Semua orang bermigrasi ke ruang penjurusan musik di hari senin. Dari semua orang, Jekyung dan Saeji yang paling tenang. Masa runyam mereka sudah terlewati. Yeseul iri meskipun ia mungkin hanya kebagian satu lagu tapi latihan seperti tidak ada habisnya.
"Breakkkk..." Jekyung dengan semangat membawa satu kardus penuh minuman untuk semua orang. Lucas maju paling depan untuk mengambil tiga botol sekaligus.
"Jadi berangkat ke Jeju nya hari apa, man?" Jaemin melemparkan botol ke Mark.
"Nunggu konfirmasi dulu dari pihak sekolah ke Miss Suzy katanya"
"Miss Suzy nyuruh kumpul hari kamis sih. Kemungkinan berangkat minggu" Renjun bergabung untuk mengambil minuman.
Setelah itu semua siswa laki laki seperti ikan terdampar yang berada di pesisir pantai. Disertai mulut Haechan yang tidak berhenti mengoceh 'param pam pam' meskipun sedang dalam posisi tengkurap. Sedangkan para siswa perempuan mengambil roti isi di kantin.
"Yaa, bukankah kita semua dipastikan lulus" Jaemin memulai pembicaraan.
"Kita berharap saja kebijakan kepala sekolah yang itu tetap ada. Yang penting kita tidak membolos satu semester penuh kan" Hesoo menyahut.
Semua orang mengangguk.
"Berapa poin mu memang?" Lucas yang termasuk dalam lingkaran merah berpoin banyak hendak membandingkan.
"400 dong.."
"Sipp, aku 500" Lucas berbangga.
"Aku 560" Jaemin ikutan.
"Haechann paling alim. 200"
"Chan, kamu kalau ngga hobi berantem sama anak OSIS bisa bersih kaya Renjun loh padahal" sahut Mark.
"Bersih bersih banget nggak asik ahh. Biar itu jadi bagiannya Renjun"
"Yaa, poin pelanggaran tidak untuk dibanggakann asal kalian tahu" Jekyung muncul di pintu paling awal, Yeseul mengira Jekyung sudah menyimpan sumpah serapah sejak mendengar suara mereka dari samping lapangan.
"Karena tidak ada yang bisa kita banggakan seperti ikut olimpiade kaya anak ipa. Jadi kita membanggakan poin pelanggaran" Jaemin menjawab dengan senyum bodohnya yang berbalas lemparan roti isi dari Jekyung.
"Kamu kalo berantem sama kelompok Yongwoo lagi, kamu mati di tanganku" ekspresi Jekyung membuat Jaemin terdiam. Tinggal Mark yang tertawa puas.
"Udahlah, Jaem. Jangan lagi cari urusan lah sama mereka" Hesoo membuka kemasan roti isinya dengan mengenang peristiwa pahit karena kejadian beberapa hari lalu.
"Yee, kau kira aku dirimu. Lagian kurang kerjaan banget godain babii"
"Babi?"
"Si Haera. Kata Jekyung dia kaya babi" penjelasan Jaemin membuat Hesoo tergelak.
"Ya kan aku kira habis putus dari kamu dia bakalan single dong yaa. Mana aku tahu kalau dia taken"
Yeseul sedikit tenang karena hanya ada dia, Jekyung, dan Saeji yang merupakan siswa perempuan yang kembali dari kantin. Ia tidak tahu bagaimana kalo ada Yeji dan Mina, pasti langsung heboh. Secara mereka berkaitan dengan kelompok Yongwoo meskipun tidak langsung.
"Ini jam 1. Kita latihan ke rumah Jaemin jam 4 ya. Kul?" Mark memutus semua perbincangan ketika melihat kepala Mina menyembul lewat jendela.
"Kulll" jawab mereka serempak.
Meskipun Yeseul mengira mereka bakal aman, Jekyung tidak memindahkan pandangannya dari Haechan.
"Haechan, bisa berkhianat kapan saja bukan?" Bisiknya pada Yeseul ketika mereka membereskan kertas kertas partitur.
"Maksudnya?"
Jekyung tidak menjawab. Ia hanya membuat gestur mulut terkunci.
"Rumah Jaemin seberapa jauh dari rumah kamu?" Yeseul menanyakan hal lain untuk memecahkan suasana.
"Lumayan"
"Lumayan dekat atau jauh?"
"Lumayan dekat dan jauh" jawab Jekyung sambil meringis.
"Nanti kau bareng Mark saja. Dia biasanya pakai motor dan lewat daerah rumah kamu" Jekyung mengusulkan Mark bertepatan ketika orang yang punya nama lewat.
Mark melebarkan pupilnya dan menunjuk pada dirinya sendiri.
"Kau bisa menjemput Yeseul?" Kata Jekyung dengan menaikkan alisnya.
Mark menganguk pasrah karena Jekyung mencubit pinggangnya.
"Apaaa yo.." (re: sakit)
"Tidak. Aku naik bus saja" Yeseul tidak mau beresiko untuk Mark harus berputar putar mencari rumahnya.
"Gwaencana, Yeseul-ah. Nanti kau pulang bareng Mark saja. Jadi nanti dia tidak dengan bodohnya muter muter"
Yeseul terkejut Jekyung bisa tahu apa yang ada di kepalanya sampai ia bahkan hanya bisa menjawab, "Ah, ye.."
Yeseul berjalan keluar bersama Jekyung, tapi harus mengikuti Mark ke parkiran ketika mereka berada di ujung lorong.
"Jekyung-ah. Bisakah aku bertanya suatu hal?"
"Ye.."
"Kata Jaemin kau tidak begitu suka dengan Mark. Tapi kelihatannya kalian baik baik saja. Ada apa?"
"Jaemin bilang begitu?"
Yeseul menutup mulutnya.
"Apakah itu rahasia"
"Ember bener tu orang astaga. Ngga, Yeseul-ah. Jangan salah paham. Aku bukannya nggak suka sama Mark tapi dia satu satunya temen yang Jaemin pasti nurut. Jadinya aku iri. Dia orangnya baik, tenang saja. Kau lihat selama ini kepemimpinannya sangat baik"
"Baiklah. Hati hati. Byee.."
"Byee.."
Mereka berpisah bersamaan dengan Jaemin dan Mark yang berlarian di lorong setelah mengembalikan kunci kelas penjurusan ke ruangan Miss Suzy.
Yeseul sekali lagi terkejut ketika melihat motor Mark. Motor yang sama ketika ia melihat Yeseul diboncengkan oleh seseorang ketika di halte sendirian dan ia pergi ke hagwon.
"Mark, kau sering memboncengkam Jekyung saat ia tidak dalam pengawasan Jaemin?"
Mark memberikan helm kepada Yeseul.
"Yaa, Jekyung bukan anak kecil yang harus diberi pengawasan khusus lagi. Haha. Tidak. Aku tidak pernah memboncengkan Yeseul. Karena aku pasti bersama Jaemin. Kenapa?"
"Aha, tidak. Hanya saja aku pernah melihat Jekyung membonceng seorang laki laki. Ku pikir itu kau, baru saja aku sedikit lega. Karena motornya sangat mirip"
"Kau pasti salah mengira. Motor Jeno sama dengan motorku"
"Jeno?"
Mark mengangguk sambil menaiki motornya.
"Rumahmu dari pusat perbelanjaan kota mananya?"
"Hah.. eh? Ng, masih lurus sampai perempatan lampu merah terus belok kanan"
"Oke, ayokk.."
Mark menjalankan motornya dengan sangat tidak santai, tapi beriringan dengan jalan pemikiran Yeseul yang berputar cepat tentang Jeno yang ternyata sedekat itu dengan Jekyung. Ia juga mengingat bahwa Jeno pasti tahu Jekyung ada di mana. Dan, apakah ini yang dimaksud Jekyung dengan beberapa kali ia ditemukan Jeno saat sendirian. Ini mengerikan, setahu Yeseul dulu Jeno adalah orang yang... ah sudahlah. Yeseul hanya harus berpikir untuk selamat sampai rumah pada saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Goodbye Pain
FanfictionSome pray for the rain, others pray for peace. I pray for your happiness, with or without me. - Anonym Ada suatu ketentuan dimana pada semester dua akhir di kelas dua, para siswa disatukan di dalam satu kelas penjurusan dengan keahlian yang sama. Da...