Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suara siulan samar terdengar di telingaku. Bukannya aku Ge-Er, penampilanku saat ini kalau kata Tori seperti anak Es Em A. Celana kulot, kaos lengan pendek yang ujungnya aku masukkan, tas selempang, jangan lupakan kucir kuda plus poni yang menutupi keningku.
Aku sedang berdiri sambil celingukan mencari Dean. Sepagi ini bengkel dan cucian mobil bengkel Dean sudah ramai. Aku hiraukan beberapa pasang mata yang menatapku aneh.
Seorang pemuda ber-rambut jabrik menghampiriku. Bajunya terlihat kotor karena oli. " Cari siapa, Dek ? " Bagus! Sepertinya wajahku benar- benar terlihat babyface apalagi posturku yang hanya 155cm. " Eum. Aku nyari Dean " Dahinya nampak berkerut. Mungkin heran karena anak kecil sepertiku memanggil nama Dean tanpa embel- embel " mas " seperti orang kebanyakan.
" Oh..sini tak antar. Dia lagi benerin mobil ituh yang paling ujung " Dia menunjuk ke arah depan. Kami berjalan beriringan ke arah mobil yang ditunjuknya.
" Kamu...siapanya Mas Dean ? Sodaranya ? " Tanyanya dengan logat Jawa yang medok. Syukurlah aku lama tinggal di Jogja jadi bisa mengimbangi. " Saya..istrinya " Pemuda jabrik di sampingku menghentikan langkahnya sambil menoleh ke arahku karena terkejut.
" Ben ! Ono opo? " Sebuah suara membuat kami berdua menoleh ke arahnya. Pemuda jabrik di sebelahku menjawab, " Ini..eum mbak e ini nyari Mas Dean " Lha, tadi manggil Dek sekarang manggil Mbak. Aku menahan tawa melihat raut wajahnya.
" Mas Dean ada yang nyari ! " Pemuda yang bertanya tadi melongok ke bawah kolong mobil. Tak lama Dean muncul dari bawah menggunakan semacam papan seluncur, aku nggak tahu apa namanya di bawah punggungnya.
Dean berdiri menghampiriku sambil menyeka peluh di dahinya dengan punggung tangan. " Ada apa, El ? " Entah perasaanku saja atau penglihatanku yang buram, Dean terlihat pucat. " Aku mau berangkat ke cafe " Entah kenapa aku pamit dengan Dean. Seharusnya aku bisa sesuka hati pulang pergi ke manapun yang aku suka tanpa harus berpamitan padanya. Aku hanya sempat sedikit khawatir Dean akan mencariku kalau aku tidak pamit. Swklas kulihat pemuda jabrik dan yang lain sudah tidak ada, mungkin mereka kembali ke pekerjaan mereka.
" Kunci mobilku ada di office. Di sana ada Clara. Kamu bilang aja ke dia mau pake mobilku biar dia ambilkan " " Aku ke sini nggak bermaksud pinjam mobilmu. Aku cuma mau pamit " Aku berbalik dan berjalan menjauh.
" El. Mobil kamu kan masih di kontrakan. Kamu mau naik apa ke cafe ? " Dean sudah mensejajari langkahku. " Gojek kan banyak. Kamu sih janji ngambilin mobilku ternyata nggak diambilin "
" Sori. Anak - anak pada sibuk banget banyak kerjaan. Nanti sore biar diambil " " Yaudah sana balik kerja. Ntar sore aku sendiri yang ambil mobilku " Aku melambaikan tangan mengusirnya. Dari tadi kok ngekor terus.
" Nggak El. Biar anak - anak yang ambil. Aku udah minta tolong mereka kok. Sekarang kamu pakai mobilku aja. Biar nggak kepanasan " " Kamu suruh aku pakai Hilux kamu? Nggak ! " Yang benar saja. Cewek mungil kayak aku disuruh pake mobil kayak gitu.