Kini, Diah harus berpikir dua kali untuk mencari gelang antik warisan keluarganya itu. Kembali ke rumah Rani? Itu tidak akan menyelesaikan masalah, justru membuat semuanya menjadi lebih rumit.
Diah tidak berani keluar dari kamarnya. Keluar hanya akan membuatnya semakin was-was. Lalu bagaimana dengan gelang itu? "Bisa-bisa aku dibunuh sama mbah kalau kayak gini?"
Tiba-tiba seseorang mengetuk kamar Diah. Ia langsung melompat ke kasur dan menutupi dirinya dengan selimut tebal berwarna putih itu. "Neng Diah ...." Mata Diah mengintip. Ditendangnya selimut itu, lalu menghampiri pintu dan membukanya.
Desi ditemani Man Juki, membawakan selengser makanan beserta minuman. Sudah dari pagi ia tidak mengisi perutnya. Lelah dimarahi kakeknya. "Ambil ini!" perintah Desi, "jangan keluar sampai Ibu memanggilmu." Diah mengangguk.
Man Juki memberikan sebuah kunci kepada Diah. "Ini kunci kamar mandi," ucapnya.
Diah merasa kebingungan. Kamar mandi mana lagi yang ada di rumahnya, bukankah dalam kamar sudah tersedia kamar mandi? "Lebih tepatnya kamar ritual," tambah Desi. "Kamar itu ada di balik lemarimu. Tarik saja."
***
Di lain sisi, Sarah membalut kakinya dengan perban yang tebal. Kakinya bersisik dan mengelupas. Rasanya sangat perih, menyiksa. Berjalan pun susah. Ini adalah konsekuensi yang harus diterimanya, karena tidak segera menumbalkan orang.
Membunuh dengan tangan sendiri tidak semudah saat mengatakannya. Bagaimana jika ia ketahuan dan ditangkap warga, serta masuk penjara? Bisa-bisa Sarah membusuk di sana dan membawa penyakit menular bagi penghuninya.
"Sarah, kalau kakimu luka, ayo ke dokter, daripada infeksi," tutur Ema.
"Ndak usah, Ma. Luka Sarah kecil, kok."
Ema berdecak melihat tingkah Sarah yang sembrono itu. "Itu perban tebel banget, kok masih bilang luka kecil?"
"Nanti Mama ketularan, gimana? Sarah sakitnya di kulit loh." Berbagai alasan dilontarkan Sarah untuk menghindari dokter. Namun, tidak ada salahnya mencoba mengobatinya melaluin bantuan dokter, siapa tahu lukanya itu tidak karena tumbal yang belum kunjung diserahkannya.
"Justru itu, makanya diperiksakan."
Sarah mengubah pikirannya. "Ya udah, Ma. Ayo ke rumah sakit." Ia bangkit dibantu Ema.
"Nah, gitu, dong."
![](https://img.wattpad.com/cover/202163739-288-k817469.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Horror Vlogger (Completed)
HororHanya kisah seorang Horror Vlogger. Antara hidup dan mati seseorang, tiada yang tahu.