33. Damai

281 22 2
                                    

Kevin sekarang sedang berada di kantin rumah sakit.

Karena jam makan malam yang sudah lewat maka kantin ini tidak terlalu ramai.

Hanya beberapa orang yang berada di sana. Bahkan bisa di hitung dengan jari.

Kevin memesan hot Coffie untuk menemani acara melamunnya.
Selain melamunkan kasus bulling, Kevin juga melamunkan perasaannya. Kini ia merasa dilema antara Cinta untuk Dian dan rasa sayang dia untuk Jenny.

Jika harus memilih Kevin benar-benar bingung.

Namun ia menggelengkan kepalanya, untuk sekarang ia harus fokus pada kesehatan kekasihnya ituu.

Hal soal siapa yang akan ia pilih biar dipikirkan nanti saja.

"Eh boss kita lagi di sini" Ucap Devon yang baru saja selesai membeli makanan untuk Denia dan Sisil.

Satria sudah mengirim pesan kalau ia, Rania, dan Kenan sudah pulang.

"Kevin sekarang Dian butuh lu kuy ke ruangannya" kali ini Allan yang bersuara.

Tanpa mengatakan apa-apa Kevin langsung berdiri dan beranjak dari kursi yang tadi ia tempati.

Allan dan Devon pun hanya mengikuti dari belakang tanpa berniat mengajak cowok itu bicara karena mereka tau, Kevin dalam mode Badmood .

Jika sudah seperti itu maka mereka tidak ingin mengusik ketenangan temannya itu.

Sesampainya di rungan bernuansa itu terlihat Dian yang sedang asik bercerita dengan Denia dan Sisil.

Dalam hati Kevin bersyukur karena kondisi Dian yang sudah mulai membaik.

Namun ketika melihat kedatangan Kevin, Dian langsung menutup matanya untuk kembali tertidur.

Jujur kejadian di rooftop itu masih tergian secara jelas di kepala Dian.

Mana mungkin Dian melupakan tatapan penuh kasih sayang dan kerinduan itu.

Teman-temannya merasa aneh dengan tingkah Dian.

Pikir mereka seharusnya Dian senang jika melihat Kevin.

Tapi ini?
Malah kebalikan dari yang mereka pikirkan.

Kevin yang tidak tau kalau Dian melihat kejadian di rooftop pun merasa bingung.

Ia berjalan ke arah brangkar Dian.
Lalu Denia berdiri agar Kevin duduk.

Kevin mengusap pucuk kepala Dian dengan lembut. Namun gadis itu tetap setia menutup matanya.

Karena sadar akan posisi mereka Allan, Devon, Sisil, dan Denia memutuskan untuk menunggu di luar.

"Kamu marah yaa sama aku?" Ucap Kevin lembut tanpa menurunkan tangannya yang msih setia mengusap lembut pucuk kepala gadisnya itu.

Namun nihil, Kevin tak mendapat jawaban apapun dari Dian.
Kevin menghembuskan nafasnya.

Apa iya Dian melihat kejadian itu?
Itulah yang ada dipikiran Kevin.

"maaf kalau aku salah. Walaupun aku juga gak tau aku salah apa."
Ucap Kevin sekali lagi.

Namun ucapan Kevin mendapat jawaban dari Dian.

Bukan, bukan jawaban tapi mendapat reaksi dari Dian. Air mata keluar dari mata cantik gadis itu.

Dian menangis. Kevin benar-benar bingung harus melakukan apa.

Bahkan ia tidak tau apa yang membuat gadis itu menangis.

Apa iya dirinya penyebab air mata itu keluar.

Kevin langsung memeluk Dian. Namun ia memeluk dengan hati-hati mengingat badam Dian yang belum benar-benar pulih.

Sungguh hal ini membuat Kevin menyadari kalau cintanya hanya untuk Dian seorang.

Benar yang dikatakan Dian.
Seharusnya Kevin bisa membedakan mana rasa Cinta dan mana rasa rindu.

Perasaan Kevin ke Jenny hanya sebatas rasa Rindu karena gadis itu pernah mewarnai hidupnya. Pernah memberi Kevin kepercayaan diri. Pernah mengenalkan pelangi yang indah pada Kevin. Walau gadis itu mengambil kembali semuanya itu.

Namin Kevin senang pernah mengenalnya walau hanya sesaat.

"kamu ngeliat kejadian di rooftop yaa?" tanya Kevin yang di angguki oleh Dian.

"hati aku udah buat kamu gak ada lagi tempat buat orang lain, ternyata itu hanya rasa Rindu aku aja, seperti yang kamu bilang mana rindu mana cinta! Maaf yaa" Kini Kevin sedikit mengeratkan pelukannya.

Dian tersenyum tipis mendengar penuturan Kevin. Tanganya ia angkat perlahan untuk membalas pelukan Kevin yang ia rasa sangat nyaman.

"makasih" ucap Dian pelan namun masih dapat di dengar Kevin.

"aku yang makasih karena kamu udah mau masuk kedalam kehidupan ku" Dian semakin mengeratkan pelukannya lala mendengar penuturan Kevin. Bahkan rasa sakit di badannya sudah terasa sembuh.
(the power of love 😅)

•••••

Hari sudah berganti. Hari ini Dian sudah di perbolehkan untuk pulang.

Karena tidak ada yang menemani Dian, maka Kevin memutuskan untuk izin di sekolah agar bisa mengantarkan Dian ke rumahnya.

Besok Rahman akan pulang, seharusnya ia masih berada di London seminggu lagi namun karena anak buahnya memberi tahukan keadaan Dian, Rahman memutuskan untuk langsung pulang.

Namun sebelum sampai rumah Dian terus meminta untuk membeli ice cream karena selama ia di rumah sakit ia tidak bisa memakan makanan kesukaannya itu.

Dian benar-benar merindukan mekanan manis itu. Walaupun menurut Dian lebih manis Kevin dari pada ice cream. Eh?

Akhirnya Kevin mengalah dan memberhentikan mobilnya di kedai ice cream yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumaj sakit tempat Dian di rawat beberapa hari terakhir ini.

"pesen gih" ucap Kevin saat salah satu pelayan kedai itu menghampiri meja mereka.

"Ice cream rasa strobery yang cup besar" ucap Dian semangat

"kamu mau pesen apa" tanya Dian pada Kevin.

Kevin hanya memperhatikan wajah ceria Dian sambil menggelengkan. Kevin memang tidak terlalu menyukai makanan itu.

Kevin hanya memakannya ketika sedang mood.

Pelayan itu pun pergi untuk menyiapkan pesanan Dian.

Saat pesanan datang wajah Dian terlihat semakin ceria.

Ternyata mengembalikan mood gadis ini semudah membalikkan telapak tangan, pikir Kevin.

Namun itu bukan berati Kevin akan terus menyakiti Dian, tentu saja tidak.

Dan semoga tidak akan. Batin Kevin


Bonus pict

Bonus pict

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Beautiful Nerd [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang