekyung mengikuti arah pandang Jaemin dan tidak bisa menahan keinginannya untuk menendang kakinya.

Jaemin mengaduh tanpa suara.

"Aooo"

Yeseul yang sudah menemukan pensilnya kebingungan dengan ekspresi Jaemin yang memasukkan kepalan tangannya ke mulut.

"Jadi pinjem ndak?" Yeseul menyodorkan pensilnya.

"Eh, iya. Pinjem dulu ya" Jaemin mengambilnya sambil mengedipkan mata kirinya.

"Ah elah. Dasar buayaaa curutt"

Yeseul melihat tiga orang bergerombol lewat pintu belakang waktu istirahat pertama.

Berbincang sebentar dengan Mark. Kemudian, keluar lagi.

"Jekyung-ah.."

"Ne.."

Jekyung sedang sibuk dengan buku di tangannya.

"Jaemin ke mana?"

Jekyung melihat ke sekeliling.

"Molaa. Ke lapangan basket kali. Waee?"

"Kayaknya tadi ada kakak kelas dan kelihatannya nyari dia"

"Wait. What? Kok aku ndak liat. Kapan?"

"Baru aja keluar. Tadi sempet ngobrol sama Mark sih"

"Wah. Gawat nih"

Jekyung gerak cepat. Ia sedikit ngobrol ke Mark. Yeseul melihat dari ekspresi wajahnya Jekyung seperti bersiap untuk hal yabg besar.

Ia kembali sambil memunguti barangnya, "Yeseul, kalo ada yang tanya aku di mana jawab ngga tahu. Kalo guru yang tanya jawab lagi di uks. Gomawoo"

Jekyung bahkan tidak menunggu reaksi Yeseul dan langsung menyambar tas Jaemin sebelum pergi dengan tergesa.

Tak berselang lama, ponsel Yeseul berdering.

Nomer tak dikenal.

Ehh hai Yeseul, ini Jaemin. Bilangin ke Jekyun aku nunggu di tempat biasa ya. Jangan lewat belakang gitu

Ehh oh, yah Jaekyung baru aja pergi.

Hah. Sialann..
Yaudah makasih ya, byee

Yeseul heran dengan kelakuan dua orang itu seperti komplotan. Yeseul bergidik tiba tiba.

"Nggak deh nggak Jekyung pasti baik baik saja"

Jekyung balik lagi dengan napas memburu. Yeseul auto panik tapi masih dalam batas wajar.

"Kenapa?"

"Gwaenchana.. hehe"

Yeseul sudah merasa bahwa Jekyung adalah anak yang nggak bakat bohong sama sekali.

"Hari sabtu ini kita cuma pulang sampai jam 4 kan"

Yeseul mengangguk.

"Nanti naik bus barengnya jadi ya?"

Yeseul mengangguk lagi.

Pelajaran selanjutnya adalah musik dimana kelas ini punya project untuk festival nanti di tahun akhir ajaran.

Tempat duduknya pun diatur melingkar dengan Miss Jieun membagi kita dengan bagian masing masing.

Lewat ini juga Yeseul jadi sedikit tahu nama teman teman sekelas.

Hechan bagian gitar sama vokal. Ada anak tinggi menjulang yang akhirnya Yeseul tahu namanya lukas kebagian drum. Mark gitar. Jekyung kebagian nulis lagu dengan Saeji. Renjun sama tiga orang lainnya kebagian edit naskah lagu yang di-arrange sama kunci nada. Sedangkan, gue Yeseul masih menebak ia harus melakukan apa meskioun sebenarnya ia berharap tidak mendaatkan bagian apapun. Atau hanya mengatur kabel saja yang tidak mengharuskan ia berada di pangung.

"Miss Han, coba cek suara"

Tapi Miss Jieun menyuruhnya bersuara. Yeseul melakukan humming yang diteruskan melafalkan tangga nada doremi.

"Oke Yeseul masuk vokal"

Sampai pada akhirnya Miss Jieun sadar bahwa Jaemin tidak ada di kelas.

"Na Jaemin?"

Jekyung langsung kelihatan pucat.

"Kee.. UKS miss" jawab Yeseul spontan tanpa berpikir apa konsekuensinya.

"Hah? Kenapa?"

Jekyung terlihat sedikit lega hingga bisa berpikir kembali.

"Diare miss"

Yeseul mengacungkan jempol yang seakan berkata 'Oke. Bagus Jekyung. Alasan klasik ini harus terus ada pada setiap sistem pendidikan'

"Diare?"

"Nee.." jawab Yeseul dan Jekyung berdua bersamaan.

Yeseuk melihat Jekyung yang merasa berterima kasih yang membuatnya yakin ia bisa berteman dengan Jekyung. Meskipun ia mempunyai maksud lain saat berteman dengannya seperti para siswi lain yang mendekati Jekyung agar mendapat perhatian Jaemin. Tapi, Yeseul berpikir setidaknya ia benar benar ingin menjadi teman Jekyung.

The Goodbye PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang