⚠TYPO BERTEBARAN ⚠
*aku rasa semuanya telah berubah*
Jimin pov
Jimin menghela napas lelah, memejamkan mata sejenak. Terlalu banyak hal yang ia pikirkan hingga membuat pikirannya menjadi kacau.
Semua pekerjaan telah selesai. Namun ia tidak juga beranjak dari kursi kebesarannya.
Hingga suara ponsel yang berada diatas meja mengalihkan atensinya.
Pasti Akira. Pikirnya
Dengan semangat ia segera mengambil ponsel tersebut.
1 message from Yoona.
Bisakah malam ini kau menemuiku di apartemenku. Aku membutuhkan mu Park Jimin.
Jimin menghembuskan napasnya kasar. Kepalanya terasa semakin pening saat membaca pesan tersebut.
Tapi ia juga tidak bisa menolak, karna Yoona merupakan tanggung jawabnya sekarang. Ia juga sempat mengabaikan pesan Yoona tadi siang, Yoona mengatakan bahwa ia pindah ke apartemen baru karna sangat takut jika orang tua nya mengetahui perihal kehamilanya.
Ia menaruh kembali ponselnya diatas meja, tidak berniat untuk membalas pesan itu.
Ponselnya kembali berdering, menandakan pesan masuk. Ia segera mengambil ponsel tersebut.
1 message from Yoona.
Kumohon jangan mengabaikanku, aku benar benar membutuhkanmu Park Jimin.
Jimin segera merapikan meja kerjanya. Setelah rapi, ia segera melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya.
.
Jimin menatap Yoona yang terbaring ditempat tidur. Yoona terlihat sangat pucat, namun ia tetap saja menolah saat Jimin ingin membawanya ke rumah sakit.
"Ayo kita kerumah sakit, dan semuanya akan selesai Yoona. Aku harus segera pulang istriku menunggu" ucap Jimin sembari melihat jam tangan yang ia kenakan.
Ia sudah bilang akan pulang lebih awal pada istrinya. Ia tidak mau membuat Akira kecewa.
Yoona menggeleng "aku tidak mau ke dokter".
"Lalu apa yang kau inginkan. Jangan seperti anak kecil" ucap Jimin sedikit kesal.
"Bisakah kau disini menemaniku".
Jimin menghembuskan napasnya kasar. Lalu berjalan mendekat keranjang dimana Yoona terbaring, lalu memegang kening Yoona, keninganya terasa hangat, Yoona demam.
"Kau demam. Kuantar ke dokter, lalu aku akan pulang. Istriku menunggu".
"Aku tidak mau".
"Terserahmu saja. Aku akan pulang, istriku menunggu" ucap Jimin.
Ketika Jimin akan melangkahkan kakinya untuk pergi, Yoona segera bangkit dari ranjang dan memegang erat tangan Jimin. Berharap Jimin mau menemaninya walaupun hanya beberapa jam saja.
"Jangan pergi" pintah Yoona.
Jimin menghempaskan tangan Yoona kasar.
Ia seolah tak perduli dengan perempuan itu, yang ada dipikiran Jimin saat ini adalah ia segera pulang kerumah agar tidak membuat Akira kecewa.
Yoona merasakan pusing yang teramat sangat dikepalanya. Kakinya pun terasa lemas.
"Tetap disini" ucapnya lagi.
Dua kata yang ia ucapkan sebelum kesadarannya menghilang.
.
Akira pov
Akira berkali kali menatap jam yang menggantung di dinding, sudah larut malam namun suaminya tak kunjung pulang.
Padahal ia sudah menyiapkan makanan sejak 4 jam yang lalu. Ia sudah menghubungi Jimin berkali kali namun tak ada jawaban. Ia cemas, ia takut terjadi sesuatu dengan suaminya.
Ia menguap, menandakan bahwa ia sudah sangat mengantuk. Ia tetap mencoba menahan kantuknya, berharap Jimin segera pulang dan memeluknya.
Hingga perlahan ia memejamkan mata dan menyadarkan kepalanya diatas meja makan, dan Akira pun tertidur.
"Aku pulang".
Jimin menghentikan langkahnya. Terdiam melihat Akira yang tertidur sangat pulas. Dengan kepala nya yang bersandar diatas meja makan. Seketika tatapan Jimin berubah menjadi senduh.
Dengan langkah pelan ia menghampiri sang istri. Ia mengusap surai istirnya dengan lembut.
Ia merasakan pergerakan kecil dari kepala Akira.
Akira terbangun dari tidurnya "kau sudah pulang" ia mendongak untuk menatap wajah Jimin.
Jimin mengangguk "maaf aku pulang telat".
Akira terenyum lembut.
Jimin menatap makanan yang berada diatas meja "istriku memasak makanan kesukaanku. Boleh aku makan dulu?".
"Aku panaskan dulu makannanya. Oppa bisa mandi dulu. Setelah itu makan".
Jimin mengangguk "terima kasih, aku mencintaimu" ucapnya sembari mengecup kening istrinya singkat. Lalu melangkahkan kakinya untuk menuju kamarnya yang berada di lantai atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti Sebuah Rasa PJM (END)
Romance"Aku pikir memilih hidup denganmu adalah sebuah pilihan yang tepat. Nyatanya itu salah, justru karena pilihanku sendiri yang membuatku hancur." Park Akira. "Hal yang tak mudah untuk aku mengerti." Park Jimin. "Kau pikir aku tidak sakit karena ini...