41. Takut

973 126 4
                                        

Bukannya trauma, Rani hari ini malah memutuskan untuk pergi berburu hantu di tempat angker. Ia mengajak Ersa seperti biasanya—itu pun jika ia tidak sedang merajuk kepadanya.

Tempat tujuannya kini adalah rel kereta api yang sering menjadi TKP langganan kecelakaan. Ini dikarenakan tidak ada palang pembatas, sebab jalan yang memotong rel kereta api tersebut hanyalah jalan kecil pedesaan.

50 meter sebelum rel kereta api, tidak ada pemukiman di situ, yang ada hanyalah hamparan sawah yang pinggirnya dikelilingi aliran irigasi dari sungai yang berada jauh di Selatan.

Selama menjalankan misinya berburu hantu atau lebih tepatnya memergoki makhluk halus yang sedang menjelma menjadi hantu lokal, Rani tidak pernah berhasil merekam kejadiannya. Selalu ada saja halangannya. Paling berhasil itu pun merekam saat mereka lewat sekelebat di depan kamera.

"Aku ngapain?" tanya Ersa. Ia menunggu Rani yang masih sibuk mengatur kameranya.

"Ah, dasar kamera murahan! Ngerekam gituan aja nggak becus." Rani emosi karena usahanya selalu saja gagal. Walaupun begitu, setidaknya subscriber-nya bertambah setiap setelah ia mengunggah video perburuannya itu.

Pintu depan rumah Rani dibuka paksa oleh seseorang. "Mbak, jangan pergi!"

"Kenapa?" Rani samar-samar melihat mata Reno memerah. "Mata kamu kenapa?"

"Pokoknya jangan pergi! Reno takut, Mbak."

"Lagian kan ada aku, Ren. Kenapa harus takut?" sahut Ersa.

Ersa turun dari motornya, menghampiri Reno yang terengah-engah. Seperti telah terjadi sesuatu pada dirinya. Keringat mengucur deras dari pelipisnya. Saat Ersa memeluk tubuh adik sahabatnya itu, ia merasakan sesuatu. "Badan kamu panas banget, Reno? Ibu mana?"

Rani mendekat ke arah mereka. "Kamu sakit, Ren?" Ia menatap Ersa. "Er, kita tunda dulu nge-vlog-nya. Reno nggak bisa ditinggal kalau udah kayak gini. Ibu pasti lagi istirahat. Biar aku bangunin, bawa Reno ke ruang tamu, deket."

"Ada apa, Ren? Kenapa kamu ngos-ngosan, tadi?" tanya Ersa. Sedari tadi ia mengamati Reno, tampaknya anak itu menggigil, anehnya tubuhnya sangat panas.

Reno hanya menggeleng. Ia belum siap menjelaskan panjang lebar. "Firasatku ndak enak, Mas. Untung bisa dicegah."

"Kamu ... indigo?"

"Endak, Mas," jawabnya bohong. "Sebenernya yang takut itu aku, untuk diriku sendiri, bukan Mbak Rani."

Horror Vlogger (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang