⚠TYPO BERTEBARAN ⚠
"Kenapa belum tidur?" tanya Jimin sembari menutupi tubuh Akira dengan selimut.
Ia bahkan tak bisa memejamkan matanya sebelum Jimin berada dirumah. Ia menunggu Jimin pulang. Suaminya selalu pulang larut setiap hari. Bahkan Jimin tak pernah menghubunginya jika ia akan pulang larut. Apa yang sebenarnya terjadi dengan suaminya. Kenapa Jimin berubah. Apakah memang benar ia selalu pulang larut karna banyak yang harus ia kerjakan. Ataukah ada hal lain yang membuatnya harus pulang larut.
"Aku menunggumu pulang" ucapnya lirih. Hingga nyaris tak didengar Jimin.
Jimin segera duduk disamping Akira berbaring. Lalu memegang kening Akira. Terasa hangat, Akira demam.
"Astaga, kau deman sayang" ucap Jimin panik.
Ia segera melepas jassnya dan membuangnya asal.
"Jimin oppa" panggil Akira saat Jimin hendak melangkahkan kakinya keluar dari dalam kamar.
"Aku akan mengambil air untuk mengompresmu, kau demam sayang".
Akira menggeleng "aku baik baik saja" ucapnya sembari tersenyum lembut.
Akira menyibak selimut yang menutupi tubuhnya "oppa mandilah dulu. Biar aku panaskan makanannya".
Jimin mendekat kearah istrinya, lalu membawa Akira kedalam dekapannya.
"Sayang, maaf aku selalu pulang larut. Maafkan aku".
Jimin merasa sangat bersalah pada istrinya. Ia pulang larut bukan karna ada lembur, ia pulang larut karna harus menemui Yoona dulu di apartemennya.
Jimin semakin mengeratkan pelukkannya "tidurlah kau pasti lelah kan. Aku akan mandi dan setelah itu tidur".
Akira melepaskan pelukkannya lalu menatap manik hitam Jimin "aku belum makan. Aku menunggumu agar kita bisa makan bersama".
Hati Jimin seolah tercabik cabik mendengar ucapan Akira, ia tau Akira tidak akan makan malam terlebih dulu sebelum ia pulang.
Jimin mengusak surai Akira "sayang, kau ini. Aku selalu bilang kan, jangan menungguku pulang dulu. Jika kau lapar makanlah. Aku takut kau dan babby akan sakit jika telat makan".
Akira menggeleng "aku tidak bisa oppa. Makan malam tanpamu rasanya hambar".
Cupp
Jimin mencium kening Akira singkat.
"Tapi kau tidak selalu harus menungguku sayang, aku akan marah jika kau tetap seperti ini. Aku tidak mau kau sakit karna telat makan".
Akira menatap Jimin kemudian mengangguk "baiklah".
"Aku akan memanaskan makananya, kau tunggu disini ya. Aku ambilkan makan" ucapnya lembut.
Akira mengangguk "tapi oppa juga makan kan"
"Kita makan bersama sayang".
Jimin mengecup lembut kening istrinya.
Akira memejamkan matanya untuk merasakan kelembutan yang membuat hatinya menghangat.
.
Dibawah guyuran shower Jimin memejamkan matanya, menikmati hangatnya air yang mengalir pada seluruh tubuhnya.
Ia menundukkan kepalanya, air matanya keluar seiring air shower yang jatuh membasahi tubuhnya.
Ia merasa menjadi pria paling brengsek saat ini. Ia menghancurkan semuanya, ia telah menghianati istri yang sangat ia cintai. Ia juga menghancurkan Yoona, perempuan yang bahkan tidak memiliki salah sedikitpun padanya. Ia tak mampu memilih untuk saat ini, ia tidak bisa bersikap dewasa, ia tak mampu bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan pada perempuan tak berdosa itu. Seharusnya ia menikahi Yoona dan bertanggung jawab atas anak yang dikandung Yoona. Namun disisi lain ia tidak sanggup jika harus menyakiti hati istri yang sangat ia cintai.
.
Bunyi ponsel Jimin mengusik tidur Akira. Dengan langkah gontai ia mengambil ponsel suaminya yang berada diatas nakas.
1 message from Yoona
Park Jimin, besok pagi bisakah kau kesini. Tolong belikan aku susu untuk ibu hamil.
Deg.
Jantung Akira seolah berhenti berdetak, perasaanya campur aduk saat ini. Beberapa pertanyaan muncul dipikirannya. Siapakah perempuan yang bernama Yoona itu. Lalu untuk apa ia meminta Jimin membelikan susu khusus untuk ibu hamil. Apakah perempuan yang bernama Yoona itu pula yang membuat Jimin selalu pulang telat beberapa hari ini.
Ceklek
Jimin keluar dari dalam kamar mandi. Ia sedikit tersentak saat melihat Akira diam mematung sembari menatap layar ponselnya. Dengan langkah cepat ia segera merebut ponsel miliknya dari gengganman istrinya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Jimin dengan suara yang meninggi.
Akira tersentak kaget saat Jimin membentaknya. Semenjak menikah Jimin belum pernah sekalipun membentak dirinya.
"A.. Aku hanya tidak sengaja membuka pesan diponselmu" ucap Akira sembari menundukkan kepalanya.
"Jangan membuka ponselku sembarangan, aku tidak suka".
Akira bungkam. Ia hanya dapat mengangguk sebagai jawaban.
Yoona pov
"Pelan pelan noona, kau seperti orang yang tidak makan setahun" ucap Jungkook sembari memperhatikan Yoona yang memakan ayam goreng ditanganya dengan tergesa gesa.
Yoona tersenyum sembari terus mengunyah makanan yang dibelikan oleh Jungkook.
Tepatnya satu jam yang lalu, Yoona menghubungi Jungkook. Ia menyuruh adik kesayangan nya itu untuk membelikannya ayam goreng. Karna Yoona sangat ingin makan ayam goreng.
Yoona menaruh sekotak ayam goreng yang ia ganggam di atas meja. Lalu mengambil segelas air, dan meminumnya "porsi makanku sedikit bertambah Jung. Aku mudah sekali lapar".
"Noona, boleh aku tau siapa Ayah dari bayi yang kau kandung itu" ucap Jungkook hati hati, takut membuat Noona nya tersinggung.
"Aku belum bisa memberitahukan mu sekarang Jung. Tolong jangan tanyakan itu dulu ya".
Jungkook mengangguk "bukan Taehyung kan Noona?" tanyanya lagi.
Yoona menggeleng "memang bukan".
Jungkook sedikit berpikir lebih keras saat ini. Jika bukan Taehyung lantas siapa anak yang berada didalam perut Yoona. Selain Taehyung yang bersetatus sebagai mantan kekasih dari kakaknya itu, Yoona hanya dekat dengan Jung Hoseok. Tapi Jung Hoseok sudah memiliki kekasih dan akan menikah 2 bulan lagi. Tidak mungkin jika Yoona dihamili oleh Hoseok.
Seketika kepala Jungkook terasa pening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Sebuah Rasa PJM (END)
Romance"Aku pikir memilih hidup denganmu adalah sebuah pilihan yang tepat. Nyatanya itu salah, justru karena pilihanku sendiri yang membuatku hancur." Park Akira. "Hal yang tak mudah untuk aku mengerti." Park Jimin. "Kau pikir aku tidak sakit karena ini...