15.

27 1 1
                                    

Yeseul sampai ke kelas ketika Jekyung sudah berhadapan dengan Mark dan Renjun. Tanpa Saeji. Padahal itu adalah tanggung jawab mereka berdua. Atau malahan sebenarnya ini tanggung jawab semua murid di kelas.

Yeseul tidak pernah melihat wajah Mark seserius itu, meskipun raut wajah Renjun dingin seperti biasanya. Ia mencoba mendekat dan Renjun membawa buku catatan Jekyung yang kemarin dibanting Haechan.

"Kita harus adakan rapat.. nanti siang waktu istirahat. Ngga ada yang boleh keluar kelas" putus Mark seketika kemudian keluar dari kelas.

Renjun bertahan sampai Yeseul berada di samping Jekyung.

"Ini aku bawa dulu" Renjun mengacungkan buku Jekyung kemudian mengikuti langkah Mark.

"Wae?"

"Ada yang laporan kalau kemarin Haechan marah marah"

"Saeji?"

Jekyung mengangkat bahu.

"Ini seperti bom waktu. Nyatanya ngga semua orang di dunia itu baik. Dan kita yang merasa baik bisa berbalik menjadi jahat"

"Itu pola yang dilakukan para pelaku pencari perhatian. Aku menemui banyak hal seperti itu di kelasku yang lama"

"Yaa.. Yeseul-ah. Kau mengalami waktu yang sulit" Jekyung menepuk bahu Yeseul yang pada awalnya padahal Yeseul yang akan menghibur Jekyung.

"Kau sudah mengerjakan tugas sejarah kuno?"

"Mr. Eun Jae tidak akan menghargai kerja kerasku. Aku menerima hukumannya saja. Haha"

"Kau langsung akan me review pahlawan yunani kalau begitu"

"Atau skandinavia"

Mereka punya waktu bersama sampai waktu istirahat tiba ketika rapat kecil dimulai karena Mr. Eun Jae ada kegiatan di provinsi sehingga mereka akan mereview pahlawan apapun yang ada di masa lalu untuk ditumpuk di meja kerja Mr. Eun Jae.

Jekyung memilih berputar ke taman sekolah setelah ia mengerjakan dua kali tugas sejarah kuno. Jaemin tentu saja tidak masuk sekoalah. Apalagi yang diharapkan oleh manusia itu.

"Jekyung-ah...

"Hmm?"

"Apakah Renjun tipe orang yang hanya berbicara kepada orang tertentu?"

"Oh, aa entahlah. Tapi menurut Jaemin, Renjun adalah tipe orang yang pendendam"

"Pendiam maksudmu?"

"Tidak. Bukan. Ya, bisa jadi. Pendiam dan pendendam. Kenapa?"

"Ani.. Dia hanya tidak pernah berbicara di dalam kelas jurusan"

"Begitu. Mungkin karena tidak ada yang mengajaknya bicara. Kalian juga cuma berempat dan dia satu satunya laki laki dalam kelas kan"

"Iya sih. Kau masih mencintainya?"

"Hah? Gimana?"

"Tidak. Haha. Ku rasaa kau mempunyai perasaan kepada Renjun"

"Hh"

Yeseul tahu Jekyung berbohong. Telinganya berubah merah. Itu sangat terlihat jelas, apalagi di musim dingin.

Sampai di samping lapangan terbuka yang biasa untuk sepak bola. Jekyung melihat Chenle yang mendorong Jisung.

"Bukankah itu Jisung?" Yeseul memperjelasnya.

"Sepertinya.."

Sesampainya mereka di hadapan Yeseul dan Jekyung mereka saling bertatapan dan menyenggol bahu satu sama lain.

The Goodbye PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang