*Kau dustakan semua yang kita bina*
Akira povAkira sudah sampai Apartemennya dari sejam yang lalu. Ia membaringkan tubuhnya diranjang. Perutnya tiba tiba terasa nyeri.
Ia mencoba meraih ponselnya yang berada diatas nakas. Ia mencoba menghubungi suaminya. Namun tak ada jawaban dari seberang sana. Jimin mengacuhkan panggilannya.
Akira mencoba mendudukan dirinya dan bersandar di headboard.
Berulang kali ia mencoba menghubungi Jimin namun tak tetap saja Jimin tak menjawab panggilannya.
Akira memegangi perutnya yang terasa semakin nyeri.
Air matanya mulai menetes membasahi pipinya. Ia tidak tahan dengan rasa sakitnya. Ia tidak tau harus menghubungi siapa untuk minta tolong.
Dengan tenaga yang ia punya. Ia mencoba berdiri sembari memegangi perutnya. Dan berjalan keluar dari dalam kamar.
Dengan langkah gontai ia berjalan menuruni tangga.
Hingga ia berulang kali mendengar bell Apartemennya berbunyi.
Ia mencoba menahan rasa sakit dibagian perutnya. Kepalanya sedikit terasa pening. Ia terus berusaha berjalan menuruni tangga dengan langkah gontai.
.
Setelah berulang kali menekan bell Apartemen Jimin, namun tidak ada yang membukakan pintu. Akhirnya Nyonya Park memutuskan untuk membuka sendiri pintu Apartemen itu. Sebenarnya ia mengetahui password apartemen milik anaknya itu. Namun ia masih tau sopan santun dalam hal bertamu. Apalgi setelah Jimin menikah ia tidak boleh sembarangan masuk apartemen anaknya.
Ketika pintu apartemen berhasil dibuka. Nyonya Park dibuat panik dengan terdengarnya suara rintihan. Ia bergegas mencari sumber suara tersebut.
"Akira" teriak Nyonya Park panik saat melihat Akira terduduk dibawah dengan wajah basah dipipinya.
Akira terus memegangi perutnya "Eomma. Tolong sakit".
"sayang. Bertahanlah".
"Sakit" ucapnya untuk yang terakhir sebelum kesadarannya menghilang.
"Sayang, bangun. Jangan seperti ini. Eomma tidak kuat menggendongmu sendirian" menepuk pelan pipi Akira berharap Akira membuka matanya barang sejenak saja. Ia sangat takut dengan keadaan Akira saat ini.
Ia segera mengambil ponselnya yang berada didalam tasnya. Lalu mencoba menghubungi seseorang.
.
Yoona pov
Yoona menaruh segelas teh hangat yang baru saja ia buat. Lalu mendudukan dirinya di sofa.
Tak sengaja ia melirih benda pipih berwarna hitam yang berada disampingnya. Ia segera mengambil benda yang tak lain adalah ponsel milik Park Jimin.
"Astaga, dia meninggalkan ponselnya" monolognya.
Ponsel yang berada ditanganya bergetar. Ia melihat nama "Istriku Tersayang" tertera dilayar ponsel tersebut.
Yoona tak berani menjawab panggilan itu. Jadi ia hanya membiarkan ponsel milik Jimin bergetar.
Ia menaruh kembali ponsel milik Jimin yang sudah berhenti bergetar diatas meja. Lalu melangkah masuk kedalam kamar untuk mengambil tas miliknya. Ia berencana ke kantor Jimin untuk mengantarkan ponsel miliknya yang tertinggal.
.
Setelah dipersilahkan masuk oleh Jimin. Yoona segera membuka pintu ruang kerja Jimin.
Terlihat jimin sedang sibuk dengan berkas yang berada ditangannya.
"Jimin" sapanya sembari tersenyum lembut.
Jimin mengalihkan atensinya pada perempuan yang sekarang berjalan mendekat kearahnya.
"Ada apa kau kesini?" tanya nya heran. Kenapa tiba tiba Yoona datang ke kantornya.
"Ponselmu tertinggal di apartemenku, kau terlalu ceroboh" ucapnya sembari menaruh ponsel tersebut diatas meja kerja Jimin.
Jimin segera mengambil ponsel miliknya "aku melupakannya. Terima kasih".
Yoona mengangguk "iya. Tadi istrimu berulang kali menelfonmu. Tapi aku tidak mungkin mengangkatnya kan".
Jimin mengangguk "iya, nanti akan aku hubungi kembali".
"Aku harus segera pergi Jimin".
"Baiklah, sekali lagi terima kasih" ucap Jimin sembari tersenyum begitu lembut.
.
Akira pov
Nyonya Park menghembuskan nafasnya kasar. Ia menatap menantunya yang terbaring lemah diranjang rumah sakit.
Ia sudah menunggu Akira sejak satu jam yang lalu. Namun Akira belum juga sadar. Beruntungnya tadi ia dibantu oleh supir pribadinya untuk menggendong Akira dan membawanya kerumah sakit.
Ia sangat bersyukur karna kandungan Akira tidak mengalami hal hal buruk. Ia sangat menyayangi Akira dan juga calon cucunya. Karna anak yang dikandung Akira adalah cucu pertamanya.
Ceklek
Suara pintu ruangan itu terbuka. Menampilkan sosok laki laki yang sejak tadi ia tunggu kehadirannya.
"Eomma. Bagaimana keadaan istriku?"tanya Jimin sembari berjalan mendekat kearah istrinya terbaring.
Tatapan Nyonya Park seketika berubah menjadi senduh "Sedikit saja kau kehilangan anakmu. Dan aku kehilangan cucuku Park Jimin".
Mendengar itu Jimin jadi merasa sangat bersalah. Seharusnya ia tidak dengan bodohnya meninggalkan ponselnya diapartemen Yoona.
Ia mengenggam tangan Akira yang masih terpasang jarum infus. Menatap mata terpejam istrinya.
"Maaf" bisiknya pelan tepan ditelinga Akira.
"Maafkan aku" ia kembali mengucapkan kata yang sama.
Nyonya Park mengelus lembut punggung Jimin "sudahlah. Kau harus lebih hati hati lagi Park Jimin. Jaga istrimu baik baik".
Jimin mengangguk lemah "iya eomma".
.
Ada yang nungguin cerita ini nggk??
Jangan lupa Bintang nya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Sebuah Rasa PJM (END)
Romance"Aku pikir memilih hidup denganmu adalah sebuah pilihan yang tepat. Nyatanya itu salah, justru karena pilihanku sendiri yang membuatku hancur." Park Akira. "Hal yang tak mudah untuk aku mengerti." Park Jimin. "Kau pikir aku tidak sakit karena ini...