"Kok pada kaget? Kalian gak dengerin pas aku siaran, ya?" tanya Rani pada teman-temannya yang terkejut karena ia menyebut pageblug.
Mereka menggeleng, "Enggak."
Rani mendengkus. "Pantas. Pageblug musim penyakit. Di mana suatu daerah yang hampir semua warganya terkena wabah penyakit. Baik menular atau tidak. Nah, pasti nanti ada yang meninggal."
Teman-temannya hanya ber-oh panjang. "Terus-terus?" Ersa makin kepo.
"Ada mitos keranda berjalan."
Sejenak Rani membuka ponselnya yang bergetar. Pesan masuk dari Bu Ernita, bahwa beliau nanti tidak bisa masuk karena sakit, sehingga ia dan teman-temannya dibebani tugas.
"Sorry, tadi Bu Ernita ngasih tugas." Rani berdehem sebelum melanjutkan. "Kamu tidur biasanya jam berapa, Er?"
"Aku?" Ersa menunjuk dirinya sendiri. "Jam satu. Tugasnya banyak banget. Padahal fullday."
Rani mengangguk-angguk. "Oh, pantesan."
"Kapan makannya ini, cerita mulu. Keburu masuk," protes Edo.
"Besoook! Siapa suruh, nyimak?" sahut Ersa.
"Halah, nanti juga jam kosong. Tenaaang!" Sinta menimpali.
Mereka kemudian mulai menyantap bakso yang hampir terlupakan karena hanyut dalam percakapan. Bakso harga lima ribuan itu menjadi salah satu favorit siswa-siswi di sana. Di Jawa memang harga standar dan normal bakso segitu. Itu pun sesuai dengan porsi kecilnya. Yang membuat kenyang karena isinya ada tahu dengan siomay, jadi tidak rugi lah.
***
Di tempat parkir, Sinta, Edo, Diah dan Rani kembali mengekor pada Ersa. "Kalian ini ngapain ngikutin aku?"
"Besok libur, kan, yo?" tanya Edo dan direspon dengan anggukan.
"Camping, yuk, di halaman rumahmu, entar!" ajak Edo antusias.
"Yuuuk!" rengek para gadis dengan puppy-eyes-nya.
Plak! Ersa menepuk dahinya. Ia memasang wajah melas karena permintaan teman-temannya. "Kalian ini mau apa, toh?"
Semuanya tiba-tiba menunjuk Rani, seolah Rani adalah dalangnya. Ia mengembuskan napas pelan, melebarkan senyuman, lalu menekuk kembali bibirnya di antara wajah serius. "Pengen liat keranda. Kamu gak pernah liat, 'kan?"
Ersa menggeleng. "Boleh, ya ... boleh, ya?" rengek Rani.
"Iya-iya boleh. Tapi bawa tenda sendiri buat yang cewek. Masa iya nginep dalam rumah. Bukan camping, dong," perintah Ersa ketus. Rani memberikan kedipan dari mata kanannya, sehingga ekspresi lucu timbul di wajah Ersa. Ia menelan ludah.
Buset, gua dikedipin cewek yang selama ini gua suka, batin Ersa. Sedangkan yang lain hanya menahan tawa.
***
Bentar, ini belum masuk horornya. Savar ea!

KAMU SEDANG MEMBACA
Horror Vlogger (Completed)
TerrorHanya kisah seorang Horror Vlogger. Antara hidup dan mati seseorang, tiada yang tahu.