10.

33 1 0
                                    

Jaemin harus nunggu lama karena Jekyung memutuskan untuk mampir ke minimarket lebih dulu.

"Dek, cepetann.. dinginn woyy" Jaemin teriak lewat pintu yang membuat semua orang di dalam minimarket menengok ke arahnya.

Tak lama kemudian Jekyung keluar dengan susah payah memasukkan berbagai snack ke dalam tasnya.

"Mau jualan?"

"Heishh, ngga. Ini buat Renjun. Kan hari ini pepero day"

Jaemin menghela napas. Tau kalo cuma buat Renjun dia akan meninggalkan Jekyung.

"Ada bus, Na. Cepetan ke halte"

"Iya iya tau.."

"Ihh. Judes amat si tumben"

"Ya kamu habisin duit cuma buat ngasih ke cowok ngga tau diri"

"Eh, ngaca yaa"

"Ya bedaa"

Mereka mengakhiri adu mulut ketika bus tiba dan mereka masuk ke dalam bus yang kondisinya seperti biasa. Penuh sesak.

Jekyung mulai memasang earphonenya sambil berpegangan tas Jaemin yang ada di sampingnya.

"Sayang..." Jaemin merangkul Jekyung lebih dekat je arahnya.

Jekyung yang sebenarnya tidak mendengar apa yang dikatakan Jaemin tapi merasakan bahunya ditarik spontan mendongak ke atas dengan pandangan tidak suka. Ia sudah biasa dengan Jaemin yang suka melakukan kontak fisik karena ia tahu Jaemin tidak bermaksud apa apa tapi hanya sebagai bentuk ekspresi, tapi tetap saja ia merasa risih.

"Wae?" tanya Jekyung menyelidik.

Jaemin menunduk sambil meregangkan sedikit earphone di telinga Jekyung sambil berbisik, "Tetap seperti ini. Sampai ahjussi yang di sampingmu turun"

Seketika Jekyung menoleh ke samping dan melihat tangan ahjussi yang dimaksud Jaemin memang melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh manusia macam apapun kepada seorang penumpang wanita. Setelah ia tahu ia semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Jaemin sebagai refleks perlindungan. Ia ingin memberitahu penumpang lainnya, tapi ia terlalu takut dengan semua kemungkinan yang akan terjadi setelahnya.

Ternyata antara mereka dan laki laki paruh baya tersebut lebih dulu mereka yang harus turun ke halte.

"Haihhh... tangankuuu" Jaemin mengibaskan tangannya yang sampai kerasa kebas karena tidak bisa membiarkan Jekyung jauh darinya di dalam bus yang sangat padat.

"Kok ya bisa ada orang orang kaya gitu hidup di dunia"

"Ya ada noh kenyataannya. Manusia macam apa aja ada di dunia, pure Jekyung-ah"

Jekyung lebih dulu turun dari halte karena Jaemin masih sibuk menggerakkan tangannya dengan berbagai pose yang Jekyung yakini ia sekalian tebar pesona setelah putus dari babi eonni.

"Yaa, main tinggal aja"

"Ya kamu masih sibuk tebar pesona gitu loh Na. Kan aku males liatnya"

"Eihh. Tadi kamu bilang apa yang day day"

"Pepero day? Kenapa? Mau pamer kalo nanti kamu dapat banyak?"

"Negative thinking mulu ya kamu. Tadi beli berapa?"

"Banyak lah"

"Be-ra-pa, sayang?" Jaemin menekankan pada kata berapa yang menginginkan jawaban pasti dengan sebuah angka.

Jekyung melepaskan satu earphonya.

"Udah dibilang nggak usah panggil sayang sayang"

"Makanya jawab yang bener kalo ditanya"

The Goodbye PainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang