12

5.3K 595 47
                                    

" Dean itu rapuh, Na. Itulah yang membuat Bunda bertanya - tanya apa yang menyebabkan dia bisa melakukan perbuatan buruk itu padamu padahal dia berjanji pada Bunda meski senakal -nakalnya dia di luar, dia tidak akan menyakiti wanita "
Kata Bunda setelah pagi tadi aku menceritakan detail kejadian saat itu.

Aku bercerita sambil menangis. Bunda pun ikut menangis dan berkali - kali meminta maaf.

" Mulai sekarang Bunda juga orang tuamu, kamu bisa bercerita apapun pada Bunda. Jangan ada yang kamu tutupi. Kalau Dean berbuat jahat padamu tolong kamu beritahu Bunda. Atau kamu bisa bercerita pada Mama dan Papamu. Senyamannya kamu saja. Hanya saja pesan Bunda jangan sampai Dean menyakitimu dan kami semua tidak tahu. Berjanjilah pada Bunda "
Aku hanya mengangguk.

Aku merasakan kelegaan yang luar biasa. Beban di hatiku terangkat saat aku punya tempat untuk berbagi lagi. Setelah sekian lama aku menyimpannya.

Dulu, setelah lulus SMA aku juga sempat menceritakan pada orang lain. Ya, aku diam - diam tanpa sepengetahuan Mama dan Papa bertemu janji dengan seorang psikiater. Dulu aku menceritakan kejadian lalu hanya karena memang aku harus cerita. Aku bercerita  dengan penuh amarah di dadaku.

Sekarang aku menceritakan pada Bunda karena aku ingin sembuh. Aku ingin hatiku bisa ikhlas atas takdir yang sudah digariskan Tuhan.

" Bunda ingin kamu berusaha ikhlas memaafkan Dean, Na. Setelah itu mulailah hidup baru dan berbahagialah "
Pesan Bunda.

" Bun, kalau akhirnya aku menikah dengan Kevin menurut Bunda bagaimana? " Tanyaku.
Bunda tersenyum.
" Itu bagus. Kamu tetap akan menjadi menantu Bunda " Bunda membenarkan rambutku.

" Tapi sebagai wanita aku sudah tidak suci, Bun.."
" Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Na. Kamu dan Kevin saling mencintaimu "

" Ellyana tahu, Bun. Tapi yang sudah menodaiku adalah Kakaknya. Apakah Kevin nanti.."
" Bunda yakin Kevin akan menerima apapun keadaanmu,Na. Justru ini semua baik karena kebenarannya terkuak sekarang. Bukankah begitu? "
Aku mengangguk mebenarkan. Aku tidak tahu apa yang terjadi seandainya Dean mengaku saat aku sudah menikah dengan Kevin. Sudah punya anak mungkin. Pastilah Kevin mengamuk. Bahkan bisa jadi diaenceraikan aku. Dan akhirnya anak-anakku terlantar karena saat itu terjadi aku tidak akan segan membunuh Dean detik itu juga dan aku dipenjara.
Aku menggelengkan kepalaku. Itu sangat mengerikan.

Tepukan di punggung tanganku menyadarkanku.
Aku kembali memusatkan perhatianku pada Bunda, Ibu mertuaku.

" Tapi Na, seandainya Bunda boleh mengatakan tentang anak - anak Bunda.."
Aku mendengarkan dengan seksama. Kami saling memandang.
" Bunda tahu Dean sebenaranya juga mencintaimu.."
Deg..

Aku sudah akan menyela tapi Bunda mencegah aku bicara.
" Dengarkan Bunda dulu, Na "
Aku menurut.

" Bunda kan sejak kecil mengasuh keduanya. Jadi Bunda tahu seperti apa mereka berdua itu.

Saat kamu pingsan di hari pernikahanmu dengan Kevin, Dean dengan lantang ingin menikahimu. Kami semua menolak. Terlebih keluargamu. Tapi Dean berjanji ini hanya sementara agar kalian bisa saling memaafkan.

Papa dan Mama mu tidak setuju. Mereka takut Dean akan menyakitimu lagi. Tapi, Dean mengatakan kalau dia berjanji tidak akan menyakitimu selama pernikahan kalian berlangsung.

Dean mengatakan nyawanya adalah jaminannya.

Kami semua tetap tidak percaya dan menolaknya. Kami akan tetap menikahkan mu dengan Kevin. Toh saat itu Kevin juga mau menerima kondisimu.

Dean ngotot.
Saat itu dia bilang kalau dia mencintai kamu. Dia bilang tidak mungkin akan menyakiti wanita yang dicintainya.

Baru saat itu Bunda melihat binar di matanya. Selama ini dia selalu menutup diri dari kami " Iya kah?.
Mata Bunda tampak menerawang.

MISTAKES ( S E L E S A I )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang