5

7.5K 614 29
                                    

Kevin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kevin

Andreano

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Andreano

Suasana meja makan hening. Hanya terdengar suara sendok berdenting pelan. Biasanya saat sarapan seperti ini aku, Mama dan Papa saling cerita dan bercanda. Dan sekarang lihatlah, karena ada tamu tak

diundang di sini yang ikut sarapan, selain suasana menjadi horor, membuat menu yang ada di meja makan tidak ada yang menarik untukku. Aku mengambil sedikit demi menghormati Mama dan Papa.

" Ma.. Mama tau di mana hp ku? Aku mau lihat rusak nggak "
Aku membuka suara. Kemarin aku lempar saat aku mengamuk. Saat sudah sadar, aku tidak menemukannya di sudut manapun. Jangan bilang kalau Mbok Minah pembantu Mamaku itu sudah membuangnya bersama barang lain yang berserakan.

" Nggak rusak kok Na. Kayaknya disimpen sama Abang ya? " Tanya Mama ke arah Dean. Kulihat Dean mengangguk.

Aku meradang.
" Kamu tu ya. Diem aja pas aku nyari hpku. Taunya kamu sembunyiin. Siniin ! "
Aku berdiri sambil menengadahkan telapak tanganku.

" Na, yang sopan sama suami ! "
Papa menegurku. Papa bukannya belain aku malah marah - marahin aku.
" Aku bilang siniin hp ku. Aku mau telpon Kevin ! "

" Selesein dulu makan kamu. Nanti aku kasih " Dean menjawab dengan tenang namun membuat amarahku semakin meningkat.
" Nggak ! Aku bilang siniin hp ku Dean ! "

" Na ! Yang sopan sama suami. Yang nurut ! Lagipula kamu nggak sopan manggil nama kayak gitu. Papa nggak pernah ngajarin "
Rupanya Papa benar - benar murka. Beliau sampai berdiri dari duduknya. Mama mengusap lengan Papa menenangkan.

" Kenapa Papa marahin Ellyana? Aku suka manggil dia Dean. Dean Si Bajingan, pemerkosa, brengsek.. "
Aku melihat wajah Dean berubah pias. Tangannya erat memegang sendok. Biar, dia tidak akan tahan dengan kelakuanku. Kalau dia berbuat macam - macam dan menjahati aku, aku tinggal melapor sama Om Rafi.
Om Rafi janji akan membunuhnya. Kalau tidak bisa mati ditanganku, biar dia mati di tangan Ayahnya sendiri.

" Aku jadi penasaran. Sebenarnya yang dia kasih ke semua orang tu apa ? "
Aku menunjuk ke arah Dean.
" Kenapa semua orang membela dia. Kalau Papa tau bagaimana perasaanku, Papa nggak akan tega menyakiti aku "
Aku sudah menangis.

" Bukan aku yang mau nikah sama dia. Aku juga tidak tahu apakah kami benar - benar menikah atau tidak "
" Kalian benar menikah Na. Papa yang yang menikahkan. Kami ada video kalau kamu mau lihat " Mama berkata dengan lembut. Mama yang asli orang Solo selalu seperti ini. Tutur katanya, sikapnya lembut dalam keadaan apapun.

" Nggak sudi aku Ma. Seharusnya kalian memberi pelajaran pada Bajingan ini atau melaporkan dia ke polisi bukannya malah menikahkan dia dengan aku "
Dadaku naik turun menahan sesak.

" Kami semua sudah menghajarnya. Kamu sendiri lihat kan wajahnya seperti apa. Dua giginya tanggal. Belum lebam yang ada di tubuhnya. Seharusnya dia masih berada di rumah sakit tapi dia menolak. Kamu juga udah nambah jahitan di keningnya. Apa itu semua belum cukup ?! " Papa menjelaskan dengan nada tinggi. Membuatku semakin emosi.

" Aku sama sekali tidak peduli Pa. Seharusnya dia itu mati. Mati !! "
Aku menunjuk wajah Dean dengan penuh kebencian. Dean hanya menatapku.

" Semua yang dia ambil dariku belum sepadan dengan itu semua. Sampai kapanpun aku tidak akan mengakuinya sebagai suamiku. Kalau tidak menikah dengan Kevin, lebih baik aku membujang saja daripada harus menikah dengannya ! "
Aku mendorong kursiku ke belakang dengan kasar. Berlari menuju tangga. Masuk ke kamar dan kubanting pintu sekuat tenagaku.
Seumur hidupku baru kali ini aku bersikap kurang ajar dengan Papa. Padahal aku ini dari dulu adalah anak yang penurut.

Aku menghempaskan tubuhku ke atas ranjang. Membenamkan wajahku ke atas bantal. Menangis sepuasku.

❤❤❤

Aku mendengar suara pintu terbuka lalu tertutup.
Aku merasakan ranjangku sedikit melesak. Sepertinya ada yang duduk di sana. Kalau Mama, dia akan duduk di dekatku dan mengusap kepalaku untuk menenangkan aku. Mencium bau parfumnya ini pasti Si Bajingan Dean.

Aku bangkit dan duduk menggeser mundur bokongku agar lebih jauh dari dia.

" El, aku minta maaf.."
" Untuk ? "

" Semuanya.."
" Apa kamu pikir dengan minta maaf bisa mengembalikan keperawananku ? Nggak kan ?! " Suaraku sudah naik beberapa oktaf.

" Aku tahu. Maafkan aku.." Dean menunduk.
" Maaf..maaf..maaf terus. Tidak akan bisa mengubah statusku. Aku tetap wanita yang sudah rusak "

Dean mengusap wajahnya sebentar. Lalu berdiri.
" Bersiaplah El. Siang ini kita kembali ke Jogja "
" Apa maksudmu ?! "
Dean berlalu begitu saja keluar dari kamar tanpa menjawab pertanyaanku. Aku kesal luar biasa.

❤❤❤

" Bang Dean sudah ijin Mama sama Papa buat ngajak kamu tinggal di rumahnya "
Jawaban Mama saat aku protes dengan keputusan Dean.
" Nggak bisa gitu donk Ma. Cafeku kan.."
" Kamu bisa tetep ke cafe seperti biasa. Tapi kamu tinggal di rumah Abang. Kalian sudah suami istri. Pamali kalau nggak tinggal satu atap meskipun kalian nanti pisah kamar "

" Tapi Ma.."
" Rumah Abang juga di Jogja. Bengkelnya ada di sana "
Bahuku merosot. Sepertinya memang tidak ada gunanya menolak. Nanti akan aku pikirkan rencanaku selanjutnya.
Sisi negatifnya, aku harus menahan mual karena harus hidup satu atap dengannya. Tapi positifnya aku lebih leluasa untuk melakukan apapun yang aku inginkan karena akan jauh dari Papa Mama juga orang tua Dean. Aku tersenyum penuh arti. Aku menjadi bersemangat.

" Kalau gitu aku mau packing dulu Ma "
Mama tampak terkejut karena aku berubah dari menolak menjadi antusias. Aku abaikan. Biar saja.

Aku menghentikan langkahku.
" Ma.."
Mama menoleh.
" Panggilan Abang itu nggak cocok buat Dean "
Aku mengedikkan bahu dengan gestur jijik.

Mama hanya menggelengkan kepala.

Tbc.

Dikit aja ya.
Ney lagi kambuh nih penyakit MALAS NGETIKnya 😪

Love you,
💋💋💋
Neylan

MISTAKES ( S E L E S A I )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang