31. Permintaan

1K 137 7
                                    

Sampai di rumah, Ersa langsung disambut oleh mamanya yang menatapnya dingin. "Habis dari mana aja, kamu?"

Ersa gelagapan. Ia lupa tidak memberitahu mamanya akan pergi dan pulang selarut ini. Mama Ersa selalu takut anak lelaki satu-satunya itu salah pergaulan. Ia tidak ingin Ersa terjerumus ke arah yang buruk, seperti teman-teman SD-nya, yang kini sebagian mereka menikah dan putus sekolah. Paling parah dikeluarkan dari sekolah, karena ketahuan mabuk.

"Ersa ... abis nyusulin Rani," jawabnya gemetar.

"Rani lagi, Rani lagi. Kenapa sih, kamu ke mana-mana pasti sama Rani? Apa-apa Rani. Kayak saudara sendiri aja, dikhawatirin. Toh ibunya juga nggak ngurusin dia mau ke mana, 'kan?"

"MAMA!" Suara Ersa meninggi. Ia tidak terima Rani direndahkan seperti itu. Apalagi sampai membawa ibunya dalam masalah mereka. Ira tidak salah. Ira memang membebaskan putrinya untuk melakukan apa pun, selagi tidak membahayakan masa depannya. "Maaf ... tolong, Mama jangan salahin Rani. Ersa ke sana tanpa disuruh, Ma! Dia nggak salah!"

Kali ini datang perempuan berkebaya itu, menghampiri mereka berdua. "Ersa, Ersa. Rani itu pembawa sial. Kamu jaga diri aja."

"Mbak! Mama! Kalian sama aja."

Ersa menerobos badan para wanita itu. Tinggal dua orang itu yang kini berdiri di depan pintu. Mama Ersa menatap Sarah. Saat menatap ke bawah, ia tersentak. Kaki Sarah terlihat seperti kulit ular, bersisik. Namun, ia diam, seolah tidak tahu apa-apa.

***

02.12

"Sarah! Mana janjimu? Bangun, Sarah!" Suara itu mengusik ketenangan Sarah. Tidak ada yang bisa mendengarkan suara itu kecuali Sarah, karena suara itu memang hanya berhubungan dengan Sarah, bukan yang lain.

Sarah menggeliat dalam tidurnya. "Pan kapan, lah."

Plak!
Tamparan keras itu mengenai pipi mulusnya. Sarah membuka mata seketika. Tidak ada wujud. Makhluk gaib itu menamparnya dengan energi yang dimilikinya. "Sabar, elah!" ucap Sarah, "ndak puas, kemaren sama nyawa Mbah Sarni?"

"Sarah? Kamu kenapa?" Sarah langsung menutup mulutnya dengan tangan kala sang mama memanggilnya. Ema tidak sengaja mendengar teriakan Sarah dari dalam kamarnya.

"Ndak apa-apa, Ma! Nyamuk-nyamuk nakal gangguin Sarah."

"Nyalain obat nyamuknya, Sayang!"

"Iya, Ma!"

Horror Vlogger (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang