30. Maaf

245 23 3
                                    

Desiran angin menemani dua insan yang tengah berada di atap sekolah.

Kevin menepati janjinya untuk menemui Jenny pada jam istirahat kedua.

"Maaf" itulah kata pertama yang keluar dari mulut Jenny.

Dari sekian kata yang ingin ia katakan, entah mengapa hanya kata maaf yang sanggup ia katakan.

Kevin yang tau Jenny akan melanjutkan pembicaraannya pun hanya diam sambil menatap Jenny dengan tatapan datar.

Tentu itu menyakiti hati Jenny.

"Maaf karena udah mainin hati lu, maaf karena udah ninggalin lu, maaf karena udah buat lu sakit, maaf karena nganggep perasaan lu cuma permainan. Maaf" Jenny mengucapkan dengan penuh penyesalan, ia sangat merasa bersalah.

"gw butuh penjelasan bukan maaf" potong Kevin dingin.

Sebenarnya Kevin juga merasa iba melihat raut wajah Jenny.

Namun apa boleh buat. Luka yang Jenny sayat begitu dalam. Sehingga sulit untuk di sembuhkan hanya dengan kata maaf.

"gw akui waktu itu gw pacaran sama lu, gw deket sama lu, cuma karena taruhan, gw gak benar-benar cinta sama lu. Tapi itu awalnya, setelah kita berpacaran selama dua minggu gw ngerasa ada yang aneh sama diri gw, gw gak rela mutusin lu, gw benar-benar jatuh, gw kalah dalam permainan yang gw buat sendiri." air mata Jenny sudah mengalir saat mengucapkan hal itu.

Kevin benar-benar ingin memeluk wanita didepannya ini. Namun ia sadar bahwa ada hati yang harus dijaga.

"setelah gw bilang ke teman-teman gw kalau gw gak mau lanjuti taruhan ini, mereka gak mempermasalahin ini, tapi sebulan setelah kita pacaran papa sama mama gw cerai gw di paksa papa gw buat pergi ke luar negeri. Gw jujur gak mau tapi papa gw maksa, waktu kita pergi papa gw ngelarang gw bawa hp biar mama gw gak bisa hubungin gw, itu pub terjadinya dadakan jadi gw gak sempet pamit sama lu."

Bagai di tampar kenyataan yang begitu pahit Kevin benar-benar kaget dengan kenyataan yang terjadi.

Jenny ternyata tidak seburuk yang ia pikirkan, wanita itu juga masih mempunyai tempat tersendiri di hati Kevin.

Lalu bagaimana dengan Dian?
Kevin benar-benar frustasi dengan keadaan seperti ini.

"gw datang ke sini itupun banyak perdebatan antara gw sama bokap gw, ge rela gak nurut sama bokap gw cuna karena gw mau liat lu lagi, gw masih sayang sama lu, sayang banget.

Kevin yang sudah melupakan statusnya yang sudah memiliki pacar ia langsung memeluk Jenny dengan erat.

Ia hanya ingin kembali merasakan kehangatan itu, kenyamana yang dulu menjadi candu baginya. Ia sangat merindukan wanita yang sekarang ada di dekapannya.

"maaf" ucap Kevin tanpa melepaskan pekukannya.

Jenny pun hanya mengangguk sambil tersenyum bahagia.

Ia senang karena Kevin mau memaafkannya.

"gw kangen sama lu" lanjut Kevin membuat Jenny semakin mengeratkan pelukannya

•••••

Jam istirahat baru saja berbunyi Dian sudah merapikan buku-bukunya kedalam tas, ia menunggu Kevin yang katanya akan menjemput Dian di kelasnya.

Karena sudah hampir 5 menit menunggu dan Kevin tak kunjung datang sedangkan cacing di perut Dian sudah demo minta diisi akhirnya Dian memutuskan untuk ke kelas Kevin. Toh apa salahnya jika Dian yang menjemput Kevin duluan.

Merekakan sudah resmi pacaran.

Kevin berjalam menuju kelas Kevin dengan di wajahnya karena banyak siswa yang menyapanya, Dian memang gadis yang ramah.

Saat sampai si kelas Dian hanya melihat Devon dan Allan.

Satria tengah asik mojok dengan Rania. Sedangkan Sisil hari ini tidak masuk karena sedang ada urusab entahlah urusan apa itu.

"Von, Lan, Kevin mana" tanya Dian ketika sudah sampai di depan dua sejoli itu.

"gak tau deh. Gw pikir dia mau jemput lu di kelas" jawab Devon jujur.

"paling juga di rooftop" jawab Allan yang sudah tau persis kebiasaan Kevin.

"ya udah makasihn yaa" ucap Dian yang di balas anggukan oleh Allan dan Devon.

Dian melangkahkan kakinya menuju rooftop.

Sakit.

Itulah kata yang menggambarkan perasaan Dian saat ini.

Dian melihat dua orang saling melepaskan rindu.

Ingin sekali Dian menghampiri mereka dan marah-marah namun, entaj kenapa kakinya sulit untuk melangkah maju.

Akhirnya Dian memilih untuk kembali ke kelasnya. Seketika napsu makan Dian menghilang.

Saat sampai di kelas Della yang melihat raut wajah Dian yang tadinya ceria sekarang menjadi datar dam muram Della menjadi curiga sesuatu yang tidak dinginkan telah terjadi.

Tapi Della tidak ingin menanyakannya, toh dia juga tidak terlalu akrab dengan Dian.

"Ria tuh si Dian kenapa?" tanya Della karena kadar kekepoannya sudah level akut.

"mana ku tempe" jawab Ria sambil mengangkat bahunya.

Della pun memilih untuk tetap Diam dari pada merusak mood Dian.

Dian meletakkan kepalanya di meja dengan tangan sebagai bantalnya.

Di balik wajahnya yang ia sembunyikan Dian sedang menangis. Sungguh ia merasa sesak di dadanya.

Ia ingat betul wajah Kevin saat memeluk Jenny. Terdapat raut wajah yang amat sangat nyaman, Dian juga melihat dari mata Kevin kalau Kevin merindukan wanita itu.

Dian berdiri lalu melangkahkan kakinya menuju toilet untuk membasuh wajahnya.

Dian berjalan sambil menunduk karena tidak ingin orang lain melihat wajahnya yang sembab.

Saat tengah berjalan di koridor sekolaj tiba-tiba ada yang menutup mulut Dian, seketika tubuh Dian ambruk.

•••••

Kenan kini tengah mencari Dian, pasalnya ia tahu kalau Dian sedari tadi belum makan, dan ia juga tidak melihat Dian di kantin, maka itu dia membeli nasi goreng untuk Dian.

Saat sampai kelas dia hanya melihat beberapa murid wanita yang lebih suka di kelas atau mereka sudah makan saat istirahat pertama tadi.

"Dell liat Dian gak?" Tanya Kenan pada Della.

"Tadi sih ke sini wajahnya muram gitu kayaknya sih lagi badmood trus gak lama dia langsung keluar lagi gak tahu deh kemana" jelas Della panjang lebar. Padahal jawaban yang Kenan butuhkan hanya iya atau tidak.

Dasar warga +62 :v

"ok makasih dah" ucap Kenan lalu keluar kelas untuk mencari Dian. Tidak mungkin Dian pulang soalnya tasnya masih ada di kelas. Bahkan Kenan rela bolos hanya untuk mencari Dian.

"Gw udah muter-muter tapi kok gak ketemu sih?" Kenan mengacak rambutnya kawatir.

Ia takut terjadi apa-apa pada Dian.

Kenan mengambil Hp nya untuk menelfon anggota Gold white.

Ia memilih menelfon Rangga

Pada deringan ketiga akhirnya Rangga menangkat telfon Kenan.

"Hallo, kenapa Nan?"

"kerahkan semua anggota buat cari ketua gw takut pembunuh itu udah kembali lagi" ucap Kenan tanpa basa-basi

"Baik"

Kenan memukul tembok yang yang ada di sampingnya.
Tembok malang :(

"Puffft"

______________________________________

Annyeong

Maaf kemarin gak sempet up
Maklum banyak tugas.

Makasih udah baca
Jangan lupa vote & comment

Ig: helena.adu21
Follow guys








Beautiful Nerd [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang