13.

5.4K 590 33
                                        

Ayah masuk dan menghidupkan lampu kamar.

" Ayah tahu kamu sudah kangen dengan istrimu. Tapi seharusnya tidak memaksa seperti itu "
Ayah berkata dengan nada datar tapi aku merasa malu luar biasa. Setelah kesadaranku kembali seraatus persen aku buru-buru menjauhkan tubuhku dari Dean.
" Yah, Bun..ini tidak seperti yang Ayah Bunda bayangkan. Aku.." Dean berusaha menjelaskan sambil  mengangkat tangannya. Namun perkataan Dean dipotong Ayah,
" Saking tidak sabarnya kamu bahkan  belum berganti baju ck..ck.. "
Ayah menyeringai. Sedang Bunda bersedakap sambil menggelengkan kepala.
Bahu Dean jatuh mungkin dia putus asa karena Ayah dan Bunda tidak mau mendengarkan penjelasannya.

" Ayo Bun. Kita keluar dari sini. Biar mereka menyelesaikan urusan mereka "
Ayah merengkuh pundak Bunda membawanya keluar kamar. Bunda menutup mulutnya dengan telapak tangan bahunya tampak bergetar yang aku tahu beliau menahan tawa. Aku? Jangan ditanya betapa malunya aku.

Setelah pintu kamar tertutup aku mengambil guling dan aku pukul - pukul ke arah Dean.

" Kamu tuh ya. Main peluk - peluk. Dasar mesum ! "
Dean menangkis dengan lengannya.
" Kamu seharusnya berterima kasih sama aku. Aku peluk kamu akhirnya bisa tenang "

Aku menghentikan pukulan - pukulanku.
" Kamu cari kesempatan! "

" Kesempatan apa? Orang aku pulang langsung masuk kamar. Aku baru buka pintu kamu udah jerit - jerit.

Di sini seharusnya aku yang terkejut karena tiba - tiba masuk kamar di dalam udah ada orang "

Iya juga sih. Kepalang malu aku beranjak dari tempat tidur. Bermaksud ganti baju ke kamar mandi karena bajuku basah oleh keringat.

Aduh, bajuku ada di kamar. Gimana nih. Aku menghentikan langkahku. Berbalik arah berjalan menuju pintu namun urung membuka.

Aku membalikkan tubuh melihat Dean masih duduk di tempatnya sambil memandangku.
Aku mengigit ujung telunjukku. Ragu.

" Eum Dean.. "
Dean mengangkat sebelah alisnya. Tanda menungguku bicara.

" Eum bisa minta tolong? "
" Apa? "

" Itu aku mau ganti baju "
Dean memicingkan matanya.
Aku menghela nafas dengan kasar.

" Bajuku basah. Aku mau ganti. Bajuku ada di kamarku "
" Yaudah kamu kan bisa kembali ke  kamar "
Aku berdecak kesal sambil berjalan mendekat.

" Kamu ngerti nggak sih. Aku di kamar kamu sekarang gini kan biar Bunda nggak curiga sama kita. Biar Bunda tahu nya kita baik-baik aja "
Aku berbicara dengan sedikit berbisik.
" Kamu nggak perlu ngelakuin kayak gini "

" Ck..ck..susah ngomong sama kamu. Terus gimana nih. Aku bisa masuk angin kalau pake baju basah kayak gini " Aku merengek.
" Yaudah balik ke kamar kamu sana "

" Nanti Ayah sama Bunda tahu kalau kita pisah kamar "
" Mereka nggak akan tahu. Kita dilantai atas mereka di bawah "
Dean malah menjatuhkan tubuhnya ke belakang dan memejamkan matanya.

" Dean..tolongin dong. Ambilin bajuku "
Aku menarik - narik kakinya yang menjuntai di tepian ranjang.
" Kamu pikir kalau aku yang ambil mereka nggak tahu gitu? "
Dean membuka matanya.

" Bukannya gitu. Kamu kan bisa jalan tanpa berisik. Kamu cowok. Lebih cekatan. Aku orangnya ceroboh "
" Kamu ribet banget sih, El. Aku malas keluar kamar. Aku mau mandi "
Dean bangkit dari posisi berbaringnya.

" Eh aku duluan "
Enak aja dia mau nyerobot. Yang mau makek kamar mandi tadi kan duluan aku.
" Yaudah cepetan. Aku gerah capek juga mau istirahat "
Iya juga kasihan dia baru pulang dari Surabaya.

" Bajuku.."
Dean berdecak kesal sambil mengusap wajahnya.
" Kamu pake aja bajuku. Itu di lemari ambil yang kamu mau "

" Dalamanku juga basah.."
Gimana dong ? Kok aku kesel ya.
Dean apalagi. Dia beneran nahan emosi kayaknya.

" Kamu lepas tuh dalaman kamu. Kamu angin - angin. Sana taruh depan kipas yang dipojokan itu " Dean menunjuk sebuah stand fan di pojokan kamar.
Aku sudah akan membuka mulut tapi Dean sudah duluan ngomel.
" Besok pagi kalau udah kering tuh kamu pake lagi. Nggak usah mikir yang nggak- nggak. Aku nggak akan aneh- aneh sama kamu "

" Awas kalau kamu macem - macem "
Aku menunjuk dirinya dengan jari tekunjuk. Lalu aku mengalihkan perhatianku pada lemari Dean. Membuka dan memilih baju yang cocok buat aku.
Nah ini aja deh. Aku mengambil kaos sama training olah raga.

" Lagian siapa juga yang tertarik ngapa- ngapain kamu. Bodi kecil gitu nggak ada menarik - menariknya "
Aku buru - buru membalikkan tubuhku. Seketika darahku naik mendengar Dean berbicara seperti itu.

" Heh denger ya Andreano. Bodiku memang kecil dan tidak menarik dan kamu nggak suka. Seharusnya dulu kamu nggak memperkosa aku! Kamu nggak tertarik sama fisikku tapi nyatanya kamu dulu menikmatinya juga "
" Dulu aku mabuk "

" Ya karena itulah perbuatanmu dibenarkan oleh semua orang kan?! "
" Kalau membahas kayak gini nggak akan ada habisnya nanti "

" Kamu yang mulai! " aku meradang.
" Oke oke. Aku minta maaf "
Mataku menatap tajam ke arahnya. Ada raut sesal tampak pada wajah Dean. Dan aku tidak peduli. Awalnya aku kasihan melihat dia tampak lelah karena perjalanan jauh. Nyatanya mulutnya setajam silet.

" Kamu memang laki - laki paling  brengsek, bajingan dan egois yang pernah aku temui "
Aku menyentak baju Dean yang sedang kupegang ke atas ranjang. Lalu melangkahkan kakiku ke arah kamar mandi.
Air mataku luruh.

❤❤❤

Aku keluar dari kamar mandi dengan mata sembab. Berkali - kali aku membasuhnya tetap saja tidak menghilangkan merah di mata dan wajahku. Biar saja Dean tahu kalau aku habis menangis.
Karena tadi baju aku taruh di atas ranjang. Jadilah aku keluar hanya menggunakan handuk yang aku lilitkan di tubuhku.

Dean langsung menegakkan tubuhnya dan buru - buru masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya dengan keras. Sebegitunya kah dia tidak tertarik atau bahkan jijik dengan tubuhku?
Aku menghela nafas. Satu sisi aku lega, karena Dean tidak mungkin macam - macam denganku. Tapi disisi lain harga diriku sebagai perempuan direndahkan. Perempuan mana yang mau dihina fisiknya, yang ada kaum kami inginnya dipuja.

Aku kembali menghela nafas. Kenapa dulu dia menyentuhku saat mabuk? atau setengah mabuk? Entahlah. Seandainya dalam keadaan seperti ini, Dean yang tidak tertarik dengan tubuhku pastilah aku masih dalam keadaan suci sampai sekarang.

Aku membuka lilitan handuk yang kupakai, tidak peduli ada Dean ataupun tidak di sini dan mulai memakai baju Dean di atas ranjang.

Kemudian Bra dan celana dalam yang tadi kucuci mulai aku taruh di depan stand fan.

Rasa kantuk mulai menderaku. Aku menaiki ranjang dan menarik selimut.
Entah bagaimana bisa rasa nyaman langsung melingkupiku.
Saat mataku setengah terpejam dan berada di ambang batas, aku merasakan kepalaku di usap.
" El..."
" Hmm.."

" Maafkan aku "

TBC.

Ini part terpendek yang pernah kutulis he..he... Sebenernya tiap part selalu kubikin paling tidak dua ribu lima ratusan kata. Tapi kalian maksa aku karena udah kangen. Yaudin yes kita pub saja seadanya 😀. Karena kalau nunggu dua rebu lima ratus kata kayaknya aku pub habis lebaran haji ups 😅😅😅
Lagipula vote kalian sangat membahagiakanku. Meski sebenarnya belum sesuai dengan keinginanku. Karena aku liatnya dari vote. Seberapa banyak yang antusias dengan ceritaku.

OK kalau begitu
SELAMAT MENIKMATI 😊
Semoga bisa sedikit mengobati rasa  rindumu padaku 😷

❤ you all

NEYLAN

MISTAKES ( S E L E S A I )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang