19. rasa itu..

6.5K 671 61
                                    

Sebelum baca part ini pliss baca kembali part sebelumnya (part.18) 🙏🙏🙏 Karena sudah aku revisi.

Part 18 dan 19 sepertinya memang kurang " PAS " ,gak nyambung dan membingungkan. Jadi feelnya kurang dapet. Sebenarnya aku sendiri sudah ngerasa gitu sih. Apa yang ada di pikiranku tidak sama dengan apa yang kutulis. Kok bisa? Ntahlah aku juga nggak tau wkwkw 😂

Jadi, bantu aku memperbaiki ya.. kritik dan sarannya aku tunggu 😉

-Happy Reading-

Aku butuh seseorang untuk berbagi. Tentang bagaimana perasaanku saat ini.
Kevin? Dia sudah mengatakan padaku kalau selama berada di Turki dia akan fokus dengan pekerjaan yang diembannya. Tujuannya agar bisa segera selesai dan pulang. Jadilah aku tidak berani mengganggunya kalau dia tidak menghubungiku dahulu.

Aku sudah tidak betah dengan keadaan pernikahanku. Aku akan meminta cerai dari Dean. Lalu aku akan pergi dari sini. Membuka lembaran baru di tempat baru mungkin.

Mungkin aku juga akan memutuskan hubunganku dengan Kevin. Aku tidak bisa memungkiri perasaanku padanya tidak sekuat jaman dulu. Sekarang bagiku dia tidak lebih sahabat dan Kakak bagiku. Dia pria yang baik. Berhak mendapatkan wanita yang lebih baik dariku. Saat kami bertemu nanti aku akan berbicara baik-baik dengannya. Semoga dia bisa menerima keputusanku.

❤❤❤

Sudah lima hari Dean menghindariku. Sepertinya benar-benar tidak mau bertemu denganku. Pasalnya selama lima hari pula aku sama sekali tidak bertemu dengannya.

Awalnya aku anggap biasa. Lama- kelamaan membuat galau. Dulu, meskipun kami tidak bertegur sapa setidaknya kami bertemu di meja makan saat sarapan. Nyatanya saat di rumahpun kami tidak pernah berpapasan. Sepertinya Dean beneran marah padaku.
Bukankah seharusnya di sini aku yang marah ya? Kenapa malah jadi  dia yang marah. Huh.

" Mbok. Dean udah sarapan? "
Tanyaku pada Mbok Mini.
Padahal cuma omelet mie yang dibikin Mbok Mini. Tapi ini enak. Pasti pake bumbu mie instan ini.
" Udah saya kirim ke bengkel Mbak "

" Lho? Dean nggak sarapan di rumah? "
" Beberapa hari Mas Dean minta saya antar sarapan ke sana Mbak. Banyak kerjaan katanya "
Aku menghentikan kunyahanku. Fix, ternyata Dean beneran nggak mau ketemu aku.  Tiba-tiba rasa sesak memenuhi dadaku.

" Makan malamya Mbok? "
Aku ingin tahu apa dia makan di rumah seperti biasanya atau..
" Kalau makan malam Mas Dean bilang nggak usah diantar. Mau makan di rumah saja. Kalau paginya Mbok lihat masih utuh ya berarti Mas Dean malamnya nggak makan di rumah. Akhir-akhir ini sering nggak makan malam Mas Dean itu "
" Mungkin dia sudah makan sama anak-anak bengkel Mbok "

" Setahu saya sih Mas Dean sukanya makan di rumah Mbak daripada makanan luar "
M

bok Mini lama ikut Dean. Pastilah tahu kebiasaan Dean seperti apa.

Keadaan hubunganku dengan Dean tidak bisa dibiarkan seperti ini terus. Aku bertekad nanti malam akan menemuinya.

Saat berangkat ke cafe, melintasi bengkel aku mencuri pandang ke arah bengkel. Mobilku melaju pelan siapa tahu sosok Dean bisa aku lihat. Nihil. Di office pun dari kaca beningnya aku hanya melihat Clara yang sibuk dengan komputer di depannya.

Aku menghela nafas. Kecewa.

❤❤❤

Saat aku pulang dari cafe tadi bengkel sudah tutup. Tapi aku melihat arah office yang masih terang lampunya tidak ada Dean di sana. Mungkinkah dia ada di rumah.

Sedikit tergesa aku memasuki rumah. Mengucap salam. Tidak ada jawaban. Sepi. Aku naik ke kamarku. Memandang sekilas kamar Dean. Kembali menghela nafas. Membuang sedikit rasa sesak di dada.

Setelah membersihkan diri aku memberanikan diri mengetuk kamar Dean. Sebelumnya aku melongok ke bawah. Siapa tahu Dean berada di bawah.

Tok..tok..
Aku mengetuk pintu kamar Dean.
Tidak ada jawaban.

" Dean "
Aku mengetuk pintu kamarnya lagi. Tetap tidak ada jawaban. Memberanikan diri kubuka pintunya. Dean membuatku melampaui batas sopan santun dengan membuka kamarnya. Kosong.

Akhirnya aku turun ke arah dapur. Membuka tudung meja. Melihat makanan masih rapi tidak ada jejak disendok sepertinya Dean belum memakan makan malamnya.
Baiklah kalau begitu aku akan menunggunya.

Aku berjalan ke arah sofa. Mengambil remote. Mungkin ada film yang menarik hatiku.

Bosan. Tidak ada channel tv yang menarik untuk ditonton.

Aku melirik jam di dinding.
Sudah pukul dua belas. Dan Dean belum terlihat masuk rumah.
Kenapa sampai selarut ini Dean belum pulang. Kalau menurut cerita Mbok Mini Dean tidak suka makanan luar, itu berarti sampai sekarang dia beneran belum makan.

Oke aku akan menunggunya lima belas menit lagi.
Gelisah aku melihat jarum jam.
Apa mungkin malam ini Dean tidur di bengkel. Jadi, beberapa hari ini..?
Astaga! Melihat betapa rapinya ranjang dan kami tidak pernah berpapasan di rumah sepertinya dugaanku benar. Tiba-tiba mataku memanas, dadaku terasa sesak. Sampai seperti itu usaha Dean untuk  menghindariku. Aku tahu aku salah tapi dengan menghindariku seperti ini membuat hatiku semakin sakit.
Buru-buru aku ke dapur. Dengan tangis tertahan aku menata makanan dan air putih di atas nampan. Lalu bergegas keluar rumah.

Sayup aku mendengar bunyi musik yang terdengar lirih.
Semakin dekat aku melihat lampu bengkel terang di bagian tengah ruangan.

Aku menghentikan langkahku.

Dean sedang membungkuk ke arah kap mobil yang sudah terbuka. Dia tidak menyadari kedatanganku.

Aku menarik nafas panjang.

" Abang..." panggilku.
Sedetik.
Dean menoleh. Meneleng kepalanya. Matanya menyipit memandangku. Bibirnya mengulas senyum tipis.

Dengan tangan sedikit gemetar aku meletakkan nampan di lantai dekat  kakiku.

Kembali menegakkan tubuh, aku melangkahkan kakiku dengan cepat ke arahnya.
Dean menyambutku.
Aku berhambur naik ke pelukannya. Lenganku kulingkarkan di lehernya kuat-kuat. Kakiku melilit pinggangnya. Tangisku pecah di ceruk leher Dean.

" Aku kangen.."
Rajukku tanpa ada perasaan yang aku tutupi lagi.

Tbc.

Happy " menjelang "weekend..
Love you, NEYLAN
❤❤❤
💋

MISTAKES ( S E L E S A I )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang