"Mbak, ada sesuatu yang Reno temuin." Rani menatap wajahnya sekilas. Kemudian kembali melanjutkan kegiatan makannya. "Mbak ndak punya gelang, 'kan?" Rani menggeleng.
"Terus ini gelang siapa?" Disodorkannya gelang dalam plastik bening itu ke depan wajah Rani. Matanya memicing.
"Bentar. Aku habisin dulu makannya."
Tiga menit cukup untuk menggasak semua makanan yang tersisa di piringnya, yang hanya menyisakan duri-duri ikan bandeng itu. Bumbu yang bertebaran di sekitar bibirnya Rani jilati dengan rakus, hingga membuat Reno menatapnya jijik.
"Eeeiiik." Rani bersendawa agak keras. Katanya sakit jika tidak bersendawa seperti itu apalagi ditahan. "Aku pernah liat gelang itu," celetuknya.
"Di mana?" tanya Reno antusias.
"Nggak tau. Yang pasti temen sekolahku ada yang pakai."
"Sudah kuduga. Apa Mbak punya musuh?" Rani menggeleng. Ia merasa tidak mempunyai musuh. Semuanya baik padanya. Namun, jika dipikir-pikir, musuh bisa bersembunyi di balik kain wol, bukan? "Haelah," keluh Reno.
"Kamu kan anak indihome, terawang aja lah, sendiri!" Rani pergi membawa serta piring dan gelasnya.
"Dikira tinggal terawang kayak Roy Kiyoshi?" gumam Reno.
***
Dokter itu memeriksa kaki Sarah dengan mengenakan pelindung berupa sapu tangan lateks. Fungsi utamanya menjaga kesterilan dari tindakan medis dan penggunaan alat-alat medis, supaya terhindar dari infeksi kuman, virus, dan bakteri. Jika ada infeksi dari penderita yang diberi pengobatan maka penularannya bisa ditekan.
"Suster, tolong itu diperban dengan baik!" perintahnya pada suster yang membantunya.
Dokter duduk di tempat tidak jauh dari pemeriksaan. Di situ ada Ema yang menunggui Sarah. Dilepaskannya kacamata dokter itu. "Xerosis."
"Apa?" sahut Ema tidak mengerti.
"Xerosis adalah kulit kering. Hal ini bisa disebabkan oleh dehidrasi, gagal ginjal atau memang punya gen kulit kering yang diturunkan. Apa keluarga ada yang menderita penyakit yang sama?"
Ema melirik Sarah. Ia tidak enak mengatakan bahwa Sarah bukanlah anak kandungnya, tetapi ini untuk kebaikannya. Ema berbicara pelan. Posisinya agak jauh dari tempat pemeriksaan. "Tidak. Dia bukan anak kandung kami."
"Kemungkinan ini memang bawaan gen. Pasien tidak gagal ginjal." Sejenak dibuangnya sapu tangan lateks itu ke tong sampah di sampingnya. "Usahakan rutin minum air putih." Dokter bernama Bayu itu menoleh ke Sarah dan berujar, "Jangan lupa mandi."
Sarah tercekat. Ia memang jarang sekali mandi. Kebiasaan dari kecil sulit untuk dihilangkan. Ema hanya menyengir. "Anak itu ... kebiasaan," ucapnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Horror Vlogger (Completed)
HororHanya kisah seorang Horror Vlogger. Antara hidup dan mati seseorang, tiada yang tahu.