24. Pembunuhan Mbah Sarni

1.1K 143 6
                                    

Perempuan dengan kebaya itu terlihat anggun dipandang. Wajah cantiknya membuat para pria yang menatap terpana. Namun di sisi lain, dirinya bisa berubah menjadi iblis yang sangat kejam. Kekejamannya tak mampu dikalahkan dengan kebaikan.

Ia kini berjalan ke arah rumah sederhana yang di teras sedang duduk seorang nenek tua. Deheman menjadi pembuka pembicaraan.

"Apa yang Mbah lakukan tadi?" tanyanya.

Nenek tua itu tidak menggubrisnya. Seolah tadi hanyalah angin lalu.

"Mbah punya telinga, ndak, sih?" Kini dirinya tampak kesal. Wajahnya memerah karena emosi yang terpendam.

"Pesugihan macam apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu korbankan adikmu dan teman-temannya? Di mana rasa kemanusiaanmu?"

"Kemanusiaan?" Tawanya terkikik. Dipegangnya perutnya yang sakit karena tertawa. "Aku bukan manusia. HAHAHA!" Ucapannya menunjukkan sisi setannya. Tidak ada sisi manusia pada dirinya. Ia terlarut dalam nikmat setan. Kecantikannya didapat dari persekutuannya dengan makhluk laknat Allah.

Ditariknya tangan sang nenek tua. "Apa yang kamu lakukan?" Nenek itu langkahnya agak tersendat, karena dirinya ditarik paksa menuju tempat yang sepi. Sepi, karena acara hiburan sudah selesai.

"Mbah tahu saya ikut pesugihan, dan Mbah adalah saksi satu-satunya. Saya tidak mau adik saya membenci saya, karena saya menumbalkannya," ucap wanita itu sembari tersenyum sinis.

"Hati setan, kamu!"

"DIAM!"

"Nak Sarah! Sebaiknya hentikan semua ini! Percuma kamu cantik! Cantikmu hanya petaka! Semua orang berebut dirimu dan mereka saling bunuh." Mbah Sarni tidak henti-hentinya mengingatkan Sarah akan perbuatan tercelanya. Namun Sarah tetap tidak menggubrisnya. Seolah semua hanya omong kosong. Dirinya terlalu egois dan tidak memikirkan orang lain.

"Diam, kau, nenek tua!" perintahnya lirih.

Dikeluarkannya sebilah pisau, oleh Sarah.

"Apa yang akan kamu lakukan, Nak?" Mbah Sarni masih punya hati untuk menganggapnya seorang cucu.

Jleb!

Pisau itu menancap tepat pada ulu hati Mbah Sarni. Seolah tidak merasa bersalah, Sarah tersenyum sinis. "Beres!"

Mbah Sarni masih bernapas. Ia tidak bisa berteriak atau meminta tolong karena rasa sakit menjalar pada tubuhnya. Rubuh. Itu yang terjadi kemudian. Tanpa rasa kasihan, Sarah mengambil gunting dari dalam tasnya. Kemudian dicabutnya pisau dan mengoleskan darah pada gunting. Dengan perlahan gunting itu berpindah tangan ke Mbah Sarni yang kini sudah terkapar tak bernyawa. Sarah memakai suwir kebayanya untuk melindungi alat-alat itu dari sidik jarinya.

"Selamat tinggal, saksi!" Senyumnya terkembang. Senyuman setan.

Tak disangka di balik pohon mangga ada seseorang yang mengamatinya. Kini ia menutup mulut dengan tangan dan hampir pingsan melihat kejadian di depan matanya.

___

Horror Vlogger (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang