"Piye ceritane, kamu bisa kayak gini, itu lho?" tanya Sarah masih mengobati luka-luka Ersa. Kondisi Sarah akhir-akhir ini membaik. Itu bukti bahwa tidak ada hubungan antara persekutuannya dengan makhluk gaib.
"Dikejar setan, aku. Aaaw!"
"Cocotem wi o, bengok-bengok wae," ucap Sarah sembari menepuk mulut Ersa.
___________________
Mulutmu itu loh, teriak-teriak mulu.
___________________Sejenak Sarah memandang kakinya. Tidak terasa perih, setidaknya lukanya mengering. "Alhamdulillah."
Ersa yang tidak sengaja mendengarnya merasa heran. Jarang sekali ia mendengar Sarah mengucap kalimat itu. Bahkan hampir tidak pernah. "Tumben, alhamdulillah?"
"Hoh, apa?"
"Lupain!"
***
Rani celingukan di depan pintu kelas. Orang yang ditunggunya sedari tadi tidak muncul juga. Padahal ia berusaha untuk berangkat sepagi mungkin. "Kamu ngapain, toh, di situ terus? Nggak capek?" Rani menoleh, mendapati Sinta tengah menatapnya. Ia menggeleng.
"Nyariin Ersa?" tanyanya lagi. Kali ini Rani mengangguk. "Chat, lah! Tanya, kenapa dia nggak berangkat."
Segera dikeluarkan ponselnya. Baru saja membuka aplikasi berlogo telepon hijau itu, Diah berteriak dengan melempar sebuah amplop ke arah sekretaris kelas. "CATET! BEBEB NDAK MASUK." Tahu yang dimaksud bebeb adalah Ersa, Rani langsung menghampiri Diah.
"Apa?" tanya Diah judes. Rani semakin yakin Diah membencinya karena Diah memang benar-benar suka dengan Ersa.
"Ersa kenapa nggak masuk?"
"Karena kamu, lah. Dia kemarin jatuh tau, dari motor. Mlebu got, nyonyor."
Kesal disalahkan, kaki Diah diinjak keras oleh Rani hingga dirinya meringis kesakitan. "Bukan salahku!"
"Ran, Ran, Ran!" Sinta memanggil panik. "Ini, liat! Ini kan Ersa? Kok mencret, sih?"
"Hah? Mencret gimana?" Rani langsung mendekatkan diri pada ponsel Sinta. Di sana tampak story WhatsApp seorang teman kelas sebelah. Menampilkan Ersa yang lari terbirit-birit diiringi tawa anak-anak lelaki yang berhenti bermain basket. Terutama yang paling keras itu, Rani kenal suara itu. "AGRAA!"
"Kenapa Si Agra? Agra kemarin?"
"Jadi ini yang dimaksud permaluin. Heran aku, apa sih masalahnya tu anak?" Rani menepuk dahinya kesal. "Tolong bilangin yang upload video itu, buat hapus videonya. Aku mohon, ya! Tolong, Sin," mohonnya.
"Ya, ya, oke."
KAMU SEDANG MEMBACA
Horror Vlogger (Completed)
HorrorHanya kisah seorang Horror Vlogger. Antara hidup dan mati seseorang, tiada yang tahu.