25

355 46 37
                                    

*Kapan ini akan berakhir. Terkadang aku ingin menyerah saja*

Sudah satu minggu Akira menemani Jimin dirumah sakit. Jimin memang sudah sadar sehari setelah oprasi. Namun keadaannya masih begitu memprihatinkan, hingga dokter menyuruhnya untuk tetap berada dirumah sakit.

Setelah sadar dari oprasi Jimin memang tidak banyak bicara, ia lebih banyak diam. Bahkan saat Akira berada didekatnya pun Jimin hanya mengatakan sekata dua kata saja. Dia hanya akan bicara jika merasa lapar ataupun haus, untuk meminta bantuan Akira.

Akira dengan telaten merawat Jimin. Meskipun dirinya sedang hamil besar saat ini. Kandungan Akira sudah menginjak bulan ke tujuh, dan kurang dua bulan lagi ia akan melahirkan. Ia sangat menantikan itu.

"Waktunya makan siang, Oppa" Akira menyodorokan sesendok bubur tepat didepan mulut Jimin.

Jimin menatap Akira, terlihat senyuman yang begitu mengembang diwajah Istrinya.

"Aku tidak lapar" jawab Jimin datar.

"Agar cepat sembuh, dan segera pulang" Akira terus membujuk Jimin, agar ia mau membuka mulutnya untuk menerima suapan darinya. Ntah kenapa Jimin berubah menjadi dingin padanya.

Jimin menghembuskan napasnya kasar. Memilih mengalah dan membuka kecil mulutnya untuk menerima sesuap bubur yang diberikan padanya.

"Kapan aku bisa pulang?" tanya Jimin.

"Kalau sudah sembuh, Oppa" jawab Akira.

Bukan jawaban itu yang ingin Jimin dengar. Akira selalu mengatakan hal itu, jika dirinya sembuh dirinya akan pulang. Tapi sekarang Jimin sudah merasa sembuh. Namun tetap saja Dokter masih melarangnya untuk pulang.

"Aku ingin pulang besok. Lagipula aku sudah sembuh" ucap Jimin.

Akira terdiam sesaat, itu kata kata terpanjang yang Suaminya ucapkan semenjak sadar dari oprasi.

"Tunggu keputusan dokter dulu ya, Oppa".

"AKU SUDAH SEMBUH, AKIRA" ucap Jimin dengan nada tingginya. Sontak itu membuat Akira tersentak. Hatinya seketika berdenyut nyeri.

Ia mencoba menahan air matanya untuk tidak jatuh detik ini juga. Ia tidak ingin terlihat lemah.

Ia menaruh bubur yang berada ditangannya diatas meja.

"Besok aku mau pulang" ucap Jimin kembali.

Akira terdiam, ia kehilangan kata kata hanya untuk menjawab iya atau tidak. Hatinya begitu sakit saat Jimin menatapnya dengan pandangan begitu menusuk.

Jimin menyadari perubahan raut wajah Istrinya. Ada air mata yang tertahan disudut matanya.

Ntahlah, Jimin juga tidak mengerti kenapa ia tidak dapat mengontrol emosinya sendiri.

Semenjak sadar dari oprasi, pikirannya hanya dipenuhi dengan Perempuan yang bernama Yoona itu.

Dimana Yoona berada? Jimin ingin menemuinya. Ia begitu ingin menemui Yoona.

Ia segera mengambil tangan Akira, lalu mengenggamnya begitu erat "Mian" ucapnya lirih.

Akira mengangguk pelan, lalu tersenyum begitu lembut "besok kau akan pulang. Nanti aku akan bicara pada Dokter".

Jimin tersenyum. Akhirnya ia akan segera pulang. Ia sudah lelah berada dirumah sakit. Ia ingin segera pulang dan mencoba mencari kembali keberadaan Yoona.




.



Yoona pov

Taehyung menunggu seseorang membuka pintu Apartemennya. Ia ingin memberikan sebuah kejutan pada sang kekasih, yang sekarang tinggal bersama denganya.

Tak beberapa lama pintu apartemennya terbuka. Menampilkan sosok Perempuan dengan perut besarnya.

"Apa kau tidak bisa membuka pintunya sendiri? Apa kau lupa dengan password apartemenmu sendiri?" tanya Yoona kesal. Ia begitu kesal karna Taehyung telah menganggu acara masaknya.

"Ini untukmu" ia menyodorkan sebuket bunga, yang sedari tadi ia sembunyikan dibelakang tubuhnya.

Yoona masih terdiam, ia masih fokus menatap sebuket Mawar putih yang berada ditangan Taehyung.

"Seharusnya ini hari jadi ke tiga tahun kita" ucap Taehyung.

Yoona segera mengambil sebuket Mawar itu dari tangan Taehyung. Sadar betul jika seharusnya ini menjadi tahun ketiga hubungan mereka. Dan Taehyung selalu memberinya bunga Mawar putih saat hari jadi mereka.

Bukankah mereka masih menjadi sepasang kekasih sekarang. Itu yang ada dipikiran Yoona. Taehyung adalah kekasihnya saat ini, dan mungkin selamanya ia akan terus bersama Taehyung. Namja yang begitu ia cintai.

Mencoba melupakan Namja bermarga Park itu dari pikirannya. Ia tidak mau sedikitpun mengingat Namja yang telah menghancurkan hidupnya.

Taehyung selalu berjanji padanya untuk menemaninya sampai kapanpun. Dan mereka berdua sudah memutuskan akan menikah setelah Anak yang dikandung Yoona lahir. Taehyung tidak pernah perduli dengan itu, ia akan menganggap Anak yang dikandung Yoona saat ini sebagai Anaknya sendiri.

Taehyung mencintai Yoona, dengan begitu tulus. Ia tidak akan melepaskan Yoona dari genggamannya.








****

Ini cerita kok makin lama makin nyebelin ya. Jimin yang selalu dihantui rasa bersalah pada yoona. Sampai lupain istrinya sendiri.

Yoona yang begitu mencintai taehyung, dan akan melupakan jimin.

Rumit bnget dehh.

Jangan lupa Bintang nya :)

Arti Sebuah Rasa PJM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang