" Ayah ! Bunda !"
Aku meletakkan alat bersihku dan sedikit berlari dengan tergopoh- gopoh menghampiri keduanya. Menyalami kedua tangan Beliau.Bunda mencium pipi kanan kiriku sedang Ayah mengusap puncak kepalaku. Aku memang sudah dekat dengan keluarga Dean sejak dulu. Sejak masih sekolah dan aku berpacaran dengan Kevin. Aku sering menghabiskan waktuku di rumah Kevin meski saat itu aku jarang bahkan hampir tidak pernah bertemu dengan Dean. Aku hanya tahu sosok Dean dari cerita Kevin dan hanya bertemu beberapa kali saja.
" Kok nggak ngabarin kalau mau ke sini, Bun ? "
" Surprise "
Bunda tersenyum ke arahku.
Aku meletakkan nampan yang berisi dua cangkir teh panas dan dua toples berisi cemilan. Bunda membantuku meletakkan di atas meja.
Saat aku hendak mengembalikan nampan ke dapur, Bunda menahan lemganku menyuruhku untuk duduk di sampingnya. Ayah sedang pergi ke kamar mandi." Na, Dean kok nggak kelihatan? Di bengkel ? "
" Ke Surabaya, Bun sama Beno "" Oh, mau belanja alat ya?"
Aku mengangguk.
" Kapan berangkatnya? "
Bunda mengambil cangkir teh dan sedikit menyesapnya.
" Semalam jam dua belas "
Bunda mengangguk mengerti." Bagaimana hubungan kalian? Apa Dean menyakitimu? "
Aku menggeleng. Hampir dua bulan kami bersama tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan tentang aku dan Dean.
" Kami baik Bun "" Syukurlah. Ayah dan Bunda sempat khawatir. Mama dan Papamu juga. Kami selalu menanti kabar dari kalian "
" Maaf kami terlalu sibuk, Bun "
Aku merasa bersalah.
Bunda mengusap punggung tanganku.
" Tidak apa - apa sayang "Ayah sudah kembali dari kamar mandi.
" Abang mana, Na?"
Tanya Ayah.
" Ke Surabaya sama Beno " Bunda lebih dulu menjawab." Bun, Liyana mau masak dulu. Ayah sama Bunda mau sarapan apa? " Ya ampun mantu macam apa aku ini. Masak mertua datang nggak cepet disiapin sarapan.
" Gudeg yang di perempatan situ itu masih jualan nggak ya, Na. Ayah kok pengen " Ayah menunjuk dengan dagunya." Hush Ayah, kok sukanya ngerepotin anaknya "
Bunda menegur. Aku tertawa.
" Nggak papa Bun. Liyana beliin dulu ya "
Aku beranjak dari dudukku." Nggak usah didengerin Na. Ayahmu itu sukanya memang gitu. Kayak orang ngidam aja. Di jalan tadi yang diomongin gudeg terus "
Aku kembali tertawa mendengar Bunda ngomel-ngomel.
" Nggak papa Bun. Sekalian Liyana belanja sayuran "" Kok yang belanja sayuran kamu? Biasanya Mbok Mini kan ? "
" Mbok Mini ijin pulang kampung Bun. Khitanan anaknya. Udah semingguan ini "" Oh..yaudah kalau gitu Bunda temenin yuk "
" Nggak usah, Bunda istirahat aja sama Ayah. Kamarnya udah siap kok "
Aku mengambil nampan dan mengembalikannya ke dapur. Bunda sudah berdiri tak jauh dari aku." Kamu beneran nggak papa sendiri? "
" Liyana udah biasa Bun "" Yaudah kalau gitu Bunda sama Ayah istirahat dulu. Tadi di perjalanan Bunda nggak tidur sama sekali. Beda sama Ayahmu itu. Dari berangkat udah molor "
Bunda melirik Ayah yang sedang santai memakan camilan sambil melihat tv.
Aku tertawa." Bunda mau istirahat. Biar kalau mau jalan - jalan badan udah seger lagi "
" Ayo Bun, Liyana antar ke kamar "
Aku mengantar Bunda ke kamar tamu yang berada di lantai satu. Berdampingan dengan ruang tamu ini. Membiarkan Ayah sendiri di ruang tamu menikmati tayangan berita.Aku mengambil handuk bersih dan peralatan mandi yang baru yang tersimpan rapi di almari kamar.
" Bunda masih lama di sini ? "
Eh pertanyaan apa sih aku ini. Mertua jauh-jauh dari Jakarta kok pertanyaanku malah terkesan ingin beliau-beliau cepat pulang. Bukan ! Bukannya begitu, aku sangat senang kalau Beliau mau lama di sini hanya saja nanti kan..
" Kamu sama Abang keberatan kalau Ayah sama Bunda nginap di sini? "
Suara Bunda menyentakku.
" Eh..eh nggak Bun. Liyana malah senang kok " Aku buru- buru menjawab. Takut Bunda salah sangka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MISTAKES ( S E L E S A I )
HumorFor Adult Start : 31 Januari 2020 Finish : 6 Februari 2021 1 th 6 hari